Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Gadis kecil berpipi bulat senang menari di taman.
Kadang sendiri, kadang bersama kawan.
Suatu hari gadis kecil berpipi bulat bertemu seekor singa.
"Jangan dekati dia! Dia sedang terluka!" Teriak seorang teman.

Gadis kecil berpipi bulat memperhatikan Raja Hutan.
Luka bekas sayatan menganga lebar di dada.
Ia bermandikan darah dan air mata.
Gadis kecil berpipi bulat terkesima.

"Tuan Singa, Tuan Singa! Siapa yang melukai anda?" Tanya gadis kecil berpipi bulat penasaran.
Seekor singa dengan bulu kecokelatan lebat sekilas mendongak, lalu kembali tergolek lemas.
Sekilas bola cokelat mengintip dibalik mata sipitnya.

"Tuan Singa, Tuan Singa ! Apa anda kesepian atau ingin mencari mangsa ?"
Tanya gadis kecil berpipi bulat penasaran. Ia terpesona dan ingin mengobati Raja Hutan.
Tapi bisa saja ia disantap sekali lahap.
Gadis kecil berpipi bulat tetap tidak beranjak.

                  Semoga gadis kecil berpipi bulat tidak dalam bahaya.

[Jakarta, 17 Juni 2019.]

__


Gadis kecil berpipi bulat menemani Tuan Singa bercerita.
Seekor betina pernah singgah dan mempermainkan luka.
Tuan Singa pandai bersandiwara!
Sesekali tertawa di selipan duka.
Gadis kecil berpipi bulat melihat.

Gadis kecil berpipi bulat menemani Tuan Singa bercerita.
Tuan Singa pernah kesepian dan ketakutan.
Takut menengok ke belakang dan diterkam dosa.
Seekor raja hutan meninggalkan banyak korban, pun selamatkan diri sendiri ia lupa.
Gadis kecil berpipi bulat terdiam.

"Semudah itu manusia mati dan semudah itu manusia hidup." Dongeng Tuan Singa.

Si Raja Hutan lelah, dan mulai menyanyikan lagu "Bangunkan Aku ketika September Usai" dari Hari Hijau.
Gadis kecil berpipi bulat menikmati senandung minor luka pengantar tidur.

"Tuan Singa, aku mengantuk. Tapi izinkan aku menemani tuan sampai tuan tidak butuh aku lagi, ya.
Selamat tidur dan bermimpi.
Semoga mimpi malam ini indah."
Ucap Gadis kecil berpipi bulat sebelum pulas.

[ Jakarta, 22 Juni 2019 ]

——

Gadis kecil berpipi bulat sudah terjebak.
Gawat.
Raja hutan mempermainkan teka-tekinya.
Gadis kecil berpipi bulat sibuk mengobati hingga lupa ia pun melukai diri sendiri.

“Tuan singa. Tuan singa.
Apa yang tuan inginkan?
Sebuah hati lagi, atau aku beranjak pergi?”

[5 Agustus 2019]

——

Raja Singa sedang terluka.
Ia gelisah.
Tapi gadis kecil berpipi bulat tidak bisa mengobati.
Atau,
bukan dia, yang sang raja cari ?

[19 September 2019]

_

Cukup.
Waktunya telah tiba.
Gadis kecil berpipi bulat harus pergi.
Semoga kamu bisa tidur.

[04 Oktober 2019]
Saya tulis untuk seorang Singa yang pernah saya kenal.
Klo Sifa May 2016
Kau membuatku bingung Raja.

Sebentar bersikap sehangat matahari pagi, sebentar sedingin tiga perempat malam.

Kau membuatku bimbang Raja.

Aku tak tahu harus bersikap bagaimana.

Aku sudah bertanya pada jalan yang setia menyaksikan kau mengantarku pulang.

Mereka diam.

Aku semakin gelisah.

Karena bahkan jika jalan yang setia diam jika kutanya, bagaimana mungkin kau punya jawaban Raja?

Hatimu tak lebih teguh dari daun yang tertiup jatuh.

