Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
ln Aug 2014
Maybe it's the way the national flag flies so high
Despite the country's imperfections
Maybe it's the way we're united
Not separated, despite the difference in cultures,
Believes, traditions, languages

Maybe it's the way you see an Indian eating with chopsticks,
The way you see a Malay in a saree,
The way you see a Chinese making ketupat's for Hari Raya.

Maybe it's the unity you see,
Maybe it's the goosebumps you feel when you say Merdeka,
Maybe despite the hate you have towards history,
Deep down, you know how grateful you are to be Malaysian.

Maybe it's the way you walk into a mamak,
And say
" tauke tapau roti canai 1 milo ais 99 "
And maybe,
It lies in diversity,
Beyond everything else.

*Malaysia, tanah tumpahnya darahku.
Noandy Jan 2016
Laut Anyelir*
Sebuah cerita pendek*

Apa kau masih ingat kisah tentang laut di belakang tempat kita tinggal? Laut—Ah, entah apa nama sebenarnya—Yang jelas, itu laut yang oleh paman dan para tetangga disebut sebagai Laut Anyelir. Kau mungkin lupa, sibuknya pekerjaan dan kewajibanmu jauh di seberang sana sepertinya tidak menyisakan tempat-tempat kecil dalam otak dan hatimu untuk mengingat dongeng muram macam itu. Tapi aku ingat, dan tak akan pernah lupa. Hamparan pantainya yang kita injak tiap sore setelah bersepeda selama 10 menit menuju Laut Anyelir, angin sepoinya yang samar-samar membisikkan gurauan dan terkadang kepedulianmu yang terlalu sering kau sembunyikan, dan bau asinnya yang busuk seperti air mata.

Kau mungkin  lupa mengapa Laut Anyelir disebut demikian.

Kau juga mungkin sudah lupa ombak kecil dan ketenangan Laut Anyelir kala malam yang terkadang berubah menjadi merah darah saat memantulkan bulan serta arak-arakan awan dan bintangnya.

Iya, pantulan bulan dan bintang yang lembut pada air Laut Anyelir pada saat tertentu berwarna merah,

Semburat merah dan bergelombang,

Seperti rangkaian puluhan bunga Anyelir merah yang dibuang ke laut lambangkan duka.

Biasanya, setelah terlihat berpuluh bercak-bercak merah melebur di Laut Anyelir, akan ada sebuah duka nestapa yang menyelimuti kita semua. Mereka bilang, laut bersedih dan melukai dirinya untuk hal-hal buruk yang tak lama akan datang. Menurutku itu kebetulan saja, mungkin hanya puluhan alga merah yang mekar atau ada pencemaran.

Tapi aku masih tak tahu mengapa semua hal itu selalu terjadi bertepatan,

Dan, sudahlah, laut itu memang cocok disebut sebagai Laut Anyelir. Aku tidak berlebihan seperti katamu biasanya.

Kau sangat suka cerita sedih, mungkin sedikit-sedikit masih dapat mengingat kisah sedih dari paman yang juga tak percaya soal pertanda Laut Anyelir, cerita soal kekasihnya yang hilang saat mereka berenang di pantai sore hari ketika kemarin malamnya, air laut berwarna merah.

Benar, hari ulang tahun mereka bertepatan, dan pernikahan untuk bulan depan di tanggal yang sama juga sudah direncanakan dengan baik. Kekasih paman sangat jago dalam berenang, ia mengajari paman yang penakut dengan gigih, sampai pada sore hari ulang tahun mereka, paman mengajaknya untuk berenang di Laut Anyelir sekali lagi,

Sebagai hadiah,

Untuk menunjukkan bagaimana paman mengamalkan segala ilmu yang diajarkannya, sebagai pertanda bahwa mereka dapat berenang bebas bersama, kapanpun. Mereka memakai pakaian renang sebelum mengenakan baju santai dan berbalap sepeda ke pantai seperti yang biasanya kita lakukan. mereka langsung berhamburan ke Laut Anyelir tanpa memperdulikan desas-desus tadi pagi bahwa kemarin malam airnya berubah warna. Kekasih paman sangat terkejut dan bangga melihat jerih payahnya selama ini terbayar. Berbagai macam gaya yang ia ajarkan telah dilakukan oleh paman, dan sekarang ia akan mencoba menyelam dengan melompat dari sebuah karang tepat di tengah laut. Paman mendakinya—Ia handal mendaki, dan sekarang handal berenang—Lalu menatap kekasihnya dengan rambut kepang dua yang melihatnya begitu bahagia. Ia melompat dengan indah, dan meskipun sedikit kesusahan untuk kembali menyeimbangkan dirinya dalam air, paman akhirnya muncul dengan wajah sumringah, memanggil serta mencari-cari kekasihnya.

Tapi ia tak ada di sana,
Ia tak ada dimanapun.

Itu kali terakhir paman melihat kekasihnya, melihatnya tersenyum, sebelum akhirnya ia menemukan pita merah rambutnya terselip diantara jemari kakinya.

Malam menjelang, semua warga dikerahkan untuk mencari kekasihnya, namun sampai bulan penuh terbangun di langit dan dilayani beribu bintang yang menyihir air laut menjadi kebun anyelir, kekasihnya masih tak dapat ditemukan.

Itulah sebabnya apabila mendengar laut berubah warna lagi kala malam, paman tak akan memperbolehkan kita untuk mendekati laut sampai dua hari ke depan.

Kau bukan saudaraku—Bukan saudara kandungku. Tapi aku menganggapmu lebih dari sekedar teman, bahkan lebih dari saudara kandung atau saudara angkat. Kau bukan saudaraku, tapi paman begitu peduli padamu seperti anaknya sendiri. Sama seperti bagaimana ia menyayangiku.

Dahulu kami hanya rajin mendengarmu, tetangga pindahan, memainkan gitar di kamarmu sendirian, melihatmu dari balkon lantai 2 rumah kayu kami sampai kau akhirnya sadar dan tidak pernah membuka tirai jendelamu lagi. Mungkin kau malu, tapi kami masih dapat mendengar sayup-sayup suara gitarmu. Namun setelahnya, paman justru hobi melemparkan pesawat-pesawat kertas yang berisi surat-surat kecil. Mereka kadang berisi gambar-gambar pemandangan alam—Salah satunya Laut Anyelir—Dan surat-surat itu sering tersangkut di tralis kamarmu. Akhirnya paman memberanikan diri dan menggandeng tanganku untuk segera mengetuk pintu rumahmu, usiaku belum beranjak belasan, dan aku hobi mengenakan celana pendek serta sandal karet yang mungkin tidak cukup sopan dipakai untuk memperkenalkan diri. Tapi kalian tidak peduli, dan menyambut kami dengan ramah—Paman menceritakan bagaimana ia menyukai musik-musik kecilmu, dan mengajak kalian untuk melihat-melihat keadaan sekitar sekaligus berkenalan dengan para warga,

Paman mengajak kalian ke Laut Anyelir,

Kalian menyukainya;

Dan paman mulai bercerita soal kisah Laut Anyelir yang menghantui, serta ketakutan-ketakutan warga. Tapi ia belum menceritakan kisahnya.

Namun kalian, sama seperti kami yang menghibur diri,
Tidak peduli, dan tidak takut akan semburat merah pertanda dari Laut Anyelir.
“Benar, itu mungkin hanya kebetulan!”
Sahut kalian.

Hampir dua tahun kita saling mengenal, dan pada hari ulang tahunmu, paman mengajak kita semua untuk berpiknik di pantai Laut Anyelir pada sebuah sore yang cerah. Aku memakan lebih dari 3 kue mangkuk, bahkan hampir menghabiskan jatahmu. Tapi tidak masalah, orangtuamu juga tidak menegurku. Kau sudah menghabiskan jatah klappertaartku, dan menyisakan hanya satu sendok teh.

