Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
NURUL AMALIA Jul 2016
Aku tak mengenal dirimu sebelumnya
kamu tak tahu diriku
tapi saat itu..
Awan abu- abu menggantung dilangit
menumpahkan isinya
ya hujan..
hujanlah yang mengawali pertemuan kita
pertemuan yang indah
hujan jadi saksi cinta kita


NA.2016
Nur Almaz Mar 2016
I am your mamak kinda girl,
roti telur, roti planta,
banjir, sambal lebih.

I am your HS Cafe kinda girl,
nasi putih makan,
ayam goreng, kuah campur,
sayur, kentang,
nescafe ais bungkus.

I am your warong kinda girl,
nasi goreng kampung,
telur goyang.

I am your Kelisa manual kinda girl,
anything that moves is fine,
as long as we get there in one piece is good.

But I am also your, "how are you?" kinda girl,
where I expect you to tell me stories,
share insights,
and discuss your day.

I am also your, "random question..." kinda girl,
where I expect thoughts and opinions,
discussions and deep conversations.

I am also your, "tahu tak..." kinda girl,
where I want to tell you my thoughts and opinions,
for us to discuss further in our deeper conversations.

Because I am more than just "that kinda girl".

I am more than an introduction,
or rising action,
I am the ****** to your tale and
I expect a falling action,
which eventually leads to our resolution.

I am a simple girl with simple satisfactions,
but I only have one motivation,
I cannot tolerate mediocrity when it comes to ideas and solutions.

I expect love, power, and compassion,
because it is with you that I expect my conclusion,
which will eventually lead to our next destination,
a new exposition.
Shrivastva MK Jun 2015
Yaad aata mujhe
tera ye Khubsurat chehra,
Kab tak rahogi yu dur mujhse,
Laga ke mere Dil pe apne pyaar ka pahera,
Baitha hoon esi intezar me,
Dekhlu tujhe ji'h bhar ke main,
Kho jau es kadar tere pyaar me,
Tera **** hain khusboo,
Teri mohabbat hain lahera,
Yaad aata mujhe
Tera ye khubsurat chehra,
Ye khubsurat chehra.......


Kaun sulajhaye es paheli ko,
Jab roti hain aankhen,
Tab dard hota hain es dil ko,
Mere dil-o-dimag pe ab teri yaadon ka pahera,
Yaad aata mujhe
tera ye khubsurat chehra,
Ye khubsurat chehra.........
Real feelings
So Dreamy Jan 2017
voice over: Atlas*

Ketika langit mengubah rupanya menjadi senja sewarna matahari tenggelam, kuajak Venus duduk di kafe tak jauh dari stasiun. Perjalanan hari ini cukup lelah, meskipun pengamatan kami berjalan lancar. Tapi, aku selalu berharap anggota kelompok kami lainnya lebih sering ikut bergerak agar kami tidak selalu pergi berdua. Museum yang kami kunjungi kali ini adalah museum seni, yang kuduga salah satu hal yang amat Venus hargai. Ia penikmat karya seni. Matanya terus memandang takjub karya-karya yang kebanyakan orang tak pahimi apa maknanya, namun Venus menatapnya seolah barang yang dilihatnya ialah nyata. Kau tahu, memandangi seorang perempuan berambut gelombang sepunggung, yang bertinggi badan hanya sehidungmu, rahang tegas, alis yang tebal, memandangi karya-karya seni di hadapannya dengan tatapan antusiasmenya; bukankah ia definisi seni yang sesungguhnya? Yang paling nyata di depan mataku?

Dan, kemudian ia menoleh, tersenyum saat sadar aku memandanginya dari belakang. Ia mengatakan sesuatu, "Atlas, lihat sini! Lukisan yang satu ini benar-benar indah."

Dan, setelah 3 bulan meragukannya, sekarang aku yakin; aku menyukainya, sangat menyukainya, saat kurasakan Venus adalah seni yang lebih indah, terindah.
(daydreaming of 9th october 2016)
Siska Gregory Dec 2016
Die velde en berge le honderde myle ver, oop tot by die horison.
Al wat ek sien is gras, klippe en bome, en drome van n lewe so vry ver in die valley, groen van reen en geen besoedeling van die besige lewe so ewe of dit al is wat ons het…
Die vlaktes bring my gedagtes na n rustigheid.
Ek kan ver sien so asof ek my lewe kan sien, die rustigheid wat dit verdien.
Ek sien die klein dingetjies raak soos die veldblomme wat blom met n glimlag dag na dag, n lady bug op die tak, die springkaan op die blaar, die miere wat trots hulle kos by mekaar maak vir swaar dae.
Doudruppels vroeg oggend net so na die sonsopkoms…
Dan voel ek dankbaar, dankbaar vir n lewe wat gegee is sonder vrae
Danbaarheid vir n Skepper van mens en natuur. 2016/01/24
Noandy Feb 2016
Yang mengutarakan salam pagi ini
Hanya sesayat keheningan
Dari reruntuhan nafas yang tiap isapnya
Riuh dirundung rindu