Lantas aku harus bagaimana?
Bintun Nahl 1453 Mar 2015
3 Maret 1924..
Tak banyak уαηg tahu αρα уαηg telah terjadi ∂ι hari itu | dahsyatnya makar & kemunduran umat telah melupakan peristiwa detik2 hancurnya institusi daulah Khilafah sang pemersatu
Hingga derita mendera bertubi silih berganti menimpa muslim ∂ι segala penjuru | teraniaya,terhina,tercabik,tertindas,tersakiti,terjajah,menangis tersedu
Umat уαηg satu tak lagi menyatu | terpecah tersekat oleh nation state buatan sekutu | bak anak ayam kehilangan induk terancam hidupnya sewaktu-waktu
Begitulah wajah muslim hari ini | ketika tiada lagi institusi уαηg melindungi | problematika terjadi tiada henti
Hari ini | tepat 91 tahun umat Islam hidup tanpa institusi Khilafah | saatnya melawan lupa & bergerak mewujudkannya
Khilafah janji Allah tersampaikan melalui lisan mulia Rasulullah SAW | walau banyak уαηg beranggapan utopis kembali mewujudkannya | yakinlah tiada janji уαηg pernah ingkar kecuali janjiNya
Nabi saw bersabda,
"Akan datang kepada kalian masa kenabian,& atas kehendak Allah masa itu akan datang.Kemudian,Allah akan menghapusnya,jika Ia berkehendak menghapusnya.
Setelah itu,akan datang masa Kekhilafahan ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah;& atas kehendak Allah masa itu akan datang.Lalu,Allah menghapusnya jika Ia berkehendak menghapusnya.
Setelah itu,akan datang kepada kalian,masa raja menggigit (raja yang dzalim),& atas kehendak Allah masa itu akan datang.Lalu,Allah menghapusnya,jika Ia berkehendak menghapusnya.
Setelah itu,akan datang masa raja dictator (pemaksa);& atas kehendak Allah masa itu akan datang; lalu Allah akan menghapusnya jika berkehendak menghapusnya.
Kemudian,datanglah masa Khilafah ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu, beliau diam".
[HR. Imam Ahmad ]
Saudaraku,
Telah tiba saatnya satukan langkah satukan perjuangan,
Menyongsong kembali janji Allah Sang Penggegam Kehidupan,
Tegaknya kembali Daulah Khilafah ∂ι atas jalan kenabian..
Takbir !!
Allahuakbar !
SalamPerjuangan!
‪#‎3RDMARCH1924‬
‪#‎melawanLupa‬
Gourav R Dwivedi Dec 2022
Raja Dahir, the Brahmin noble king of Sindh,
Defender of his realm and his subjects,
He stood steadfast against the Arab invaders,
Determined to keep them at bay.

With sword in hand, he fought with valor,
Leading his troops into battle with fierce pride.
But despite his valiance, he could not stand
Against the  pyrrhic of the Umayyad Caliphate.

During his reign, culture flourished,
Music and science flourished as well.
But these achievements were not meant to last,
As the Arab forces soon did dwell.

In the end, he fell to their sword,
His kingdom conquered, his people enslaved.
But his spirit lives on, a symbol of resistance
Against foreign ******* and oppression.

Raja Dahir, our hero, our guide,
We honor your memory and your sacrifice.
May your legacy live on forever,
As a beacon of hope for all who fight for freedom.
To give respect to him and not forget about his achievements
mannley collins Sep 2014
When I do not write poetry!
When I cant write poetry!

When all I can write is strings of meaningless associated  words
about my meaningless associated experiences
in  any of my meaningless associated lifetimes.
Spent committing meaningless associated actions.
Avoiding meaningless associated people with their
meaningless associated GroupMinds.
All meaningless without the Isness of the Universe's hand in mine.

Wandering through life with few companions.
Clad in yellow  dust.
Doing my Raja Yoga practices.
Doing my Tantric Yoga practices.
Doing my Bhakti Yoga practices.
Doing my Gnana Yoga practices.
Doing my Karma Yoga practices.
Doing my Hatha Yoga practices.

Raja Yoga.
waking--sleeping--sitting --lieing--standing--walking--running--eating--*******-swimming--r­ock climbing-trekking the  high  Himalayas---and always doing deep nasal Kriya Yoga breathing as I contemplate the passage of my days and nights and seek the answer to the eternal question of --
Who am I?.
Who am I?.
Surely not the vain and deceitful Mind?
Am I really a small but equal individual,independent,nameless,formless,genderless and non physical individual Isness formed from the Isness of the Universe?.
An individualIsness chasing after being in the
ultimate state of Separate and Merged with the Isness of the Universe.

Tantric Yoga.
Doing various sweaty and pleasure filled acts of ***  with male or female or femboy or boygirl or ******* or pansexual or anyone I fancy with a **** or a ****--and a minimum of love.
My stiff **** in a ****.
A stiff **** in my mouth.
A stiff ****  in my *******.
My stiff ****  in an *******.
*** dribbling down the inside of my legs.
*** dribbling down my chin--all over my face.
Licking wet swollen **** lips.
Licking swollen *****.
Always aiming to arouse ******--to turn on Kundalini.
To reach out and touch the hem of the Isness of the Universe's robe

Bhakti Yoga.
Singing and dancing and painting and glassperlenspiel and cooking and laughing and crying and playing----.
Saxophones and clarinets and flutes and drums and  stringed instruments and the "fool".
Especially my beloved Selmer Alto Clarinet--curved like a
serpent drunk  on life
But the greatest of my instruments is-the "fool".
Foolish for life.
Foolish for unconditional love.
Foolish for to make people laugh.
Foolish for believing that I can solve the riddle of "who am I"?.
All for the delectation of the Isness of the Universe.

Gnana Yoga.
Reading books and pamphlets and essays and sutras and suras and verses and scribbles on grubby pieces of paper.
Searching for that elusive string of associated words that tell me that an honest woman or man passed this way before me.
Not a worshipper of any "god" or "goddess" or any other Celestial being made by the Isness of the Universe to mask  its innocence.
No enlightend beings for me-oh no!.
No buddas for me-oh no!.
No beings in Gnosis for me-oh no!.
No avatars for me--oh no!
No sons or daughters of any "god" or "goddess" for me --oh no!
Just a person,*** irrelevant but compulsory, that had realised,existentially, for a brief moment that they too are a part of the essence of the Isness of the Universe.