Apa kau masih ingat betapa cantiknya Laut Anyelir saat matahari tenggelam? Seperti sebuah panggung sandiwara yang set nya sedang dipersiapkan saat-saat menuju lampu menggelap. Matahari sirna dan berganti dengan senyum bulan di atas sana, bintang-bintang kecil perlahan mulai di gantung dengan rapih,

Dan air laut yang biru gelap berubah menjadi lembayung,

Sebelum akhirnya mereka menderukan ombak, dan terlihat bercak-bercak merah pada tiap pantulan cahaya bintang. Sekilas terlihat seperti lukisan yang indah namun sakit. Kalian tidak takut, justru takjub melihat replika darah menggenang pada hamparan lautan luas dengan karang ditengahnya. Paman langsung menyuruh kita semua untuk bergegas membereskan keranjang piknik, dan berjalan pulang diiringi deru angin malam. Ia tak memperbolehkan kita mendekati pantai esok harinya.

Esok lusanya, kedua orangtuamu pergi ke kota untuk melapor pada atasannya, kau dititipkan pada paman. Mereka berjanji untuk pulang esok harinya,

Tapi mereka tidak pulang.
Mereka tidak kembali,
Dan kita masih menganggapnya sebagai sebuah kebetulan saja.
Kau bersedih, namun tidak menangis.

Aku yang sedikit lebih gemuk darimu memboncengmu dengan sepeda merahku dan mencoba untuk menghiburmu yang terus-terusan memeluk gitar di Laut Anyelir. Aku yakin saat itu aku pasti sangat menyebalkan; terus-terusan berbicara tanpa henti dan menarik lengan bajumu dengan erat sampai kau memarahiku karena takut akan sobek.

Tapi akhirnya aku berhasil membujukmu untuk memainkan gitarmu lagi, kau tersenyum sedikit,
Dan entah kenapa aku cukup yakin kau mulai tidak menyukaiku karena terlalu memaksa;
Namun menurutku itu sama sekali bukan masalah.

Kau mulai tinggal bersama paman dan aku sejak saat itu, dan menjadi kesayangannya. Ketika kita sudah cukup dewasa ia selalu membawamu saat bekerja di toko jam—Kau sangat handal dalam merakit jam serta membuat lagu-lagu untuk jam kantung automaton dengan kotak musik—dan aku ditinggalkan sendiri untuk mengurus pekerjaan rumah. Tapi tetap saja aku tak dapat menghilangkan kebiasaanku untuk menyeretmu bersepeda ke Laut Anyelir saat senggang dan tidak bekerja; kau akan memainkan gitarmu dan aku akan entah menulis surat untuk teman-temanku atau menggambar, dan terkadang menghujanimu dengan berbagai pertanyaan yang tak pernah kau jawab.

Begitu kita kembali, paman yang biasanya akan menggantikanmu untuk bercerita dan bercuap-cuap sampai makan malam dan kita pergi tidur.

Kau orang yang pendiam,
Dan aku yakin paman kesepian.
Orang yang kesepian terkadang banyak berbicara.

Seiring usiaku bertambah, cerita menyenangkan paman terkadang berubah menjadi cerita-cerita yang pedih dan menyayat hati. Kau tak mengatakannya, tapi aku dapat melihat dari matamu bahwa kau sangat menikmati mendengar cerita seperti itu. Aku tak menyukainya, tapi aku tak akan menyuruh paman untuk berhenti bercerita demikian. Kalian berdua membutuhkannya.

Saat itulah paman menceritakan kisah tentang dirinya dan kekasihnya saat kita akan menyelesaikan makan malam. Aku kembali tidur dihantui cerita mengenai laut yang melahap kekasihnya itu. Dalam mimpi, aku seolah dapat melihat ombak darah menerjang dan melahapku. Aku tidak ingin hal itu terjadi padaku, padamu, atau pada paman. Aku mulai menghindari Laut Anyelir pada saat itu.

Bunga Anyelir,
Dalam bahasa bunga, secara keseluruhan ia menunjukkan keindahan dan kasih yang lembut, seperti kasih ibu, kebanggaan, dan ketakjuban; namun kadangkala kita tidak memperhatikan arti masing-masing warnanya—
Anyelir merah muda berarti aku tak akan pernah melupakanmu,
Anyelir merah menunjukkan bahwa hatiku meradang untukmu,
Anyelir merah gelap merupakan pemberian untuk hati yang malang dan berduka.
Kurasa semua itu menggambarkan Laut Anyelir dengan tepat.

Setelah itu paman mulai makin sering bercerita soal kekasihnya yang hilang di Laut Anyelir. Aku tidak tahu mengapa, namun sore itu kau begitu ingin untuk pergi ke Laut Anyelir dengan gitarmu. Kali ini kau yang menggeretku menuju tempat yang selama beberapa hari kuhindari itu, kau tahu bagaimana aku menolak untuk pergi, kau yang biasanya tak ingin repot bahkan sampai menyiapkan sepedaku dan mengendarainya lebih dahulu.

Aku tak ingin kau pergi sendirian, aku mengikutimu. Kurasa tidak apa, tidak akan ada apapun hal buruk yang terjadi. Lagipula kita tidak akan berenang atau berencana untuk pergi jauh setelahnya.

Aku mengikutimu menuju Laut Anyelir. Kau duduk tanpa sepatah katapun, hanya menatapku. Dan mulai memainkan Sonata Terang Bulan oleh Beethoven dengan gitarmu saat matahari menjelma menjadi bulan. Saat itu barulah aku tersadar bahwa itu hari ulang tahunku, dan kau sengaja memainkannya untukku. Malam itu kita menghabiskan waktu cukup lama di tepi Laut Anyelir berbincang-bincang, meskipun aku lebih banyak berbicara daripadamu. Aku tidak membawa surat-suratku, jadi aku hanya bisa memainkan dan memelintir rambutmu sambil berkata-kata.

Kita menghabiskan waktu cukup lama di tepi Laut Anyelir, dan tidak menyadari bahwa air lautnya berubah menjadi merah. Aku terkejut dan berlari seperti anak anjing ketakutan ketika menyadarinya; kau berganti menarik lengan bajuku dan berkata bahwa tidak apa, bukan masalah. Aku, kau, dan paman akan terus bersama. Mungkin Laut Anyelir berubah merah bukan untuk kita namun warga pemukiman yang lain, pikirmu.

“Jangan berlebihan, kau manja, selalu bertanya, dan terlalu membesar-besarkan sesuatu.” Katamu, sekali lagi. Itu hal yang selalu keluar dari mulutmu.

Pintu rumah kuketuk, paman membukakan. Aku terkejut ketika tahu bahwa paman sudah menyiapkan banyak makanan kesukaanku termasuk klappertaart; kali ini aku tidak memperbolehkanmu untuk memakan klappertaartku. Ternyata ini rencana kalian berdua untuk membuat pesta kecil-kecilan di hari ulang tahunku, merangkap ulang tahun paman keesokan harinya.

Paman, tidak kusangka, ingin mengajak kita untuk berenang di Laut Anyelir esok. Ia ingin mengingat masa mudanya ketika menghabiskan banyak waktu berenang bersama kekasihnya di Laut Anyelir, dan kata paman, kita adalah pengganti terbaik kekasihnya yang belum kembali sampai sekarang.

Aku tidak ingin mengiyakannya, mengingat barusan kita melihat sendiri air laut berubah warna menjadi merah darah. Tapi aku tak ingin kau lagi-lagi mengucapkan bahwa aku manja dan berlebihan. Aku menyanggupi ajakan paman. Namun aku takkan berenang, aku tidak pernah belajar bagaimana caranya berenang, dan tidak mau ambil resiko meskipun aku percaya kalau kau dan paman akan mengajariku.

Esok pagi kita berangkat dengan sepeda. Kali ini paman memboncengku, dan kau membawa keranjang piknik yang sudah kusiapkan sejak subuh serta memanggul gitarmu seperti biasa.
Begitu tiba, kau dan paman langsung menyeburkan diri pada ombak biru Laut Anyelir dan berenang serta mengejar-ngejar satu sama lain. Aku duduk di tepian air, menggambar kalian yang begitu bahagia sampai akhirnya kalian keluar dari air untuk mengambil roti lapis dan botol minum. Setelah menghabiskan rotinya, paman berdiri dan kembali ke air sambil berkata lantang,

“Aku akan mencoba menyelam dari karang itu lagi.”
Tanpa menoleh ke arah kita.
“Jangan, paman. Kau sudah tua.”
“Sebaiknya tidak usah, paman. Hari makin siang.” Kau juga mencoba menghentikannya, tetapi paman tidak bergeming. Ia bahkan tak menatap kita dan terus berenang sampai ke tengah. Kau mencoba menyusulnya dengan segera, tapi sebelum kau sampai mendekati karang,

Paman sudah terjun menyelam.