Perhatikan,
Ini salah satu pertanda
Soal dekadensi kidung
Yang biasanya, tanpa kita sadari
Teralun lemas tiap pagi
Lembut tanpa gemericik

Kidung itu bisa jadi sudah keterlaluan
Bisa jadi ia terlalu sadis pada sepi tiap subuh.
Senandung itu, memang benar,
Sebatas bisikan-bisikan lantang
Yang gemar memuja sepi dengan memporak-porandakannya,
Yang gemar menghantui sunyi agar  terlelap sebelum terbit.

Mungkin,
kidung itu terlalu masokis
Bernyanyi sendiri tanpa ada yang
Peduli pada dendangnya yang kelewat mengusik
Dan kelewat menggoda, sehingga semua lebih memilih
Terlelap saja. Bukan berdansa.

Ini salah satu pertanda
Soal dekadensi kidung perih
Yang biasanya teralun malas tiap pagi
Menggerakkan setan-setan kecil
Untuk membutakan mata dan membuat tuli dalam sekejap.
Jangan berdansa.

Tak ada yang peduli, semua masih tertidur.
Dan itu bisa jadi salahmu sendiri.
Tapi tak apa, iblis masih menyayangimu
Dengan sangat manusiawi.

Lagipula, seperti pagi ini,
Kesunyian kembali bersila pada permadaninya
Ditemani kicauan mencibir burung rohani.

Selamat pagi,
Senyap.

Anda yakin tidak ingin bangun
Dan menanggapi kidung yang terus memanggil
Untuk berdansa setengah jiwa?
Subuh hanya datang seterbit sekali.
Tuhan hanya merindu lima kali sehari.
D May 2019
Badan ranjang tidurku rapih sedikit berdebu
Ujung selimut terlipat dan banyak abu
Jendela kamar terbuka seperapat untuk semburan angin masuk
Pintu dibiarkan ternganga sekiranya ada yang mau bertamu
Tamu terakhir hadir seminggu lalu
Berbeda dengan si angin yang rajin keluar masuk
Tamu terakhir pamit untuk tak lagi membesuk
Memang bukan kepergian namanya kalau tak menusuk;
Seruangan bergemuruh menyaksikan kaki jenjangnya melangkah kian jauh
Bukan hanya ruang secara dimensi,
Tapi ruang tubuh ini yang lima menit lalu baru ia isi
Tak sampai esok hari jantung dari ruang tubuh ini seakan memohon untuk berhenti
Telingaku seakan mendengar hati meretih;
Cukup jangan terjadi lagi
Namun si akal bajingan menimpali;
Ya memang ada kalanya manusia harus sendiri
Hari hampir pagi
Biarkan kubakar rokok satu batang lagi.
The ladye she stood at her lattice high,
Wi' her doggie at her feet;
Thorough the lattice she can spy
The passers in the street,

"There's one that standeth at the door,
And tirleth at the pin:
Now speak and say, my popinjay,
If I sall let him in."

Then up and spake the popinjay
That flew abune her head:
"*** let him in that tirls the pin:
He cometh thee to wed."

O when he cam' the parlour in,
A woeful man was he!
"And dinna ye ken your lover agen,
Sae well that loveth thee?"

"And how *** I ken ye loved me, Sir,
That have been sae lang away?
And how *** I ken ye loved me, Sir?
Ye never telled me sae."

Said - "Ladye dear," and the salt, salt tear
Cam' rinnin' doon his cheek,
"I have sent the tokens of my love
This many and many a week.

"O didna ye get the rings, Ladye,
The rings o' the gowd sae fine?
I wot that I have sent to thee
Four score, four score and nine."

"They cam' to me," said that fair ladye.
"Wow, they were flimsie things!"
Said - "that chain o' gowd, my doggie to howd,
It is made o' thae self-same rings."

"And didna ye get the locks, the locks,
The locks o' my ain black hair,
Whilk I sent by post, whilk I sent by box,
Whilk I sent by the carrier?"

"They cam' to me," said that fair ladye;
"And I prithee send nae mair!"
Said - "that cushion sae red, for my doggie's head,
It is stuffed wi' thae locks o' hair."

"And didna ye get the letter, Ladye,
Tied wi' a silken string,
Whilk I sent to thee frae the far countrie,
A message of love to bring?"

"It cam' to me frae the far countrie
Wi' its silken string and a';
But it wasna prepaid," said that high-born maid,
"Sae I gar'd them tak' it awa'."

"O ever alack that ye sent it back,
It was written sae clerkly and well!
Now the message it brought, and the boon that it sought,
I must even say it mysel'."