Karma Yoga.
Every act I commit adding or subtracting from that accumulation of
Karmas,good and bad or neutral, from every lifetime I have lived.
Boy you gonna carry that weight!!.
Roll that boulder up the hill.
Only ever making Neutral Karma.
Beyond the deceptions of Duality or Non-Duality.
Neutral Karma that only arises
by practising the Six Fundamental Yogas.
But not as an obsession or a lifestyle choice.
Hey Isness of the Universe-give me a helping  hand here!

Hatha Yoga.
Keeping my current body healthy enough so I can
do all other five of the Six Fundamental Yogas.
Cooking million star meals.
No 5 star chefs in my houses.
Eating Organically and drinking water from lifes many springs.
A green leaf salad every day
Taking part in the exercise of living.
No contortions or posturing for me.
Ha! the ingoing breath.
Tha! the  outgoing breath.
Breathing set as conditioned reflex--living on automatic.
Random deep nasal breathing--waking and sleeping.
Dreaming of the Isness of the Universe.
Waking up in the Isness of the Universe's arms.
Feeling the Isness of the Universe's breath on my fevered brow.
Listening to the Isness of the Universe murmuring in a billion billion different ways--
I love you.

Hearing the Isness of the Universe say--
I breathe through your nose and lungs.
I smell through your nose.
I see through your eyes and insightfulness.
I look through your eyes.
I lick the  juice of **** or **** with your tongue.
I taste Vanilla Ice-Cream with your tongue.
I blow a wet **** or stiff **** with your mouth.
I breathe life into the Alto-Clarinet with your mouth.
I touch nakedness of others with your fingers.
I feel the Void with your fingers.
I wake into consciousness at your urgent voice.
I spring into life at your very step.
I experience all through your body.
I experience existence through your life.
I love unconditionally through being
loved unconditionally by you.
I am humble before you.
My beingness is  exalted by your humility
Your beingness is exalted by my humility.

www.thefournobletruthsrevised.co.uk
Maa
Jab aankh khuli to amma ki
godi ka ek sahara tha
uska nanha sa anchal mujhko
bhumandal se v pyara tha.....
uske chehre ki jhalak dekh
chehra phulo sa khilta tha
uske stan ki ek bund se
mujhko jeevan milta tha
haatho se baalo ko noocha
pairo se khoob prahar kia
phir v us maa ne puchkara
humko jee bhar ke pyar kia

Mai uska raja beta tha
wo ankho ka tara kahti thi
mai banu budhape me uska
bas ek sahara kahti thi
ungli ko pakad chalaya tha
padhne vidlaya bheja tha
meri naadani ko v neej
antar me sadasaheja tha

Mere saare prashno ka wo
fauran jawab ban jaati thi
meri raho ke kaante chun
wo khud gulaab ban jaati thi
mai bada hua to college se
ek rog pyar ka le aaya
jis dil me maa ki murat thi
wo ramkali ko de aaya

shaadi ki pati se papa bana
apne rishto me jhul gya
ab karwa chauth maanta hu
maa ki mamta ko bhul gya
hum bhul gye uski maamta
mere jeevan ki thati thi
hum bhul gye apana jeevan
wo amrit wali chaati thi

Hum bhul gye wo khud bhukhi
rah karke hume khilati thi
humko sukha bistar dekar
khud geele me soo jaati thi
hum bhul gye usne hi
hotho ko bhasha sikhlayi thi
meri neendo ke lie raat bhar
uss maa ne lori gaayi thi

hum bhul gye har galti par
usne danta samjhaya tha
bach jau buri najar se
kala teeka sada lagaya tha
hum bade hue to mamta wale
saare bandhan tod aaye
bangle me kutte paal laye
maa ko vridhaashram chod aaye
apano sapno ka mahal girakar
kankar -kankar been laye
khudgargi me uske suhag ke
aabhushan tak cheen laye

Hum maa ko ghar ke batware ki
abhilasha tak le aaye
usko paawan mandir se
gaali ki bhasha tak le aaye

to be continued ........(next part may be in next week)
Copyright© Shashank K Dwivedi
email-shashankdwivedi.edu@gmail.com
Follow me on Facebook - https://www.facebook.com/skdisro
Jaanam Jaswani Jan 2015
I blame myself for distasteful stupidity;
This inability to conceptualise my sentiment.
I'm magnetic to your waffled fingers, and you're blind
To palpability.

Your purity pours into me like a purgation I've never known;
A thousand sins, each recognised, loved.
How many words have we swapped?

I pine, boy, and ponder upon the postulates you follow
To place a seed into my soul.
Must I really bury my affections for you?

*Saya ingin berdiri sebelah kamu, sebagai putri raja kamu.
Har haal mein hum khush reh le,

Gujarish hai bs mera humsafar har janam mile.



Tabeez bnkar har buri nazar se mai unhe bacha lu,

Apni har saans mai har janam unke sang likh du.



Ye saanse agar tham bhi jayein,

Aye mere sanam aap humesha mere sang rahein.



Ye uljhi hui haathon ki lakeer,

Aapke aane se sajti hai taqdeer.



Mere rom rom bs ek hi hai naam,

Aye khuda padh le mere naam se aaya paigaam.



Daaman failaye fariyaad hai tujhse,

Humesha jode rakhna mujhe unse.



Wo mile sab kuch paa liya maine,

Aur kuch na ab mujhe chahiye.



Ankhiyon ko sukoon milta,

Jab chehra unka dikh jaata.



Is rani ki jaan tou hai wo raja,

Unhi ki badault meri maang mein sindoor saja.