Setelah tiga menit yang terasa lama sekali, kau menunggu ditengah lautan dan aku terus memanggil paman serta namamu untuk kembali ke tepian, paman tetap tidak muncul.

Kau menyelam, menyisir sampai ke tepi-tepi untuk mencari paman, namun hasilnya nihil, dan kau kembali padaku menggigil. Aku membalutkan handuk padamu, dan meninggalkanmu untuk kembali bersepeda dan memanggil warga yang tak sampai setengah jam sudah berbondong-bondong mengamankan Laut Anyelir dan mencari paman.

Malam hari datang,
Hari perlahan berganti,
Bulan demi bulan,
Tahun selanjutnya—
Paman masih belum kembali, dan kita tak memiliki kuburan untuknya.

Kita tinggal berdua di rumah itu, kau bekerja tiap pagi dan aku memasak serta mengurus rumah. Disela-sela cucianku yang menumpuk dan hari libur, kau rupanya tak dapat melepaskan kebiasaan kita untuk bersantai di Laut Anyelir yang sudah lama ingin kutinggalkan. Aku tak dapat menolak bila itu membuatmu senang dan merasa tenang.

Dan aku bersyukur,
Selama hampir setahun penuh, sama sekali aku tak melihat air Laut Anyelir berubah warna lagi menjelang malam. Memang beberapa hal buruk sesekali terjadi, namun aku sangat bersyukur karena aku tak melihat pertanda kebetulan itu dengan mata kepalaku sendiri.

Pada suatu hari kau memberiku kabar yang menggemparkan, ini pertamakalinya aku melihat senyuman lebar di wajahmu; kau terlihat semangat, bahagia, penuh kehidupan. Kulihat para pria-pria muda di sekitar sini juga sama bahagianya denganmu. Mereka bersemangat, dan mereka bangga akan adanya hal ini karena ini adalah waktu yang tepat untuk berkontribusi kepada negara. Katamu, tidak adil bila yang lain pergi dan berusaha jauh disana sedangkan kau hanya berada di sini, memandangi laut.

Kau memohon untuk kulepaskan menjadi sukarelawan perang, dan aku menolak.
Kau memohon, aku menolak,
Kau memohon, aku menolak,
Aku menolak, kau memohon.

Dan karena aku sepertinya selalu memberatkanmu, atas pertimbangan itu, aku ingin membuatmu lega dan bahagia sekali lagi—Aku akhirnya melepaskanmu untuk sementara, asal kau berjanji untuk kembali kapanpun kau diizinkan untuk kembali.

Kau tak tahu kapan, dan aku akan selalu menunggu.

Aku akan selalu berada di sini, dengan Laut Anyelir yang berubah warna, dan hantumu serta hantu paman
Gitarmu yang selalu kau rawat,
Untuk sementara waktu aku takkan bisa menarik ujung lengan bajumu,
Dan tak akan mendengarmu memanggilku manja dan berlebihan.

Kita tidak pergi ke Laut Anyelir sore itu, begitu pula esok harinya. Kita sibuk mempersiapkan segala hal yang kau butuhkan untuk pergi, aku memuaskan menarik ujung lengan bajumu, dan menyelipkan harmonika pemberian paman yang tidak pernah bisa kugunakan untukmu.

Ia akan lebih baik bila berada di tanganmu, dan ia akan menjadi pengingat agar kau pulang ke rumah, kembali padaku.

Kita tidak melihat ke Laut Anyelir sampai hari keberangkatanmu, di mana dengan sepeda kau akhirnya memboncengku untuk pergi ke pelabuhan. Kita tidak melihat Laut Anyelir, aku tak tahu apa airnya berubah warna atau tidak.

Setelah kau naik ke kapal d
Maa ki mamta ko dekh maut v
aage se hat jati hai
gar  maa apmanit hoti
dharti ki chaati fat jaati hai
ghar ko pura jeevan dekar
bechari maa kya pati hai
rukha sukha kha leti hai
paani *** kar soo jati hai

Jo maa jaisi devi ghar ke
mandir me nahi rakh sakte hai
wo lakho punya bhale kar le
inshan nahi ban sakte hai
maa jisko v jal de-de
wo paudha sandal ban jata hai
maa ke charno ko chukar paani
Gangajal ban jata hai

Maa ke anchal ne yugo-yugo se
Bhagwano ko pala hai
maa ke charno me jannat hai
Girijaghar aur Shivala hai
Himgiri jaisi unchai hai
sagar jaisi gahrai hai
dunia me jitni khushboo hai
maa ke anchal se aaye hai

Maa kabira ki sakhi hai
maa tulsi ki chaupai hai
meerabai ki padawali
khusru ki amar rubai hai
maa angan ki tulsi jaisi
pawan bargad ki chaya hai
maa ved richao ki garima
maa mahakavya ki maya hai

Maa maansarovar mamta ka
maa gomukh ki unchai hai
maa parivaro ka sangam hai
maa rishto ki gahrai hai
maa hari dubh hai dharti ki
maa keshar wali kyari hai
maa ki upma kewal maa hai
maa har ghar ki phulwari hai

Saato sur nartan karte jab
koi maa lori gaati hai
maa jis roti ko chu leti hai
wo prasad ban jati hai
maa hasti hai to dharti ka
jarra-jarra muskata hai
dekho to dur kshtiz ambar
dharti ko sheesh jhukata hai

Mana mere ghar ki deewaro me
chanda si murat hai
par mere man ke mandir me
bas kewal maa ki murat hai
maa saraswati lakshmi durga
ansuya mariyam sita hai
maa pawanta me ramcharit
manas me bhagwat geeta hai

Amma teri har baat mujhe
vardaan se badhkar lagti hai
he Maa teri surat mujhko
bhagwan se badhkar lagti hai
saare teerath ke punya jaha
mai un charno me leta hu
jinke koi santan nahi
mai un maawo ka beta hu

Har ghar me Maa ki puja **
Aisa sankalp uthata hu
Mai dunia ki har maa ke
Charno me ye sheesh jhukata hu.....
Copyright© Shashank K Dwivedi
email-shashankdwivedi.edu@gmail.com
Follow me on Facebook - https://www.facebook.com/skdisro
Shrivastva MK Jun 2015
Yaad aata mujhe
tera ye Khubsurat chehra,
Kab tak rahogi yu dur mujhse,
Laga ke mere Dil pe apne pyaar ka pahera,
Baitha hoon esi intezar me,
Dekhlu tujhe ji'h bhar ke main,
Kho jau es kadar tere pyaar me,
Tera **** hain khusboo,
Teri mohabbat hain lahera,
Yaad aata mujhe
Tera ye khubsurat chehra,
Ye khubsurat chehra.......


Kaun sulajhaye es paheli ko,
Jab roti hain aankhen,
Tab dard hota hain es dil ko,
Mere dil-o-dimag pe ab teri yaadon ka pahera,
Yaad aata mujhe
tera ye khubsurat chehra,
Ye khubsurat chehra.........
Real feelings
Shrivastva MK Jun 2015
Yeh bharat hai
     un veer jawano ka,
Jahan samman hota aurato ka
    Atithi aur kisaano ka,

Yeha bahati hai Ganga ki suddh dhara,
Rahenge sda hum ek hamara yahi nara,

Manaye jate hain id yaha harsho-ullas se,
Khele jate holiya bhi rango aur gulal se,

Kheto ki hariyali hi bharat ki pahchan,
Ugate hai sona bhi mitti se yahan ke kisaan,

Yeh bharat hai
     un naujawano ka,
Jo tay karte desh ka bhavishya, vishav me pahchan hain enke ek alag karnamo ka,

Yehan ke log jite hain sirf es watan ke liye,
Kadi dhup ** ya kadkdati thand karte hain mehnat dinbhar do roti aur us pet ke liye,

Yahan thirakati hain nariya kathak ke dhuno par,
Barsate hain phul yahan us thinranga jhande par,