Then up and spake the popinjay,
Sae wisely counselled he.
"Now say it in the proper way:
*** doon upon thy knee!"

The lover he turned baith red and pale,
Went doon upon his knee:
"O Ladye, hear the waesome tale
That must be told to thee!

"For five lang years, and five lang years,
I coorted thee by looks;
By nods and winks, by smiles and tears,
As I had read in books.

"For ten lang years, O weary hours!
I coorted thee by signs;
By sending game, by sending flowers,
By sending Valentines.

"For five lang years, and five lang years,
I have dwelt in the far countrie,
Till that thy mind should be inclined
Mair tenderly to me.

"Now thirty years are gane and past,
I am come frae a foreign land:
I am come to tell thee my love at last -
O Ladye, gie me thy hand!"

The ladye she turned not pale nor red,
But she smiled a pitiful smile:
"Sic' a coortin' as yours, my man," she said
"Takes a lang and a weary while!"

And out and laughed the popinjay,
A laugh of bitter scorn:
"A coortin' done in sic' a way,
It ought not to be borne!"

Wi' that the doggie barked aloud,
And up and doon he ran,
And tugged and strained his chain o' gowd,
All for to bite the man.

"O hush thee, gentle popinjay!
O hush thee, doggie dear!
There is a word I fain *** say,
It needeth he should hear!"

Aye louder screamed that ladye fair
To drown her doggie's bark:
Ever the lover shouted mair
To make that ladye hark:

Shrill and more shrill the popinjay
Upraised his angry squall:
I trow the doggie's voice that day
Was louder than them all!

The serving-men and serving-maids
Sat by the kitchen fire:
They heard sic' a din the parlour within
As made them much admire.

Out spake the boy in buttons
(I ween he wasna thin),
"Now wha will tae the parlour ***,
And stay this deadlie din?"

And they have taen a kerchief,
Casted their kevils in,
For wha will tae the parlour ***,
And stay that deadlie din.

When on that boy the kevil fell
To stay the fearsome noise,
"*** in," they cried, "whate'er betide,
Thou prince of button-boys!"

Syne, he has taen a supple cane
To swinge that dog sae fat:
The doggie yowled, the doggie howled
The louder aye for that.

Syne, he has taen a mutton-bane -
The doggie ceased his noise,
And followed doon the kitchen stair
That prince of button-boys!

Then sadly spake that ladye fair,
Wi' a frown upon her brow:
"O dearer to me is my sma' doggie
Than a dozen sic' as thou!

"Nae use, nae use for sighs and tears:
Nae use at all to fret:
Sin' ye've bided sae well for thirty years,
Ye may bide a wee langer yet!"

Sadly, sadly he crossed the floor
And tirled at the pin:
Sadly went he through the door
Where sadly he cam' in.

"O gin I had a popinjay
To fly abune my head,
To tell me what I ought to say,
I had by this been wed.

"O gin I find anither ladye,"
He said wi' sighs and tears,
"I wot my coortin' sall not be
Anither thirty years

"For gin I find a ladye gay,
Exactly to my taste,
I'll pop the question, aye or nay,
In twenty years at maist."
NURUL AMALIA Jan 2019
deburan ombak bersatu dengan asa
namun tak memecah karang pengharapan
serbuk- serbuk pasir adalah partikel kecil impianku
tak apa diinjak- diinjak
karena untuk menjadi langit
aku masih terlalu awam
Waktu aku kecil
Dunia adalah kubus empat belas inci
Yang menayangkan gambar warna-warni
Penuh imajinasi
Waktu aku kecil
Dunia adalah permen loli warna pelangi
Merah jingga kuning hijau biru nila ungu menari
Rasanya manis seperti senyum mentari
Waktu aku kecil
Dunia adalah bulir-bulir air hujan
Yang jatuh mengaliri selokan
Disambut riang tawa kawan-kawan
Waktu aku kecil
Dunia adalah daun-daun kering
Tertiup angin ketika fajar menyingsing
Lalu berputar seperti gasing
Waktu aku kecil
Apalah arti politik dan ekonomi
Tak mengerti sengketa dan perang sana-sini
Yang aku mau boneka Barbie!
Sekarang..
Waktu dan Aku sudah tidak kecil lagi
Waktu tambah berisi
Aku bertambah tinggi
Harus lalui gejolak emosi
Tak bisa bicara seenak hati
Harus menyadari
Banyak tanggung jawab masih menanti
Waktu..
maukah berputar bersamaku?
Biarkan angin bertiup
Kembali ke masa itu
Aliya N Raissa Sep 2016
Jika malam berbicara
mengenai cintanya
terhadap rembulan
Tak perlu kau berkata lagi
melalui isyarat
ataupun senandung
Cukuplah diam
dan resapi
setiap kecupan
diantara angin malam
Dan jangan ganggu bintang
karena mereka nyaman
dan tenang dalam kejauhan
Biarlah malam yang melengkapimu
Menjagamu dalam tidurmu
Pengantar untuk segala mimpimu
Semoga Tuhan bersamamu
sampai fajar berikutnya
Wee Angus on his wae frae work
would hit tha pub fa a perk
O' Tennents lager frae tha keg
whiles chatting up tha barmaid Meg
A pint or twa there wae friens
a' bleathering awa like scholars an Deans
Debators O Parlimentary views
Ministers preaching o'er tha pews
Wae drink in hand they'd laugh their fill
tha glory Mead upon their bill
Yelping like some bairney pups
catching breeths atween their sups.