Har koi chahta hai us aasmaan ke chaand ko,

Mera chaand tou mere paas humesha **.



Sajda karu mai unki is rooh ko,

Suche moti se bhi saacha hai unka dil wo.



Poori kayenaat samet ke meri jholi mein daal di,

Is dil ki saanse tou us dil se humesha humesha ke liye judi.



Wo saath hain tou mera khuda hai mere pass,

Behad pyaara hai unka aur mera dil ka har ehsaas.



Jab raakh ** jayegi ye kaaya meri,

Mujhe har pal sukoon pahuchayegi awaaz wo teri.



Saanse rahe na rahe mere saathiya,

Humesha mere sang rehna mere mahiya.



Jab umar ki ye naiya bhawar badal legi,

Chehre ki chamak apne rang badal degi.



Fir bhi aap humesha mere sang rehna,

Mujhe aapse bs yahi hai kehna.



Bikhre bikhre se they hum pehle,

Aapke aane se is zindagi mein phul khile.



Mere pass shabd hi nahi hain ki kaise us uparwale ka ,

Mai shukriya ada karu? Aap mile sab kuch mil gaya.



Jab ye waqt khafa hone lagega mujhse,

Ye duniya bhi saath chhor degi aas rhegi tujhse.



Har kadam par saath rehna mere sanam,

Tere siwa koi nahi hai mera humdum.



Ye qismat humari bhut khel hai khelti,

Dil ki dadhkane har pal aapko talaashti.



Chahe kaisa bhi ** manjar,

Zameenein hongi banjar.



Tab bhi mere sang rehna.

Bs yhi hai aapse kehna.



Aapke ye ardhangini humesha hai aapke saath,

Haathon mein liye hardum aapka haath.



Chahe waqt badle ya taqdeer khel khele,

Har pal aapki biwi milegi aapko lagaye seene se .



Kuch nahi chahiye humein,

Neele gagan ke neeche kahin bhi aapke sang rehle.



Bs aap saath rehna,

Itna hi mujhe kehna.
Shrivastva MK Apr 2018
Waqt bhi kitna khubhsurat hai ,
Aate jaate logon ki duniya ujaad deta hai .
Kehte hain waqt saare ghav bhar deta hai ,
Asliyat tou ye hai waqt dard ke saath jeena sikha deta hai .

Do pal ki hai ye zindagani ,
Na do kisi ki ankhiyon mein paani.
Jo lamhein hain chaliye muskurakar bita le,
Jaane kal zindagi kaun se mod par lakar khada kar de .

Kya pta kal saanse hi tham gayi ** ,
Kitna bhi pakad lo .
Fisalta jaroor hai ,
Ye waqt ki fitrat hai yaaro badalta jaroor hai.

Band ghadi bhi din mein do baar sahi samay btati hai,
Man se na haarna aye dost meri tumse gujarish hai .
Maidan se haara dubara jeet sakta hai ,
Man ke haare haar hai man ke jeete jeet hai .

Waqt kahega har baar main lautkar na aaunga,
Khuda Jaane wo hasayega ya rulayega.
Waqt har chiz ki parakh sikha hai jaata ,
Kisi ke khatir ek pal bhi nahi hai theharta.

Waqt ne kisi ko jina sikhaya hai,
Waqt ne sach ka aaina dikhaya hai,
Waqt ka azuba dekho yaaro,
Kisi ko raja tou kisi ko rank banaya hai,

Waqt ne hamara ahamiyat btaya hai,
Waqt ne hume kaanto pr chlna sikhaya hai,
Jisne bhi waqt ko gale lagaya hai,
Use waqt ne us aasmaa jaisi uchai pr pahuchaya hai,

Kitni azeeb baat hai,
Waqt se din waqt se raat hai,
Aaj shaam hai tou kal savera bhi hoga,
Success bhi milegi aur danka bhi bajega,

Waqt ki ahamiyat ko jo log bhul jate hai,
Ant me sirf whi log aansoo bahate hai,
Rote hua es duniya me aate hai,
Vyarth jivan jikar rote hue chale jate hai....✍


Collaboration  by Manish Shrivastva  and Sonia Paruthi
Ketika awan tak lagi biru
dan mawar tak nampak merah
Gemerlap neon di angkasa mengaburkan sisi moral serta logika
sinisme dan dosa duniawi tak lagi terhalau
dan pepohonan kering menyeruak
Angkasa menjadi saksi

Akan ada kesederhanaan
pemikiran kecil akan hidup di metropolis
belenggu takdir,
tangis serta tawa
larut dalam anggur hitam yang akhirnya luruh dalam hasrat memiliki

Menuju masa lalu,
berhenti,
angin pagi pun hilang,
bersama raja angkasa yang padam
langit membelah
turunlah tangga menuju puncak duniawi
merentang seluas tangan,
menggapai mimpi-mimpi sederhana yang hilang terbawa arus kering,
menusuk tanpa arti
Yang Terhormat
Pahlawan Yang Terkubur Derasnya Kapitalisme
Membinasakan, demi bertahan
Menindas, mencerca, demi jadi raja hutan (singa kali..)
Ganas dan bengis, mengingkari kawan seperjuangan
Memang, manusia sekarang banyak yang tak lebih dari binatang!