Likh do sabd  MANISH  bhi bataya apni desh ki pahchan,
Jiski sabheyata aur sanskriti hain sarvopari
Jahan sabhi log ek saman...
ABOUT INDIA IN HINDI
Shrivastva MK Jun 2015
Tum hi to **
Jo har roj meri sapno mein aati **,
Baith us pyare chand ke paas
jo Pyar ka geet sunati **,
Muskurate huye dekh tum
mujhe jo etna bebas  kar jati **,
Jab main tumhe pane ki koshish karta hoon,
Najane kyon tum mujhe chhod us ghane badalo me chhup jati **,
Us ghane badalo me chhup jati **,

mera dil bhi rota hai
meri aankhen bhi roti hai
jab tum en suni nazaron se ojhal ** jati **,
** jata *** mai ek ansuni paheli,
Jab tum mujhe yu mitthe dard dekar jati **,


Kash! main bhi es sitara hota,
Najdik se dekhne ka bhi haq hamara hota,
jab ** jati andheri raat
tere saath ka wo pal bhi hamara hota,
Kyon tum sirf kuchh palo ke lia hi aati **,
baith us pyare chand ke paas jo pyar ka geet sunati **...
Yes, I'm a girl and I'm not trying to justify my body language nor am I positioning the rights of a feminist on the top, but
Yes, I was questioned always, even when I was right.
Subservience was legitimized as my trait ever since I felt this world.
Every time when I was buckled under by his lecherous eyes, I was asked to adjust my dupatta well.
Every action of mine substantiated the height to which I'll hold the name of my family.
I was asked to cross legs while sitting, speak amicably, yet not solitously.
Every time I'd to hide my period stain like a ****** blot.
I was asked to gallop my cramps because letting it out is a bitter sin.
Yes, I get my body scanned by their lewd gaze day in and out even when I put my baggiest of clothes on.
Yes, I'm a girl, and I have beautiful synonyms, call me maal, patola, bomb, *****, *** or a girl? May be, let yourself decide.
Yes, I'm questioned on the extension of the Roti's that I make and the smiles that I couldn't fake.
Yes, I'm a girl and I'll stand, and question your authority if it calls for, call me stubborn. Okay!
Remember, I'm a girl, and if you accuse me of being a feminist if I know, and can raise my tone up and against your authority, humanism needs to be checked then.
-APARAJITA TRIPATHI
Fah May 2014
I just tasted a memory. BANG . slapped me on the tongue like a freight train out of a rip in space and time,

of garlic and peppercorn chicken with jasmine rice , a clear broth and fresh cucumbers, a wedge of lime and chrysanthemum tea.

oh .. my mouth  , how could you spring this on me .. when i'm so far from the motherland...

then they come thick and fast -

thai iced tea , thai iced coco , thai iced coffee , thai lime soda ..

papaya salad with sticky rice , Mango and coconut sticky rice , Roti with condensed milk and banana , coconut ice cream in a white bread bun with coconut sticky rice and peanuts, fresh fruits of rambutan and mangosteen for 30 baht a kilo......oh.....oh...who could forget the fried flat noodles , or the fried pastry's called explosion *****..... oh... oh my

heart..... my heart...... my stomach... calls out to you , oh glorious green curry with roti , morning congee with little pork ***** and soy sauce..... come to me my dumpling and noodles let me lick the chillies and sugar off my lips , may i taste once more

the conception of such marvelous treats , unfathomable to the western palate , little sweet corn and flour discs cooked on a special cooker over a real fire...dried squid sold on the back of a bicycle , fried garlic with sticky rice , a pink soup !

I just had a taste memory
****.
Shrivastva MK Jun 2017
Kitni azeeb hai ye Duniya kitne ajeeb log,
Koi kisi ko dara rha, kuchh sahme sahme se log,
Bada muskil hai esko samjhna,
Yaha palbhal me baldate hai log,

Humne bhi socha tha Ki jawane ko badalenge hum,
Ek nayi soch ke sath ek hokar chalenge hum,
Par ye dekh kar dil tut gya Jab ek hi dali ke chaar phoolon ne kaha,
Nahi hum khilenge,aur nahi ek dusre se milenge hum,

Roh deti hai kalam bhi likhkar dard jawane ka,
Kuda-Kachra nadiyon me kya haal bna diya Bharat ke khazane ka,
Roti ke liye tadapte sadak par log,
Aur yahan pariyojna chalai ja rhi desh ko smart banane ka,

Gareeb ko roti kapda aur makan chahiye,
Kisano ko es desh me apni ek pahchan chahiye,
Sabhi ko samjhe ek barabar,
Aisa deshbhakt insaan chahiye,
Aisa deshbhakt insaan chahiye....
So ashamed to watch and write the real figure of Indian village and their peaples here lots of problems and leaders come at the term of election after electing they havent come till day...
...
So Dreamy Jan 2017
Di ujung jalan Merbabu III, ada sebuah bangunan tua berwarna cokelat muda berlantai satu dengan sebuah taman yang dipenuhi semak bunga Gardenia dan sebuah pohon pinus. Itu adalah rumah kami. Sebuah gunung berdiri tegak di depan kami. Teh beraroma melati yang disajikan dalam cangkir putih membiarkan asapnya mengepul memenuhi udara dan menghangatkan atmosfer di sekitar kami hanya untuk sepersekian detik. Ditemani sepiring pisang goreng atau roti bakar berisi selai cokelat yang meleleh, bersama ibuku, kami berbincang tentang banyak hal di atas kursi kayu di teras rumah berlatar gunung.

Kami banyak membicarakan tentang masalah pendidikkan dalam negeri, masalah keluarga, hobi masing-masing, masa depan, pelajaran di sekolah, pekerjaan lainnya, dan mengeluh bagaimana hal-hal tidak berjalan sesuai dengan ekspektasi kami. Ibuku adalah sahabat terbaikku. Bisa dibilang dia merupakan orang terfavoritku walaupun aku lebih mengidolakan band-band asal Inggris yang jaya di pertengahan era 90-an. Tapi, ibuku adalah pendengar terbaik selain secarik kertas HVS putih yang biasa kutulisi dengan rangkaian kata menggunakan pulpen biru Faster. Dia mendengar, benar-benar mendengar. Dia mengerti apa maksud dari seluruh ucapanku, bukan hanya sekedar menyimak cerita-ceritaku.

Setiap kali aku mengeluh tentang suatu hal, Ibu menghujaniku dengan nasihat-nasihat dan pepatah-pepatah hebat. Ia selalu mengingatkanku untuk selalu bersyukur.

“Bu,” panggilku pada suatu siang di tengah bulan Juni yang sangat panas.

Kami sedang membersihkan sayur kangkung dan ikan Gurame di dapur dengan jendela yang terbuka lebar di hadapan kami sehingga kami bisa melihat jelas isi dari taman belakang rumah sebelah.

“Aku heran mengapa bunga-bunga liar ini bisa tumbuh. Maksudku dari mana mereka berasal dan bagaimana bisa mereka tumbuh begitu saja?" tanyaku.

Ibuku tersenyum. “Penyebaran bibit itu bermacam-macam. Lewat serangga, bisa jadi?” jawabnya sambil terus membersihkan sisik ikan. “Lagi pula, bunga rumput itu sangat cantik. Setuju dengan Ibu?”

Aku mengangkat sebelah alis, kemudian menggeleng. “Cantik apanya? Mereka berantakan, ya, kan? Bagaimana bisa Bu Jum betah melihatnya tanpa merasa gatal untuk segera mencabutnya?”

“Mereka adalah bunga yang kuat,” katanya, “mereka tumbuh di mana saja, kapan saja. Mereka tidak peduli seperti apa rupa lingkungan sekitarnya dan bagaimana lingkungan sekitarnya bersikap pada mereka, menampar atau menerima. Mereka tetap tumbuh, bertahan, dan hidup. Bunga rumput adalah bunga liar yang sering diacuhkan banyak orang, tapi mereka adalah bunga yang kuat dan mereka terlihat cantik dengan cara mereka sendiri.”

Aku tertegun.

“Itu hanya pandangan Ibu saja. Semacam filosofi, kamu paham, kan?”