(nae wiser a man than yin filled wae ale
Nae greater a time than while drinking frae tha Grail.)

In football games they A' would linger
or singing songs for all's a singer
Nae matter how bad tha voice
a' would request their favorite choice
Happy all wae drink in hand
while holding up the bar they stand
In rattled curses tae tha bumping airms
while viewing o'er some lassies chairms
Whispering oot all dreams an desires
that drink within them all inspires
An' Angus kens that soon or late
he tae hame must tak tha gate.

Kenning tae deep doun inside
his drunken breath he'd better hide
Saying fareweel tae friens and foes
leaing ahind tha pub's warm burning coals
Doun he stummels tae tha chippy
tha air ootside tis crisp an nippy
Making him drunker than afore
he side steps frae door tae door
Eating his fish supper, enjoying each bite
thinking aboot all that's happened tha night.
Till there he rouns tha corner street
His hame sae warmly it does greet,
Falling o'er tha step ootside his hame
Tha door it opens, Behold his sullen Dame
Trying tae act sober wae all his might
afore his wifie here tha night
But she's nae fool nor blind tae see
his daft antics, his blabbering plea.

In comes Angus wae words O' love
tae face tha thumping slap an shove
Her roaring voice would put fear intae tha Deil
Hear wee Angus weep an squeal.

(What type O' life drink it brings
that great at first yet later stings
What worth has man tae waste his life
wae drinks illusions an its strife.
Sooner or later as true as Hell
Yin cannie live save by its spell
getting worse an worse day by day
while friens an family turn away
An Angus wheither he kens or no
has drifted where tha drunkards go
An time shall tell what fate bestows
for tha Curse O Ale, nae man knows.)

Alisdaire O'Caoimph
Callin' all yer men, me heart, yer anger
E'er joy in wee darkest nights ye linger
Once yer heart broken, ye sought fer sorrow.
Deep in yer ol' man's den tae burrow

Alas! Me eyes nae tae look yer path
Sae fragile yet deep in wrath
Kind love before the moon we long fer
Weep i, hidden feelings we shared.

Yer love sweet yet cold i taste
Wantin' more ae far away hope ye chase
Kissin' pine-breath, sae true and fair
Nae willin', an ol' pledge tae sever

True path tae tak' tears ye kindly resist
Wee man o' this land, sigh i waitin'
Ne'er hope tae seek fer joy in life
Ye waitin o'er the ocean, ae storm sae rife

Waitin' i, ye will walk me way
Mild man ye tae tak' me heart sae
Longin' and lovin', good heart o deep
Fond ye still ae pledge i keep
Lukáš Vejsada Dec 2016
***
"Stačí ti trocha štěstí
a nikdy nechtěj víc."

Pro to, aby to tak bylo
nedělali nic
Aridea P Oct 2014
Inderalaya, 30 September 2014

Rasanya ingin saja aku menutup mata ini, tertidur
Menuai mimpi yang selalu bahagia ceritanya, terhibur
Hati tak ingin terbangun namun mataku berkata lain, terlanjur
Semangat hati tuk melanjutkan tidur pun haidr, dan
Bangunkan aku saat September berakhir
layla Apr 2016
Bersahut
Melontarkan kata
Bukan, ternyata kalimat
Bukan, tapi sajak
Kalau sajak,
Tak tercerminkan keindahan
Seperti nyanyian
Bukan, tak ada nada indah disana
Mempelai pria siap
Si Pitung bajakan muncul
Mempelai wania siap
Bapaknya datang

Hingga

'Aye terima pihak mempelai pria'
Ryana Dec 2017
Hallo
Ku tulis ini untuk rindu
Yg gejolaknya membara selalu
Tak henti henti merayu
Tuk membuat sajak-sajak mendayu

Mau apalagi
Aku tak ingkar hari ini
Sungguh rindu ku rasa kini
Tak penat hati tuk habiskan ini
Sajak bait pun terangkai kini
Dan saat itu pula rasa rindunya semakin menjadi
Hello, this is my language, Indonesia. If you don't know the meaning of this poem you can translate in Google and learn my language
Aridea P Jun 2012
Ku bicara ini.
Kau bicara itu.