Aku juga ingin jadi binatang
Binatang semut..
Ulat dimakan ayam
Ayam dimakan elang
Elang dimakan harimau
Semut? Semut tak pernah masuk rantai makanan
Karena ia kedahuluan mati terinjak

Walau begitu
Semut menggemukkan tanah
Tanah gembur tempat tumbuh rumput dan pohon subur
Rumput dan pohon subur jadi pusat rantai makanan

Kalian lihat kan peran semut?
Cakap dan mulia urusannya
Saking jadi pahlawan
Semut tak layak dinamai binatang
Mereka tak pas jadi tandingannya
hehe

Makanya aku ingin jadi semut
terlanjur modern.
Mann Choudhary Apr 2013
KHAPHA HOKE WO MUJHASE
MUH MOR CHAL DIYE…………
KI KYA THI KHATA ……………
BIN BOL CHALDIYE…………….
HUM TO UNAKE KADAMO MEN
DIL KHOL RAKH DIYE………………
KYA THI UNAKI RAJA……………….
BIN BOL CHAL DIYE………………..
BIN BOL CHAL DIYE…..…………♥
Bella Ayu Apr 2019
Nama saya perempuan, begitu kata dokter, ulama, pendeta, ayah juga ibu.
Nama saya perempuan, maka dari itu sejak kecil saya diajari memasak, mencuci piring, menyapu dan bertingkah lembut gemulai. Sebab katanya perempuan yang tak apik hanya menjadi barang tidak berguna atau orang-orang biasa menyebutnya dengan rongsokan!
Mereka ogah, saya pun tersingkir.
Nama saya perempuan, sebab saya di dandani bak putri raja, rambut saya dipelihara agar indah menggoda seperti putri-putri raja dalam buku dongeng.
Nama saya perempuan, karena itu ia membutuhkan sanggahan lelaki yang akan membuatnya tegak berdiri.
Tanpa lelaki ia rapuh, ia akan oleng bagai tertiup angin puyuh. Lagi-lagi “katanya”.
mannley collins Jul 2014
that needs or wants  to join and experience the "discipline"?.
Either taking or  giving--we are two way.
All formed from the Isness of the Universe.
male or female,preferably under the age of death of body?
Youthful in appearance.
No fatties or druggies.
Well mannered and trustworthy.
Frustrated for ******.
Reach it through Tantra.
Players of instruments.
(but NOT others styles and energies)
can you travel?
India or Amsterdam or Deia or Kathmandu?.
No wage slaves.
No poets.
No inhibitions.
No taboos.
No deranged or psychotics.
Preferably practising Raja students.
No cost.
Except total dissolution of Mind and Conditioned Identity.
Noandy Apr 2016
Gelapku membisiki
Ada iblis
Dalam dirimu
Dan ia tidak bisa mati

Kau diikuti
Dari pekatnya malam
Di sela-sela lampu jalan
Kau lalu dirasuki

Kenapa iblis, bukan setan,
Tanyamu
Gelapku membisiki,
Karena ia kini kaujadikan raja

Kau tak yakin pada gelapku
Pada yang akan kau lakukan:
Akan mati, atau terus hidup
Kau tak merasa disusupi

Ada iblis dalam dirimu
Dan ia kekal rupanya
Sekarang yang mencintaiku
Kau atau iblismu?

Siapa nama Sang Iblis?
Tanyamu pada sayup gelap
Gelapku membisiki:
Namanya Harap, ia mengindahkan borok
Akkha khola te saamne tu hove,
Rabb tou aiyo dua mangdi ve.
Zindagi da koi mol ni tere baigair,
Tere baajo adhuri aa teri heer.

Tere ch mai apda khuda labheya,
Qismat wali aa je tu mera saaya baneya.
Har koi kise di majburi ni samjhda,
Par tu har vele mainu labhda.

Kise shayar tou ohda dard na pucheyo,
Dard nu vi inni khubsurti naal aakhe oo.
Ki sabnu pyaar ** jave,
Tere dil ch thandi chawa ve.

Shukar dateya tera,
Khushi aa ki oo sitara mera.
Aasmaa tou tott ke mere jholi paaya,
Rooh ch meri sirf ohi samaya.

Tuhadi dewa mai ki missal,
Tussi ** hi bemisaal.
Zindagi da har ik panna rangeya tussi,
Tuhadi mukhde te hove har pal khushi.
Dylan Whisman May 2016
Instead of paper, here you are.
Rather than dust, here you are,
removing the world of its
human fingerprints.

Like a flicker of the sun,
a shaving of light, you soar
across the trembling flowers,
calming them with your weightless touch.