Sejak saat itu, aku percaya pada kecantikan di setiap kesederhanaan. Hal-hal yang biasa tidak diperhatikan atau dilupakan banyak orang sesungguhnya memiliki keindahannya sendiri. Meneguk secangkir kopi panas di malam hari ketika tiada satu pun suara dan bintang berkedip di langit tinggi, cahaya matahari yang mengintip dari balik dedaunan dan ranting pohon atau jendela kamar, mendengar dan melihat bagaimana tetes-tetes hujan turun dari genting ke permukaan tanah. Jalanan kelabu yang basah dan sepi, suara dan kilatan petir, kabut yang memenuhi ruang udara setiap Subuh. Suara deburan ombak yang berujung mencium garis pantai atau suara aliran sungai yang mengalir dengan tenang. Hal-hal seperti itu, selain mereka cantik dengan caranya masing-masing, mereka juga indah tanpa pernah sekalipun menyadari bahwa mereka indah. Dan, itu adalah kecantikan yang paling murni dari segala hal yang nyata.
Shrivastva MK Sep 2017
Kash! Ye dil bhi benakab hote,
To sayad na dhokhe hote aur nahi fasad hote,
Log sirf unse dosti karte,
Jinke dilo me sirf mohabbat ke raag hote,

Kash! Ye dil bhi benakab hote,
To sayad na dhokhe hote aur nahi fasad hote,
Sirf unse hi pyaar hota,
Jinke dilo ke liye wo khaas hote,

Kash ! Ye dil bhi benakab hote,
To sayad na dhokhe hote aur nahi fasad hote,
To Pet sirf unka bharta,
Jo sach me us roti ke mohtaaz hote,

Kash ! Ye dil bhi benakab hote,
To sayad na dhokhe hote aur nahi fasad hote,
To Na padti zarurat en hothon ki,
Kyoki sirf dilon se hi baat hote,

Kash! Ye dil bhi benakab hote,
To sayad na dhokhe hote aur nahi fasad hote,
Har ghar mandir ban jata,
Aur Maat-pita us mandir ke bhagwan hote,

Kash! Ye dil bhi benakab hote,
To sayad na dhokhe hote aur nahi fasad hote,
To na koi dharm hota aur na koi mazahab ,
Hum sab ek hote aur sabhi se pyar hote,

Kash ! Ye dil bhi benakab hote,
To sayad na dhokhe hote aur nahi fasad hote,
Na milta phir kisi ko bhi dard bhare pal,
Na kavi hote aur nahi sayari bhare andaaz hote,

Kash ! Ye dil bhi benakab hote,
To sayad na dhokhe hote aur nahi fasad hote,
Kaun puchhta en banawati chehare ko,
Tab to **** se nahi sirf ru'h se pyaar hote,
Sirf ru'h se pyaar hote...
Javaria Waseem May 2017
For all those men who think they can understand how it feels to be a girl,
You can’t.

You can’t understand how it feels to open your eyes in the world
With everyone looking down on you and your mother
Because they were expecting a boy and not a girl.
You can’t understand how it feels to be raised up differently than boys
Because boys will be boys
And girls, girls will always have to compromise and sacrifice
For every man to enter their lives.
You can’t understand how it feels to see boys running around, chasing their dreams
While girls are stuck with barbie dolls and fairness creams
And how they are trained to sit and stand and talk and eat
And oh, my God, girls keep your voices down
The society should not even hear you breathe.

You can’t understand how it feels when a girl is growing up
While she is considered as a toy by men around her
For all the ****** frustration
Did I say something wrong? I meant “for all the love and affection”
When he comes up and says
Oh, little one, don’t be scared, I am your uncle
And we are going to play a little game
It’s called you keeping your mouth shut and not calling it a ****.
You can’t understand how it feels to have a pair of eyes on you all the time
Whether you’re in your home or out in the streets.
There are men all around, staring you, tracing your body
As if it is their responsibility to check out every girl entirely
From head to toe, whether she’s in a burqa or a pair of jeans.
You can’t understand how it feels to carry the weight of all the honor
On tiny shoulders, which are supposed to be carrying school bags
Honor of your family, your community, the society
Even protecting the honor of men with fragile masculinity
Wrapping it all in duppatas longer than their *****
While hiding your own identity behind the tags that you’re given.
You don’t know how it feels to live a life designed by men
Making every single move based on someone’s decisions
Like a lion in a circus performing tricks to please an audience.
You can’t understand how it feels to listen to all the filthy jokes they crack
About girls getting better grades or washing dishes or driving in the fast lane
No matter what a girl does, no matter how much she gets successful
At the end of the day, it is all a joke on the dinner table.
“Go bring another gol roti, beghum”
You can’t understand how it feels to carry another life inside your body for nine months
Enduring all the pain and cramps and still doing all the work
While all you hear is how it is a woman’s job to give birth
And oh, to make sure that it is a baby boy
As if a woman has the choice to choose the gender.
You can’t understand how it feels when after all the struggle they tell you it’s a baby girl
Your heart fills up with joy and sinks down in your stomach
When you think about the fate that awaits her.
And you hold her close to your chest, trying your best to protect her
From all the people looking down on you and your daughter
For being a girl.


So, you can’t. You can’t understand how it feels to be a girl.
Because if you did, you would have wished
For it all to be just words.
ROHIT YADAV Apr 2018
Chamakte -damkate chehro main bhi
Uski thi pahchan mujhe
"Ek sanwali ladki se tha pyar mujhe

Wo pagal thi meri hokar'
Wo roti thi mujhse lad-kar'
Jaan waan toh baate thi""
Wo  kehti thi ( humsath) mujhe '
Ek sanwli ladki se tha pyar mujhe

Wo ladti' kuch kuch kahti thi mujhe
Par aah karu Jo toh samjh leti thi mujhe..
Uske pyar ka ikraar tha mujhe ...
Ek sanwali ladki se tha pyar  mujhe

karu Jo khata toh tok deti thi mujhe
Par jaane se pahle ROK leti thi mujhe ..
Main hasta tha""uske dil main kahi toh basta tha
Ye ahsas tha mujhe ...
Ek sanwali ladki se tha pyar mujhe ...

Par

Kab duri badhi,kab wo badle
Kab hum aade or wo lade
KUCH abhaas nahi mujhe ..

Chalo phir bhi ...

Uske dil pe dastak di
Kae baar minnat ki ke geenti tak na yaad mujhe ...
Ek sanwli ladki se tha pyar mujhe ...

Waqt ne kuch or karwat li
Sari kasme todi ***"
Meri yaado ko bhulaya"
Pyar,waade,wafa ko jalaya"
Uske hatho se mili bas raakh mujhe
Ek sanwali ladki se tha pyar mujhe


U toh uska ab kuch pata nahi ""
Beete kai saal toh rahi na kuch baate yaad mujhe ..
Par
ek dhadkan, ek saans, or uski aakhiri baat hain yaad mujhe ...
Ek sanwali ladki se tha pyar mujhe ..

Naaraj hua Jo ladta khudse ..
Tum kyu ** ab bhi yaad mujhe..
Kyu usse tha or abhi bhi hain ye anchaha sa pyaar mujhe ......
Ek sanwali ladki se (hain) pyar mujhe
So Dreamy Jun 2017
Bagiku, kamar adalah satu ruangan persegi yang paling krusial di antara ruangan-ruangan lainnya. Magis, nyaman, penting, dan pribadi. Kamar tak hanya berisi tentang selimut dan bantal-bantal yang dilapisi kain bercorak bunga-bunga atau selimut berbulu yang lembut. Tidak juga tentang tumpukan baju sekali pakai yang dilipat di atas nakas dan kursi roda meja belajar. Tidak juga tentang jendela yang selalu terbuka lebar setiap pagi, mengajak udara segar untuk memasuki rongga hidung, membawa masuk lantunan burung-burung. Terlepas dari karpet cokelat muda yang selalu tergelar di tengah-tengah ruangan, yang dihuni berbagai remah-remah makanan—keripik kentang, biskuit, roti kering—ruangan berukuran 4x4 ini menyimpan dan menyembunyikan banyak hal.

Cerita, rahasia, asa.