Ku lakukan ini.
Kau lakukan itu

Tanpa sepengetahuanku
kamu
berbicara tanpa sepengetahuanku

Berbicara kepada mereka
Sebenarnya apa tujuanmu?
Mempermalukanku?

Tak masuk akal?
Kata-katamu lebih dari aku
Tak bisa bersama?
Kemudian aku pergi?
Ah, kau SALAH!

Baca benar-benar!
Kembalilah ketika kau sadar!
Safira Azizah Oct 2018
katakanlah, aku celaka
tersandung ke dalam lumbung asmara.

                                    celaka kah aku
mengendap-endap di bawah rumah mu?

katakanlah, aku terkutuk
seorang yang tak diundang
tak semestinya duduk di ruang tamu.

                                 terkutuk kah aku
membubung asa di atas hampa?

                 sadarkah aku
        sedang menanti sekarat
           dan karamnya harap?

dan ku akui,
aku ini binatang keparat
--berharap dua cincin akan enyah jua dimakan karat.


sampai jumpa cinta masa muda,
aku akan menanti di ujung tua
menyesal, sembari menatap
harap dan nyata
mustahil bersua.

maafkan aku menunggu hingga renta,
tak lain karena dirimu di relungku, sintas.
based on a woman who waited in her whole life, to marry someone she loved dearly.
Iqbal Ramadhan Aug 2021
Sejengkal rindu dalam bogor
Dahulu kudengar sebuah dongeng tentang Kota diatas awan,
Bogor,  Kota yang tiada hari tanpa hujan
Kota tiada pemandangan gedung kaca
Kota tiada pemandangan selain Gunung Salak
Perkenalan kala itu mengantarkan mengenal lebih jauh tentang Bogor
Tatkala itu Bogor sungguh sebagaimana kota diatas awan
Kini rupanya tak begitu indah, tak seperti masa itu
Namun, Bogor tentu setia dengan beribu kenangannya
Bogor tetap saja Kota yang setia menyimpan ingat,
Bogor tetap melangkah seperti biasanya,
Sayur tetap disediakan pedagang di pagi gelap
Angkot tetap tabah menunggu penumpang
Tugu kujang tetap setia di tempatnya berada
Bogor, kenang itu selamanya. Terimakasih.

Muhammad Iqbal Ramadhan
Bogor, 22 Agustus 2021
Tulisan ini bercerita tentang kisah cinta seorang pemuda. Tapi tulisan ini dapat ditafsirkan bagi setiap insan.
Aridea P Oct 2012
Palembang, 21 Oktober 2012

Kini aku menulis dari sudut kiri
Memalingkan mukaku dari hadapanmu
Tak ingin terlihat olehmu

Di sini, aku membaca sembunyi-sembunyi
Menahan kedip,
Tak ingin melewatkan membaca namamu

Di sini dingin,
hujan baru saja turun
Membasahi jalanan yang terlalu lama kering
Aku tak ingin pergi keluar
Hanya ingin di sini
Merasakan rasa ini lagi
Rasa seperti ini
Sekarang ini,
saat aku menulis ini

Rasa yang sulit tuk diungkapkan
Lebih sulit dari berjalan di atas bara
Lebih sulit dari mengingat namamu
Sangat sulit daripada menulis namamu
Sangat amat sulit daripada menyebut namamu

Rasa,
yang tak akan pernah berhenti membuatku menulis
Rasa,
yang tak mampu ku ucapkan sendiri
Rasa ini
Rasa yang sulit tuk dimengerti
Rasa yang tak akan pernah hilang
Rasa yang sulit tuk tak dibahas

Terima kasih tlah membuatku menulis dari kiri
NURUL AMALIA Nov 2018
itukah yang dinamakan gagal?
hatiku berteriak keras mengguncang isi tubuhku
sudah.. tak guna semua ini bibirku mengoceh pelan
ingin rasanya berlari jauh pergi
kemana? tak tahu arah jika rasa syukur tak bertahta di diri ini
sudah.. bersabarlah!..sisi lainku mencuat..
pura- pura saja aku tegar..
didepan mereka..orang terkasih
harapan dan doa terpancar jelas menyiangi ketakutanku
iya aku takut..
membuat mereka lara
tapi sekali lagi..sudah
mereka hanya menyuruhku untuk bersyukur..
menjadikan itu elegi
tetapi hari esok haruslah berseri
Monika Nov 2015
(Na)vždy si tu stál
a jemne sa ma dotýkal.

Vtedy, keď naše prsty zostali zjednotené
v nerozpletenom zovretí...

Na deke pod stromom  
moja nežná dlaň
hladila tvoj obličaj...

Teraz však pri mojom dotyku,
dotyku nezmenenom ba predsa inom,  
odvraciaš tvár.