Dancing on air,
you suspend in the space,
spreading an earthly joy
into the wind, into the silent sound.
The breeze, your raja, the sun your mantra,
and I, your beholder.
Bolat chameli beli
Are sakhi rajanigandha
Bolo
Kyon ithlati **?
Rajani bolat are sakhiman!
Meri maiya bolati thi
Are bitiya sun lo na!
Kabhi mala mein goonthi
Jaakar premi ko ithlaogi
Ya kisi raja ke mukut
Prem shaiyya ki
Sartaj kehlaogi
Lekin aas ek hi rakhna
Are banmali
Us path par mujhe tum
Dena phenk
Jis path matribhumi
Par sheesh chadhane
Jaayein veer anek!
Kya asha hai rajani
Boli chameli beli
Ithlana tumhara sarthak hai
Tumhi to veeron ki mala
Ki saakhi!
Re rajani,tum **
Punyavati manjari!
'Pushp ki abhilasha ' se prerit!
Main hoon dasi
Kisi ki naukrani nahin
Na koi kaharin
Main hoon devadasi
Devalayon ki shobha
Sada saanjh ko
Kanak deep jala
Devstuti kar
Khud ko bhagyawati samajhti
Main hoon devadasi
Yahi to hai mera garv
Wah din yaad hai aaj bhi
Raja ne jis din meri pratibha
Ko samjha
Mujhe devadasi ka pad saunpa
Mere premi mere devta
Prabhu
Sada raat ko jinke liye
Ghunghroo pehen naachti main
Lekin garima meri hai aisi
Aashiq mere anek
Naachti jab main
Mujhe dekh
Woh kya maza lootte
Mere punya ko chhente!
He prabhu
Jeeti hoon ab
Roz shoshan ke dar mein
Uddhar Karo naath
Tumhari patni nahin
Aakul bhagat ki to guhar suno
Uddhar Karo prabhu
Kehlaun mein
Punya devadasi!
The flames from the coal fire
drew pictures across the ceiling,
I
was held spellbound but earthbound by the stories
which grandfather told,
tales of pirates,lost gold and the Raja's from India,
tigers and paintings like I'd never seen
which danced in the dreams that I took
with me to bed.

He said to me,
'lead or be led
be one of the flock or the head
the choice is within you.
Grandad was wise and I supposed that he
knew almost everything about everything,
he'd been everywhere where there was anything
to see
or so he told me.

Grandad, dad's dad went away
left me sad
but dad said,
'don't fret
he's still with us'
and yet
I don't see him.
persefona Jun 2015
to je kraj raja
kada mrtva lipa zamaze stopala, nabubrela od gazenja
nekada mirisni pupoljci
zalepe se za stomak

onda kada se avioni pomesaju sa zvezdama
i leteci mravi grizu ko na udici usecerenu krusku, moja stopala
to je kraj
konacnost spoznaje
tako rano,
previse rano
John Darnielle May 2020
I remembered you
I remembered where you'd come from
I remembered you
I remembered where you've gone

And in the shifting neon air
I saw the colors of the revolution everywhere
Blood royal

I remembered you
I remembered all the things you said
I remembered the shape of your face
I let the thought go to my head

And in the iron blue dawn
I felt power coming on
Blood royal
Sí. Don Juan está triste, porque empieza a ser viejo.
Sus sienes ya blanquean y se arruga su frente…
Deliberadamente rompió su último espejo,
pero aún frunce con gracia el entrecejo,
y sabe, como nadie, decir lo que no siente.

Más aún que su espada de acero toledano,
tiene un filo temible su mirada insolente;
y una clara amatista resplandece en su mano,
con un episcopal fulgor mundano,
pero, como su dueño, ya se sabe que miente.

Sí. Don Juan está solo definitivamente:
Ningún beso lo espera; ningún labio lo nombra…
Pero sobre la alfombra su sombra está presente;
y entonces, con un gesto displicente,
Don Juan cruza los brazos… y le miente a su sombra:

«Realmente, yo fui un poco
aventurero: Me atraía el mar;
no fui insensible al juego, ni al buen vino tampoco,
y el amor fue un camino por el que supe andar.
Y, siendo un poco audaz y un poco loco,
un día, alegremente, me abandoné al azar.

»Y fui marino. Supe de las rachas sonoras
que en los tensos cordajes enredan una ronca sonata;
y en los ponientes de escarlata,
y en la azul placidez de las auroras,
vi palpitar los amplios velámenes de plata,
y me enjoyó de espuma la tajante inquietud de las proas.

»Y en las noches serenas, cuando el viento es un cálido encaje
que difunde fragancias de luceros,
comprendí por qué dicen que la muerte es un viaje,
y por qué se prolongan los adioses postreros
en los sordos hervores del oleaje
y en las canciones de los marineros.

»Pero en el mar airado o apacible,
y en la canción como en la imprecación,
con las manos crispadas en la jarcia flexible
o en la circunferencia del timón,
mi corazón, mi absurdo corazón,
permaneció impasible.

»Y fui guerrero. Y supe reír en la batalla,
con ímpetu invencible y entrecortado aliento,
cuando de súbito restalla
su látigo violento
la metralla,
sembrando de amapolas el elástico surco del viento.

»Y supe de la red que sabe a tierra,
del sol que raja el cráneo, de la lluvia tenaz,
de la fiebre en la jungla, de la asfixia en la sierra,
de la emboscada y del ataque audaz.
Y entonces comprendí por qué la guerra
tiene amargas raíces que alimentan la paz.

»Pero en el empujón irresistible
del asalto, al flamear el pabellón,
o al morder las palabras de una orden terrible
entre el hálito acre del cañón,
mi corazón, mi inútil corazón,
permaneció impasible.

»Y fui poeta. Hambriento de hermosura,
filtré vagos acordes en la alquimia sutil del poema;
cincelé cada estrofa como una miniatura,
y pulí cada verso cual si fuese una gema,
una gema inmortal de la diadema
de la belleza pura.