Bagiku, kamar adalah saksi bisu. Saksi bisu atas upaya yang pernah ditempa, semangat yang tak pernah padam untuk membara, diri yang selalu kembali bangkit setiap kali jatuh ditampar dunia, serta doa-doa yang mulai dibisikkan dengan lembut sejak fajar menyingsing. Meja belajar yang tak pernah rapi, rak buku yang ditinggali berbagai macam buku; novel, buku puisi, buku pelajaran, buku latihan soal, tempat pensil yang berantakan, cahaya dari lampu meja belajar yang hampir rusak, serta mading yang tak pernah sepi dari berbagai kertas target dan to-do-list yang ditempel.

Kamar juga mata bagi segala perasaan; marah, kecewa, putus asa, sendu. Inilah tempat di mana sepi terpelihara dengan baik, yang anehnya, terasa menyenangkan dan bersahabat. Tenggelam dalam kesibukan sendiri, menulis seorang diri, membaca dengan latar musik indie, yang barangkali hanya satu dari sepuluh orang pernah mendengarnya. Ruangan persegi ini merupakan tempat di mana lagu The Trial of the Century – French Kicks diputar, selalu bergandengan dengan kekecewaan yang perlahan merekah di bilik dada. Tempat di mana Fall Harder – Skyler Spence diputar bertepatan dengan lamunan, ide-ide abstrak, membayangkan hal-hal manis yang misterius. She'll lose herself in bright-lit skies, she watches the sun go by, and even if her love runs dry, she'll be there for the summertime. Ialah sesuatu yang terasa cukup magis dan menyihir, bagaimana lagu tersebut selalu membawaku ke dalam lamunan dan gambaran yang muncul seketika di benak, lalu terbitlah ide-ide dan keinginan untuk membuat sesuatu.

Menulis.

Ruangan persegi ini adalah ruangan kecil yang paling setia menaungi ide-ideku yang seringkali tumpah-ruah tak tahu waktu dan tempat, yang kadang dapat direalisasikan menjadi sebuah karya, kadang juga hanya duduk diam tak mau bergerak di dalam kepala. Ialah ruangan persegi yang dengan sabar mendukungku untuk selalu bergerak mengikuti dinamika inspirasi yang datang, memberontak minta dikeluarkan dari kepala, memintaku untuk selalu menjadi produktif. Tentang menulis cerita singkat dan puisi (karena penulis hebat tidak pernah kehilangan inspirasi, menulis dan bermain dengan kata-kata, bercanda ria dengan rima adalah asupan hariannya layaknya menghirup oksigen). Membaca banyak buku dan terus belajar. Melepaskan tangisan dan emosi yang lelah dipenjara di dalam hati, membiarkan mereka menghujani kertas kosong dalam bentuk kata-kata yang bebas. Mengevaluasi diri, membuat target-target.

Membuat prakarya-prakarya sederhana. Menyanyi lepas dan menari mengikuti irama musik. Menjadikan musik indie sebagai latar musik yang membuat semua komponen di ruangan persegi ini menjadi lebih menyatu, saling melengkapi, menciptakan ide baru, lagi.
MdAsadullah Nov 2014
I live my life the way I want
and I don't care what others think or chant.
Accept me or reject me.
I am shy, I am humble and I am kind,
but harsh and blunt may my enemies find.
Accept me or reject me.
Many call me bigot and fanatic for passion I show towards my religion
but i don't care, I am ready to defend it in every season and in all condition.
Accept me or reject me.
I am an introvert and live mostly on my own,
that doesn't mean I am unfriendly and to my friends its known and shown.
Accept me or reject me.
I like Dosas, biryani, nehari and chicken fry.
but I am always prepared for salt and roti dry.
Accept me or reject me.
I am no saint, I do mistakes and then I regret,
but I am always ready to forgive and forget.
Accept me or reject me.
I try to speak the truth and sometimes it is very sour
I will continue that way, whether you declare a war, or put me behind bar.
Accept me or reject me.
I keep my distance from disco, cigarette, girls and liquor, that's not my way and that's not my style,
for which my friend's make my fun, but I ignore them all with a smile.
Accept me or reject me.
This is my story and this is my tale
It is for you all, and it is not for sale.
Accept me or reject me.
I love my prophet(pbuh) and I love Allah,
I am Muhammad Asadullah.
Accept me or reject me.
Accept me or reject me.
#me
Prime Rhyme Time Jun 2020
Maa,  kya tj pta h
Tri beti ko yha kse jeena pdta h
Ghrpe tu jse mj jgati thi
To koi b chinta mj na satati thi
Yha tri bht yaad aati h
Pr phr b tri beti khud ko smjhati h
Sone k phle aakho se aasu aa HI jaata h
Kuki yha ka akelapan mj bht satata h
Bht jhoota h ye jha
Aasan ni rhna yha
Hr Mod pe ek nayi chunauti aa jati h
Mgr tu preshan mt **
Tri beti tjhko HI yaad krke sbka saamna kr paati h
Maa ku ni h tre jse sb
Kuki pta ni chlta kon yha dhoka DE jaaye kb
Or papa.. Tumhari pari tumko b bht yad krti h
Jb b tumhari yaad aati h.. Ye aakhe ro pdti h
Me tumko dikhati ni ki  akeli hn ME yha
Plz tum mj le jaao na aap sbka saath mil ske jha
Ku wapus ni aa jaate vo din
Jb b tumahri pari preshan hoti thi
Uske saath uske Papa ki himmt hoti thi
Yha to bs roti rh jaati hn
Tumhara intezaar krti rh jaati hn
Koi b mere paas ni aata
Isliye kai baar dil sehem sa h jaata
Bhai..  Tri vo ladai yaad aati h
Jo mj rote wqt b hsa jati h
Or jb Tra, mera US trha dhyan rkhna yaad aata h
Vo hste wqt b mj rula jaata h
Is Hostel ki zindgi ne sbko door kr dia hai
Or Bs hr mode pe akela krke cchod dia hai
Kaash bdi HI na hoti ME
To ab b PAPA ki vhi pari HOTI ME
Maa ki vhi laado hoti ME
Bhai ki vhi shararti bhn hoti ME ..
Nur Almaz Mar 2016
I am your mamak kinda girl,
roti telur, roti planta,
banjir, sambal lebih.

I am your HS Cafe kinda girl,
nasi putih makan,
ayam goreng, kuah campur,
sayur, kentang,
nescafe ais bungkus.

I am your warong kinda girl,
nasi goreng kampung,
telur goyang.

I am your Kelisa manual kinda girl,
anything that moves is fine,
as long as we get there in one piece is good.

But I am also your, "how are you?" kinda girl,
where I expect you to tell me stories,
share insights,
and discuss your day.

I am also your, "random question..." kinda girl,
where I expect thoughts and opinions,
discussions and deep conversations.

I am also your, "tahu tak..." kinda girl,
where I want to tell you my thoughts and opinions,
for us to discuss further in our deeper conversations.

Because I am more than just "that kinda girl".

I am more than an introduction,
or rising action,
I am the ****** to your tale and
I expect a falling action,
which eventually leads to our resolution.

I am a simple girl with simple satisfactions,
but I only have one motivation,
I cannot tolerate mediocrity when it comes to ideas and solutions.