Strácala by som sa
v myšlienkach na teba...
Keby *** nebol čas, od času svetových odlišností
tak krutý.  

A napokon, keď sa tvoja ruka vytratí
ako posledný vánok zo zeme...
Napokon zostanú *** rozorvané objatia.
I wrote this as a sad option how relationship fades out... Hope some of you like it...
Klo Sifa May 2016
Kau membuatku bingung Raja.

Sebentar bersikap sehangat matahari pagi, sebentar sedingin tiga perempat malam.

Kau membuatku bimbang Raja.

Aku tak tahu harus bersikap bagaimana.

Aku sudah bertanya pada jalan yang setia menyaksikan kau mengantarku pulang.

Mereka diam.

Aku semakin gelisah.

Karena bahkan jika jalan yang setia diam jika kutanya, bagaimana mungkin kau punya jawaban Raja?

Hatimu tak lebih teguh dari daun yang tertiup jatuh.

Lantas aku harus bagaimana?
Through desert plains and stormy seas
we travelled hand in hand.
We battled countless enemies
throughout this hidden land.

To claim the throne and throw the man
who claims himself as king.
To banish him and curse and ****
his soul that will not sing.

The soldiers come the heroes fall.
The swarms keep coming in.
Their numbers grow and multiply,
our forces shrinking thin.

There is no way to turn around,
go back to where we came.
We must continue taking ground
and not forget our names.

The battles lasted days at times,
the fighting will not cease.
The men are falling in their lines,
but does that give them peace?

Our numbers small and shrinking still,
regroup with less and less
The army charges flattens hills
and leaves behind such mess.

We dig the holes and place the dead
inside the holes to rest.
Their faces fill us all with dread.
We try to fight our best.

The castle shadow covers us.
Our heart can feel the doom.
Throughout the night the battlefield
is lit up by the moon.

The clouds they build and roll across
the sky towards the west.
Around my neck is hung a cross
for Him I do my best.

The archers from the other side,
they line up all around.
We hear the swish of arrows fly,
embed into the ground.

I look around. Of us alive,
there are so very few.
With numbers down to only five
how then can we push through?

At this point another falls,
an arrow through his neck.
His shield cannot stop arrows all
while broken from the trek.

They charge at us we only just
deflect their blows of hate.
We have to win! We simply must
get up and through the gate.

Our numbers then go down to three
a sword went through his heart,
he falls and ceases then to breathe
his armour lined with darts.

We fight them for what seems like hours
but only seconds pass.
Our blood is covering the flowers
that bloom there in the grass.

Weariness has settled in
to our so tired bones.
Our pride and honour caving in,
we’re so far from our homes.

We lose the third, his legs were tak-
en out from under him.
I saw the hammer swing and break
his legs right on the shins.

Now left with two, we know we’ve lost
a solemn nod is shared.
So back to back, we face the host
and all their teeth are bared.

There is no chance of standing down,
we’re fighting til we die.
We drop so many to the ground
I hear my teammate cry.

I see the arrow bursting forth
out of his bleeding arm.
I turn my head back to the north
and cry out in alarm.

My throat is sore from calling out
above all of the noise.
The army’s turned us from strong men
into young frightened boys.
Aridea P Jan 2015
Palembang, 11 Januari 2015

Aku jatuh cinta lagi

Benarkah ini cinta?
Mengapa rasanya begitu berbeda?
Tak ada rasa takut saat aku menatap matanya
Tak ada rasa sungkan untuk menyentuh kulitnya
Dan aku sangat menyukai bau tubuhnya

Aku suka bersandar di punggungnya
Menyandarkan keningku di tengkuknya
Memainkan jemariku menyentuh punggungnya
Mencium aroma parfumnya

Aku suka berjalan di belakangnya, menunduk
Memandangi langkah kakinya ketika berjalan
Sangat lebar dari langkah kakiku
Aku tak mampu menyusulnya
Di saat seperti itu aku membutuhkan tangannya
Tuk menggenggam tanganku
Menuntunku tuk berada di sampingnya
Agar aku tidak tertinggal

Apa benar aku mencintainya?
Tapi tunggu dulu
Apa itu cinta?
Bagaimana rasanya mencintai seseorang?
Apa yang akan aku lakukan ketika mencintai seseorang?
Inikah cinta?
ga Aug 2018
Tawa renyahmu di sela-sela bisikan lembut
Menghangatkan malam yang dingin
Ingin kumiliki sepasang sayap di belakang pundakku
Agar bisa kubawa tubuhku ke hadapanmu, kapanpun kau katakan rindu
Kupasrahkan seluruh ragaku atas senyummu yang menyihir
Kurelakan setiap jengkal kata yang kuucapkan,
setiap detik yang kulewatkan,
setiap nafas yang kuhembuskan,
setiap detak dari jantungku,
Untuk kau kuasai