»En mis recreaciones de orífice sonoro,
dibujé en los misales, como un monje demente,
mayúsculas esbeltas con pájaros de oro;
y, al esculpir la Venus de una fuente,
con el sabio retoque de mi buril paciente
alisé cada grieta y cada poro
hasta dejar el mármol transparente.

»Pero al lograr un ritmo imperceptible,
o al apresar el tema de una alegre canción;
o cuando en una frase fue visible
un perfil impreciso de mi imaginación,
mi corazón, mi estéril corazón,
permaneció impasible.

»Después… ya no recuerdo. Fui pintor
y fui juglar, y músico, y fraile, y mercader;
espadachín, tahúr y trovador…
Y todo por amor a la mujer,
sin que nunca encontrara la mujer de mi amor.
Y después, todavía, como algo muy lejano,
recuerdo un brusco cambio de mi suerte:
Ya próximo al patíbulo villano,
la clemencia de un príncipe me salvó de la muerte,
y mis impertinencias me hicieron cortesano.

»Las mujeres pasaron, y, una a una,
dejaron solitarios mis festines,
pues fui dueño de todas y esclavo de ninguna;
y besé a una princesa bajo un claro de luna
que esparcía su polvo de plata en los jardines.

»Yo amé la boca sabia que extenúa el exceso
y fui de beso en beso tras la boca inexperta.
Pero no amé jamás. Amar no es eso.
El beso es una llave para abrir una puerta,
y yo cerré las puertas con la llave del beso;
y ahora no me ha quedado ninguna puerta abierta.

»Pero, tal vez aquella… La tapada
que vi en… ya no recuerdo. La dama iba deprisa,
y un rufián la insultó. Saqué mi espada…
Ella quedó indecisa…
Yo atravesé el rufián de una estocada,
y ella me sonrió, sin decir nada,
y huyó… Sólo vi de ella su sonrisa;
y después su sonrisa huyó en la brisa,
pero dejó la brisa perfumada!

»Aunque, de haber besado y poseído
la boca aquella que me sonreía,
hoy fuera en mis recuerdos una calle vacía,
o un contorno de niebla que flotara en mi olvido.

»Y ahora, ya se me va la juventud,
mi juventud, que fue por tierra y mar,
ebria de ensueño y loca de inquietud;
y ahora sólo recuerdo lo que quiero olvidar,
y, esclavo de mi propia esclavitud,
me siento solo y necesito amar.

»Amar por vez primera, para olvidar mi hastío;
soñar mi último sueño, y volver a empezar…
Pero en vano se exalta mi deseo tardío:
El leño que arde pronto, pronto se queda frío,
y yo ardí en cuerpo y alma, al vivir y al soñar.

»Y, sin embargo, a veces, el corazón insiste
en su antigua locura del beso y la mujer,
pero después del beso la boca queda triste,
triste como un camino en el atardecer.

»Sólo ansío la gloria de los días serenos.
Si pasan las mujeres, yo las miro pasar
como miran los niños los juguetes ajenos,
pero los niños sonríen con ganas de llorar.

»Sí. Yo vencí la vida, sin pensar de qué modo.
Me alcé soberbiamente, con gesto vencedor…
Y hoy me vence la vida, pues, teniéndolo todo,
sé que todo me falta si me falta el amor!»

Don Juan calla, y contempla, sobre la roja alfombra,
su sombra, que, sin duda, también cree que él miente.
-Ningún beso lo espera; ningun labio lo nombra... 1
Y, repentinamente, da la espalda a su sombra,
y una lágrima empaña su mirada insolente.
Zane Safrit Mar 2019
I wanna live
With the asana girl
We could be happy
Drinking our ghee
With my asana girl

She speaks in their slogans
I nod and say yes
We roll on our mats and
Breathe through our noses
My asana girl

Twelve yogis humming
A sitar for show
The raja relaxes
And waits between chants
For his asana girl

I don’t need no money
I’m happy as hell somehow
Karma’s a ***** y’know
You see it’s all a big show
Om... om... om


Copyright © 2019 by Zane Safrit. All rights reserved.
This is a new-age take on Neil Young's 'Cinnamon Girl.' https://www.youtube.com/watch?v=3lZ6bBeJ488
Zumban las balas en la tarde última.
Hay viento y hay cenizas en el viento,
se dispersan el día y la batalla
deforme, y la victoria es de los otros.
Vencen los bárbaros, los gauchos vencen.
Yo, que estudié las leyes y los cánones,
yo, Francisco Narciso de Laprida,
cuya voz declaró la independencia
de estas crueles provincias, derrotado,
de sangre y de sudor manchado el rostro,
sin esperanza ni temor, perdido,
huyo hacia el Sur por arrabales últimos.
Como aquel capitán del Purgatorio
que, huyendo a pie y ensangrentando el llano,
fue cegado y tumbado por la muerte
donde un oscuro río pierde el nombre,
así habré de caer. Hoy es el término.
La noche lateral de los pantanos
me acecha y me demora. Oigo los cascos
de mi caliente muerte que me busca
con jinetes, con belfos y con lanzas.
Yo que anhelé ser otro, ser un hombre
de sentencias, de libros, de dictámenes
a cielo abierto yaceré entre ciénagas;
pero me endiosa el pecho inexplicable
un júbilo secreto. Al fin me encuentro
con mi destino sudamericano.
A esta ruinosa tarde me llevaba
el laberinto múltiple de pasos
que mis días tejieron desde un día
de la niñez. Al fin he descubierto
la recóndita clave de mis años,
la suerte de Francisco de Laprida,
la letra que faltaba, la perfecta
forma que supo Dios desde el principio.
En el espejo de esta noche alcanzo
mi insospechado rostro eterno. El círculo
se va a cerrar. Yo aguardo que así sea.