I expect love, power, and compassion,
because it is with you that I expect my conclusion,
which will eventually lead to our next destination,
a new exposition.
Iss daur ka jamana
jane kaha manana
Ek daur aisa tha bhi
Jo sapne the dikhaye
Pura kisi ussi ne
Jisne wo sapne laye ||

Ek daur aaj ka hai
Jo galtiya ginaye
Khud ki nigah me wo
Kabhi khud ko dhundh paye
Kahta hai waqt ab ye
Thoda carrier banaye||

Wo juthe-muthe waade
Kyu usko hai dikhaye
Jite ji mar rahi wo
Leke teri aadaye
Chahat ko bhul baithi
Dene lagi duhayee||

Jo kaash jaan pati
Waade jo tune ki thi
Jo puchti kisi se
Aankhe naa aaj roti
Baat waqt ki hai pyare
Sab aaj hai tumhare
Ek waqt aayega jab
Tum jaljala uthoge
Mai aaj roo rahi hu
Leke teri aadaye
Ek waqt aayega jab
Tujhe denge sab  duhayee
Phir puchnaa kisi se
Teri galtiya ginaye
Jo khud pe roo pada tu
Khud ko hi maaf karna
Naa bolna kisi ko
Kiski lagi lagi duhayee||

Iss daur ka jamana
Jane kaha manana ||

||||
Copyright© Shashank K Dwivedi

email-shashankdwivedi.edu@gmail.com
Follow me on Facebook - https://www.facebook.com/skdisro
Sharina Saad May 2013
Chapati

Hot chapati,
Cold Chapati,
Soft Chapati
Hard Chapati,
Delicious Chapati
Bad chapati
Alia makes her own chapati.....
She burns it a little at the side
Never mind ... Chapati War ends here....
"MUJHE ROTI PASAND HAI"
Alia loves to try just anything.... love my daughter muaahh!!
Sharina Saad May 2013
Hot chapati,
Cold Chapati,
Soft Chapati
Hard Chapati,
Delicious Chapati
Bad chapati
Rina is trying to learn to make her own chapati.....
She is a fast learner, perhaps she could beat all the women in Hoshiarpur India   ....
Let's find out in her new story...   Coming soon Chapati War in Hoshiarpur....
"MUJHE ROTI PASAND HAI"
wrote this when I first learnt how to make chapati
Flame Oct 2018
We are stopped for special checks
At TSA and immigration

We are murdered
In our house of worship
Six innocent lives lost
Oak Creek Gurdwara, 2012

Racial slurs hit our hearts:
*******
ISIS
Towel head

Out of fear
We stop wearing our beautiful salwar kameezes, lenghas, saris, and kurta pajamas
In colors and embroidery your clothes could only ever dream of
We take off our crowns you call turbans
And replace them with baseball caps

We think twice about speaking Punjabi,
Our mother tongue,
Around those that don't recognize it

We stop packing our grandma's handmade saag and roti
To school for lunch
And start eating
Processed Lunchables

We separate into two people
Our American selves
And our Punjabi selves
Almost never does anyone meet both

All because
You don't know
The difference
Between a Sikh and a terrorist
Causticji May 2015
Fluff and puff,
water plugs,
power plants,
paper over eyesores,
paint it matte,
pink as salmon,
pack the homeless
into the Bird's Nest,
ghettoise Moses,
bleed the Amazon
down to size,
moor the battleships
to Yamuna Bank,
let white elephants
run riot on warm Black ice
over those who won't
play ball in our
electric garden
free your head
from the rails
for what?
roti kapda makaan
or BSP ki maya?
be buried or a sport
let laal battis through
ab bus, stop
blaming it on Rio
don't you know
how India shone
in October 2010,
or that Russians love
their children too?
So what if they don't
believe in modern love?
Potemkin villages are
built brick by brick
by BRICS,
Red, Yellow, Orange
kilned to Black.
Eventiasis. Eventism. What's in a name? The fact is, these major sporting events are bleeding the developing countries dry while killing the world in the bargain.
Ryan O'Leary Jul 2019
A roti, is a flat round bread,
so, we are almost there, time
for a baker to pay tribute to
Luciana Pavarotti di Modena,
besides, it was the profession
of his father, who it was, that
yeasted this magnificent tenor.
Grim Reaper Jul 2016
Zamana ** gea maa ke hath ki roti kahye ko,
Or log kehte he ki abji bahut lamba safar tai karna he..
mannley collins Sep 2014
Im a normal kind of guy.
I was born in a normal house,
In a normal street,
In a normal town,
In a normal country,
to normal parents.
My normal parents paid their taxes.
My normal parents supported whatever War was happening.
My normal parents supported whatever monarch was in power.
My normal parents voted for normal political parties.
My parents were normally patriotic.
They led normal lives.
I grew up to be normal.
I went to a normal public/private school.
I had a normal ****** relationship with another boy at school.
I gained a normal education.
I chased girls and some boys as any normal boy would.
I enjoyed normal *** with girls and some boys.
I fell in love with Jazz/Folk/Blues as any normal boy does.
I fell in love with writing and reading aloud "poetry" as any normal boy does.
I fell in love with reading novels and sociology and comparative religion as any normal boy does.
I rode motorcycles as any normal boy does.
I went camping and fishing and rambling in the fields and forests
as any normal boy does.
So my teenage years passed--halcyon days--and nights,
leaving the body behind regularly.
Until I stole my first Alto Saxophone.
Was that normal?.
It certainly was compulsive.
And no shame or guilt either.
I tried,in vain to play like  Charles Parker--
and failed miserably as did everyone else.
I wandered through Europe and the Near East,
and the Middle East and South East Asia--dressed in yellow.
Cooking Rice Dal Sabji Roti-everywhere I went-.
over twigs and sweet smelling cow ****.
My latest horn with "the Pres"engraved on the bell.
Played My Funny Valentine  sideways and upside down.
Plastic Reeds--oh--Plastic Reeds.
And pure Crystal Mouthpieces.
I sat under Gotamas tree and NOTHING happened.
Ah sweet nothing.
I was VOID of all.
Just an empty headed wanderer.




More to come
Pankaj Thakur Sep 2017
"Hawa sang chalna seekh gayi **,"
Thora pankh faila udna bhi seekh jaoge,
Jra azma ke deakh khud ko,
Zindgi ka matlab seekh jaoge.
Khush hoon jaan ke tum logon ko,
Padna seekh gyi **...

Thodi himmat rakh ,
Honsle ke kami nahi tujh me,
Sar utha ke chala kro,
Tumhe darna nahi kisi se..

Tum bholi si nanhi si,
Payari si thi,
Mma papa ki gudiya dulari si thi,
Ankhon main anshoo a jate unki,
Jab tum rote rote so jaati,
Unki ladli payari si tum...

Na jaane kab unki gudiya badi ** gayi,
Unhe pata bhi na chala,
Jiin hathon main kheli  unhi se
vida ** ke chal bhi bdi...

Kya hi zindgi tumhe mili hai,
kuch pal rahi mma papa sang,
Begane aye tujhe le gye,
Tere mma papa ko anshoo de gye...

Hansti kehlti papa ke dil ka taara thi tum,
Kuch khelne ko na hota,
To papa ki peeth ki sawari thi tum...

Papa ki beti aaj badi ** gayi hai,
Kl thak jo roti lagti nanhi si,
Bechari si thi ,
Aaj mma ki vo ladli sayani ban gayi hai...

Gairon ko rehne de,
Papa ka sar na jhukana kabhi,
Bde laad payar se rakha hai tujhe,
kabhi rulana na unhe...

BEti tu lout ke jaldi aana
tera intazar rahega,
Teri maa royi to main sambhal lunga,
Par tere papa roye to.
tere siva koi chup karvane nahi ayega...
Salil Panvalkar Nov 2014
The smell of freshly cooked roti wafted through the air and enters my nostrils
As I walked by the construction site laden with debris, metal, tools and drills
For the first time in a long time my mind subdues its chatter
My eyes come to a rest on a *** of soon-to-be cooked batter

The destitute woman sat by a tiny fire with a handful of pots and pans
Cooking for those whose hands would bring to life the Architect's plans
The look in her eyes wasn't that of servility or resignation
She struck me as one who practised mindful meditation

Two little ones played with a stick within their mother’s line of sight
It was hard to believe that a piece of wood could bring them such delight
Their ages four and seven from the look in their exuberant eyes
Hardly did they know that they were born to be chastised

A stone’s throw away, under the only light bulb, sat a girl in her attire from school
A few books on her lap, a pencil in hand, she sat studying on a wooden stool
She was a dreamer this one, dreamt of making her mother proud
She gave in to nothing but knowledge, for whom humbly she bowed