Malam-malam yang membelaiku dengan lembut
Memberiku alasan untuk terlelap dengan nyaman
Namun kau datang meretas mimpiku
Suaramu selembut angin memetik dedaunan musim gugur,
menggema dalam kepalaku
Senyummu semanis madu mengaliri relung-relung hatiku
Sentuhanmu sedahsyat guntur menggelegar
Memaksaku terbangun seketika dan menyadari
Kaulah mimpi yang tak ingin kusudahi

Kau menumbuhkan taman bunga di tengah padang pasirku
Kau memaksa bulan muncul di saat pagi hariku
Kau memutar badai pada lautku yang tenang
Kau memancing senyum saat hari-hari kelam

Kau bara apiku yang terus meradang
Kau kicau merdu yang menyambut sejuknya pagi
Kau bintang-bintang yang menutup dinginnya malam
Kau cinta yang mengisi hatiku hingga memerah
12/08/2018
Mimpi yang tak ingin kusudahi,
Angan yang selalu ingin kuandaikan.
Rizka hafizoh Sep 2018
Biarkan aku bercerita,
tentang anggun nya malam kala kita bersama.
Dua insan yang terlihat saling suka.
Tertawa lepas tentang angan yang berkelana.
Menyanyikan lagu kesukaan yang ternyata sama.
Berbaring dan saling tatap.

Biarkan aku bercerita,
Tentang isak tangis sang wanita kala rindu menyergap.
Penantian panjang pesan yang tak dibalas.
Lagu yang tak lagi terdengar menyenangkan.
Berbaring dengan harapan sang pujangga kembali datang.
Rizka hafizoh Apr 2018
Teruntuk jiwa yang begitu hampa,
Cinta dicari untuk mengisi
Mengapa luka yang malah ditorehkan?
Ku menghela dan bertanya lagi
Bagaimana mengisi,
Bila yang indah berujung perih?

Malam berlarut gelap memudar,
Mendalam pikiran yang tak terlelap,
Kembali bertanya tentang rasa,
Apakah sepi itu nyata?

Lembayung langit dikala petang,
Menyendiri bukan cara ku,
Namun sakit yang pernah singgah,
Rasa takut telah tertanam.
Fasana bayan kr raha hoon apni rooh k hoslo ka..
Mujh gareeb..nacheez ko manzilo ka nishan mila..ye karam tha mere kuch azeez doston ka

Apne hoslo k dum pe.. Jhoojhta raha Zindagi se.. Main subah shaam.. din raat..
Hunar ki kalam se hi likhoonga apni taqdeer..Jigar me dhaan li thi ye baat

Zakhm khata raha Dil par bahut waqt tak.. Walid ka kaha maan kar..
K baccha bana rahega toh bacha rahega..saare sabak zeher ki tarah peeta raha..sabhi ko apna maan kar

Seekhne ki koi umra nahi yaaro.. Har pal ye zindagi naya sabak seekhayegi..
Dil khol k jholi bhar lena..jeewan roopi kashti yehi paar lagayegi

Mushqil daur me kai martaba mehsoos ki.. Maine khuda ki maujoodgi apni bagal me..
Uska sehlana..mere sir aur meri kamar me..
Kandha numa sirhana diya kai dafa usne sisakti rooh ko..
Dilasa diya..Tujhe mazboot banane ko imtihan le raha hoon tera intaha tak..Tu hosla rakh..Main hoon toh!

Waqt ne bhar diya sabhi zakhmo ko marham bankar..
Namak jo baha tha aakhon se..woh mere pairo ki zameen..sir ki chat ban gaya hai chankar
Har pal shukrana karta hu khuda teri rehmat ka..
Dua kubul krta hai tu sabhi ki apne dar pe..karz hum adaa kr nahi sakte..teri is zehmat ka

Meri sabhi doston ko ek maskeen hidayat hai..
Kissi bhi cheez se Insaani zindagi ki kimat kam hai..kyu issi ki bahutayat hai..
Manzilo ka nasha hai toh chamkao apne hunar ko is kadar..
Jhuka do un sabhi namurado ko..lage honge jo hosle **** karne tumhare..zindagi ki har dagar par😊
So Dreamy Nov 2017
Seperti halnya dasar teori Quantum, aku percaya bahwa semua kemungkinan memiliki probabilitas masing-masingnya untuk terjadi, tak peduli sefantastis atau setidak masuk akal apapun itu.

Begitu juga dengan aku.