Pisan mis pies la sombra de las lanzas
que me buscan. Las befas de mi muerte,
los jinetes, las crines, los caballos,
se ciernen sobre mí... Ya el primer golpe,
ya el duro hierro que me raja el pecho,
el íntimo cuchillo en la garganta.
Bhakti Apr 2018
Inspired from Punit Raja...
खामोश था वो कमरा , एक टेबल ,कुर्सी ओर खिड़की थी जहाँ से सूरज की हल्की हल्की रोशनी सामने रखे काँच को छू कर कुछ समा रोशन कर रही थी , सन्नाटे में पंखे की आवाज का हल्का खलल नादान गुस्ताखी की तरह नजर आ रहा था ।
मैं वहां कुछ वक्त अपनी तन्हाइयो के साथ बिताने बैठ गई , आँखे मूंदे हुए मैं खुद से कुछ सवाल जवाब की मन्शा में थी ।
जिंदगी का एक बड़ा सफर बिताने के बाद ये वक्त था जहाँ में अपने हर दर्द की एहमियत जान सकू ।
सामान्य इंसानो की तरह मेरी जिंदगी भी कई जख्मो , अश्कों से हो कर गुजरी थी ।

स्वतः आज मन ने हर जख्म के आलंकन की ठानी सूची बनाते हुए मेने एक एक कर अपने हर दर्द से रूबरू हो उनकी पीड़ा सुनी ।

गरीबी का दर्द , अपनो के खो जाने का दर्द , इश्क का दर्द , आत्मसम्मान का दर्द ........
बेशक ये हर दर्द अपने आप मे भीषण जख्म का सैलाब है , पर उनसे मुलाकात के बाद मेने आत्मसम्मान , स्वाभिमान खो जाने के दर्द को सर्वोपरि जाना........ पर क्यों ???

की वक्त नही रुकता किसी के लिए ओर कोई नही रुकता वक्त के लिए अतः किसी को खोना इश्क में या जीवन मे भुलाया तो नही पर धुँधला सकता है
जख्म मिट तो नही सकता पर भर सकता है

धन संपदा तो हर महापुरुष के लिए निर्मूल्य है।
परंतु जो स्वाभिमान मार दिया जाए तो शरीर जीता है , हर रोज अपनी आत्मा को छलनी कर के ,
हर दिन रक्त की एक ओझल बून्द शरीर का त्याग करती है ।
जैसे रूह स्वयं का गला दबा मृत्यु की के समक्ष गिड़गिड़ाती हो , ओर मोत मुस्कुरा कर सामने से गुजर जाती हो ......
की याद करो उन वीरो को जो स्वतंत्रता , आत्मसम्मान की रक्षा के लिए कफन शीश पर ओढ़े निकल जाया करते थे , क्या उन्हें नही चाहत थी धन की , मोहोब्बत की , अपनो की ?
पर शायद उन्होंने अपना स्वाभिमान छलनी होते देखा होगा और उनकी रूह ने दुत्कारा होगा कई मर्तबा...
परंतु अगर ये शाश्वत है कि स्वाभिमान सर्वोपरि है , तो कैसे हमारा जीवन शोभनीय है ?
जहाँ हमारे देश मे परदेश के जिंदाबाद के नारे लगाए जाते है और हम सुन कर चेन से सो जाते है ।
हमारी स्त्रियां बेआबरू हो जाती है और हम पन्ना पलट कहते है ये किस्से रोज आते है ।

की हम की आपने देश को आग में धकेल कर धरने ओर मानवता का नाम देते है
शिरोमणि है देश उसके बाद धर्म फिर धर्म के नाम पर अपनी धरती का आँचल खून से सना देते है
क्या हमारी आत्मा चीखती नही या मार दिया है हमने ही उसे निर्दयता से

इस भीषण द्वंद से कपकपा कर मेरी आँखें खुली
शरीर पसीने से युक्त , काँपते हुए हाथ .....
ये मेरी रूह थी जो मुझसे मेरे स्वाभिमान , मेरे देश का सम्मान मांग रही थी ....

और आपकी रूह क्या माँगती है आपसे ????
Sesekali aku ingin bermain catur
dengan ayah mu,
sambil berkata;

Mereka boleh mengambil
Raja pasukan,
bahkan istanaku,

tapi tidak
untuk putrimu.
strategi memulai perang hati dimulai…
¡Fue el combate espantoso, fue sangriento!
Hizo estragos la muerte, cual desgaja
Los árboles, y tala, cuando baja
Rugiendo el huracán del firmamento.

Hoy aquí sólo se oye el grato acento
Del labriego que el suelo en surcos raja,
Y el ruido de la mies, que cual mortaja
Los huesos cubre y se columpia al viento.

Donde antes la metralla asordadora
Nobles vidas segó, con su hoz el fuerte
Labrador siega mies contento ahora.

¡Llanura un tiempo en sangre humedecida,
Monumento de honor, campo de muerte:
Signe brotando de tu seno, vida!

— The End —