In the darkest corner lay the father on a wooden cot; bottle in hand
His back to the light, drunken mind wandering through promise land
He had been broken this one; no man’s free without being the master of his own will
Freedom he had never known, for since birth another’s land has he always tilled
roti is a form of Indian bread
Ankit Dubey May 2019
kyun aate ** mere sapno me,
kyun pagal mujhe banate **,
kyun mere man me tum rahte **,
kyun itna pyar karte **,
kyun yaad tumhari aati hai,
kyun aankhen meri roti hai ,
jab mujhse khafa ** jate **.....
kyun mere dil me rahte **,
'mere **' kyun ye kahte **,
kyun pyari pyari baaton se,
mere dil me utarte jate **,
kyu aur mujhe rulate **,
jab mujhse khafa ** jate **....
kyu meri nind churate **,
kyun pal pal yaad aate **,
khwabon ki buniyado me,
bas tum hi tum kyun rahte **,
jara mere dil me bhi dekho to,
kitna mujhe tadpate **,
jab mujhse khafa ** jate **...
kyun yaad tumhari aati hai,
kyun mere kareeb aate **,
kyun mujhse lipat tum jate **,
kyun itne kareeb ** mere,
kyun tum itne pyare **,
kyun behad khobsoorat **,
kyun har bat tumse judi hoti hai,
kyun itni khushiyan dekark pal bhar me rula jate **,
jab mujhse khafa tum ** jate **....
Upupa, ilare uccello calunniato
dai poeti, che roti la tua cresta
sopra l'aereo stollo del pollaio
e come un finto gallo giri al vento;
nunzio primaverile, upupa, come
per te il tempo s'arresta,
non muore più il Febbraio,
come tutto di fuori si protende
al muover del tuo capo,
aligero folletto, e tu lo ignori.
Poi che divelta, nella tracia polve
Giacque ruina immensa
L'italica virtute, onde alle valli
D'Esperia verde, e al tiberino lido,
Il calpestio dè barbari cavalli
Prepara il fato, e dalle selve ignude
Cui l'Orsa algida preme,
A spezzar le romane inclite mura
Chiama i gotici brandi;
Sudato, e molle di fraterno sangue,
Bruto per l'atra notte in erma sede,
Fermo già di morir, gl'inesorandi
Numi e l'averno accusa,
E di feroci note
Invan la sonnolenta aura percote.

Stolta virtù, le cave nebbie, i campi
Dell'inquiete larve
Son le tue scole, e ti si volge a tergo
Il pentimento. A voi, marmorei numi,
(Se numi avete in Flegetonte albergo
O su le nubi) a voi ludibrio e scherno
È la prole infelice
A cui templi chiedeste, e frodolenta
Legge al mortale insulta.
Dunque tanto i celesti odii commove
La terrena pietà? dunque degli empi
Siedi, Giove, a tutela? e quando esulta
Per l'aere il nembo, e quando
Il tuon rapido spingi,
Né giusti e pii la sacra fiamma stringi?

Preme il destino invitto e la ferrata
Necessità gl'infermi
Schiavi di morte: e se a cessar non vale
Gli oltraggi lor, dè necessarii danni
Si consola il plebeo. Men duro è il male
Che riparo non ha? dolor non sente
Chi di speranza è nudo?
Guerra mortale, eterna, o fato indegno,
Teco il prode guerreggia,
Di cedere inesperto; e la tiranna
Tua destra, allor che vincitrice il grava,
Indomito scrollando si pompeggia,
Quando nell'alto lato
L'amaro ferro intride,
E maligno alle nere ombre sorride.

Spiace agli Dei chi violento irrompe
Nel Tartaro. Non fora
Tanto valor né molli eterni petti.
Forse i travagli nostri, e forse il cielo
I casi acerbi e gl'infelici affetti
Giocondo agli ozi suoi spettacol pose?
Non fra sciagure e colpe,
Ma libera né boschi e pura etade
Natura a noi prescrisse,
Reina un tempo e Diva. Or poi ch'a terra
Sparse i regni beati empio costume,
E il viver macro ad altre leggi addisse;
Quando gl'infausti giorni
Virile alma ricusa,
Riede natura, e il non suo dardo accusa?

Di colpa ignare e dè lor proprii danni
Le fortunate belve
Serena adduce al non previsto passo
La tarda età. Ma se spezzar la fronte
Né rudi tronchi, o da montano sasso
Dare al vento precipiti le membra,
Lor suadesse affanno;
Al misero desio nulla contesa
Legge arcana farebbe
O tenebroso ingegno. A voi, fra quante
Stirpi il cielo avvivò, soli fra tutte,
Figli di Prometeo, la vita increbbe;
A voi le morte ripe,
Se il fato ignavo pende,
Soli, o miseri, a voi Giove contende.

E tu dal mar cui nostro sangue irriga,
Candida luna, sorgi,
E l'inquieta notte e la funesta
All'ausonio valor campagna esplori.
Cognati petti il vincitor calpesta,
Fremono i poggi, dalle somme vette
Roma antica ruina;
Tu sì placida sei? Tu la nascente
Lavinia prole, e gli anni
Lieti vedesti, e i memorandi allori;
E tu su l'alpe l'immutato raggio
Tacita verserai quando né danni
Del servo italo nome,
Sotto barbaro piede
Rintronerà quella solinga sede.

Ecco tra nudi sassi o in verde ramo
E la fera e l'augello,
Del consueto obblio gravido il petto,
L'alta ruina ignora e le mutate
Sorti del mondo: e come prima il tetto
Rosseggerà del villanello industre,
Al mattutino canto
Quel desterà le valli, e per le balze
Quella l'inferma plebe
Agiterà delle minori belve.
Oh casi! oh gener vano! abbietta parte
Siam delle cose; e non le tinte glebe,
Non gli ululati spechi
Turbò nostra sciagura,
Né scolorò le stelle umana cura.

Non io d'Olimpo o di Cocito i sordi
Regi, o la terra indegna,
E non la notte moribondo appello;
Non te, dell'atra morte ultimo raggio,
Conscia futura età. Sdegnoso avello
Placàr singulti, ornàr parole e doni
Di vil caterva? In peggio
Precipitano i tempi; e mal s'affida
A putridi nepoti
L'onor d'egregie menti e la suprema
Dè miseri vendetta. A me d'intorno
Le penne il bruno augello avido roti;
Prema la fera, e il nembo
Tratti l'ignota spoglia;
E l'aura il nome e la memoria accoglia.
kevin garcia Oct 2014
The night caught me
When the day left my ***
It embraced me
Called me its child
I fought its querying zeitgeist
I whispered
It was trying to help

Brought to its kingdom
I was forced to observe
I saw the king
What a *****
The queen tried to trick me
Saying she wanted to help

Signs of the snake in the grass
Made me run with the group
I don’t want to be last

We laboured long
Pulling the truth up
From the root of its weave
Seeing lies and trick
Our mind could not conceive

Obedience
The ***** whispered to me
That is all ask for
You will get a tall glass or ****
In the canteen of my mind
I bartered for some
Shut the **** up soda
A red roti
Dripping the blood of my ancestors

I used the benediction
Saluted the moon
And prepared to write fiction
LLZ Oct 2020
Toh Kya hua ,
Pehenti hu Mei jeans top ya short skirt koi,
Par sabhayta dupatte Vali h ,
Ha Mei ladki seher ki rehne Vali hu.

Mana ki pasand h mujhe,
Pizza aur burger khana ,
Par maa ke hath se bani chule ki roti bhi pyaar se khane Vali hu,
Ha Mei ladki seher ki rehne Vali hu.

Ha hu Mei todi ghamandi aur batameez,
Lekin choto se pyaar ,
Bado ka samman karne Vali hu ,
Ha Mei ladki seher ki rehne Vali hu

Nahi sajana maang Mei laal rang koi,
Nahi bandhna Gale Mei kala sutra koi
Ab apne swabhimaan aur aajadi ki or kadam badane Vali hu,
Ha Mei ladki seher ki rehne Vali hu.

Hath badane valo se,
Hath milane Vali hu,
Buri nazar se dekhne valo ko,
Unhi ke nazaro Mei girane Vali hu,
Ha Mei ladki seher ki rehne Vali hu.

Batameezi Kar Jaye gar koi mujhse,
Toh madat ki guhar nahi ,
Muh tod javab Dene Vali hu,
Ha Mei ladki seher ki rehne Vali hu!
City girl😊
Nita Nov 2020
Segelas susu cokelat panas
Selembar roti tawar
Ritual pagi sebelum berkabar
Embun hingga petang
Lara hingga ria
Tanggal muda hingga tua
Pertanyaan dari Ibu masih sama, bagaimana cuaca hari ini?
- Aku jawab, cukup berawan.

— The End —