Aku percaya bahwa dunia ini terlalu luas sehingga tidak ada yang hal tidak mungkin untuk terjadi. Di samping terlalu banyak memikirkan presentase probabilitas dari suatu kejadian, menerka-nerka dengan menggunakan pertanyaan ‘What if?’ ― akulah satu orang yang mati jiwanya diikat sistem pendidikkan yang selama ini kuselami, akulah satu orang yang mati jiwanya karena pendidikkan yang kuselami selalu mengedepankan teori dan tak punya hati, semua orang seolah hanya pandai berpikir secara logis. Seolah hanya itu yang menjadi tolak ukur seseorang dipanggil cerdas, intelektual, calon pemimpin besar di masa yang akan datang. Kemudian, orang-orang itu seolah berkompetisi penuh ambisi demi mewujudkan hasil terbaik, nilai terbaik, peringkat terbaik. Hasil menjadi tolak ukur mereka untuk bermimpi. Kemudian, sekarang, akulah satu-satunya pemimpi yang kebanyakan orang sebut tidak realistis. Mereka manusia-manusia realistis, aku paham benar, dan aku satu manusia yang memegang idealisme dari sebuah prinsip yang selama ini kugenggam, kuikat aman-aman di sela-sela jemariku, kuingat lamat-lamat di dalam kepalaku yang berbelit-belit ― impianku adalah untuk melakukan hal yang paling kusuka. Kau tahu apa, untuk bersua seumur hidup dengan objek yang paling kucinta; kertas dan pena, untuk menjadi inspirasi bagi para pembaca, untuk berguna bagi orang-orang di luar sana. Aku ingin menulis. Aku ingin menulis seumur hidup. Menjadi inspirasi bagi khayalak luas, terinspirasi untuk menginspirasi. Suatu hari nanti, tulisanku akan mengalir, akan ada waktunya di mana setiap untaian kata yang kusematkan dalam tulisanku menjadi hidup, kemudian mampu menggerakkan orang lain; terinspirasi untuk menginspirasi. Begitu banyak macam-macam orang; orang-orang dengan pikiran yang praktis, orang-orang yang logis dan serba teratur, orang-orang konservatif yang senang mengerjakan hal sama berulang-ulang, politikus yang kritis, orang-orang berjiwa bisnis, orang-orang berjiwa sosial, musisi, seniman yang nyentrik. Dan, aku memilih untuk menjadi seorang berjiwa puitis yang melankoli, pemimpi yang gemarnya mengkhayalkan hal-hal manis dan sederhana. Memiliki jiwa yang sedikit sendu, sudah biasa. Menjadi sedih dan terlalu melankoli, juga bukan hal yang tabu. Lumrah saja, santapan sehari-hari. Dikecewakan dunia? Sudah tak lagi asing. Begitu banyak orang berlalu-lalang, datang dan pergi dari ruang kehidupanku, sehingga rasanya lama-lama ringan saja. Dikecewakan manusia? Sudah biasa. Itulah sebabnya mengapa dirimu sendiri adalah temanmu yang paling sejati, mereka membangun dinding untuk melindungi dirimu dari sakit hati, kemudian menjadikanmu sebagai sahabat terbaiknya. Kertas dan pena, persoalan yang berbeda. Mereka hadir kala diri tak lagi kuat menahan beban, menjadi tulang belakang yang setia menopang, kala dunia tak bersabahat. Dikecewakan ekspektasi? Sudah terlalu sering. Salahnya diri ini terlalu berharap pada orang lain, mengharapkan bahwa kebaikan apapun yang kita lakukan pada mereka akan selalu dibalas, lupa bahwa kadang, ada saja orang-orang tak berhati mulia. Menjadi diri sendiri? Adalah hal yang penting. Menjadi kuat untuk diri sendiri? Jauh lebih penting. Disamping kertas, pena, kata-kata, aku menginginkan kemandirian di dalam hidup ini. Kau pikir ini terdengar sedikit individualis, sayangnya aku tak lagi peduli. Dunia mengajarkan bahwa menjadi kuat untuk berdiri sendiri adalah hal yang penting, di mana terlalu banyak rasa sakit hati yang tak diharapkan terulang kembali. Bukan tak memaafkan atau tak mampu melupakan, hanya saja aku mulai belajar untuk tidak lagi peduli pada  hal-hal yang mengganggu kebahagiaan hidup saya. Untuk itu, saya perlu menjadi kuat bagi diri saya sendiri.
Aridea P Sep 2012
Palembang, 30 September 2012

Aku sakit,
bukan karena meridukanmu
tetapi karena kehilanganmu

Aku sakit,
bukan karena kamu tak di sini
namun karena kamu bersamanya

Aku sakit,
bukan karena membencimu
melainkan rindu tuk mencintaimu

Aku sakit,
bukan karena melupakanmu
malah tambah mengingatmu

Aku sakit,
bukan karena foto mu yang ku buang
tapi karena wajah mu yang ku simpan

Aku sakit,
bukan karena menyuruhmu kembali
tetapi membiarkanmu pergi

Aku sakit,
di sini
mengingatmu
sendiri

— The End —