Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
"Senja dan jingga kembali bertemu,
aksara tentang rindu terlantun hingga senja kembali ke peraduannya.
Ada jeda diantaranya yang tak bisa dieja, gelap meleyapkan, bulan menggantikan.."

Surabaya, 31 Juli 2019
Megitta Ignacia May 2019
Let me tell you, it happened to me once,
---------

She left.
The worst part of it all were the questions
Why didn't she give me a reason
Why didn't she waits for me
A puzzle to be decoded,
I carefully studied past memories,
dutifully analyzing every words I said
What was wrong?
It's unfair how she left without a reason

Every night & day
I spiralled downwards into despair
The pain barely registers
My world were gray
Hyperbolic, but it is
Life was pointless
The future was a fog
I cursed myself, hoped something could happened so I didn't have to be alive

"Should I go find him? I'll wait for him, I trust him, he exclusive to me."

Don’t be fooled
On the first 3 months, I thought that too
But she cuts her hearts into 3 & gave it away
That's how she cope with the pain
She heals faster that way
No point to stay like a dog sitting & waiting for its owner to come home behind the closed door
Complexity of human beings
Don't be a burden of feelings
Yours and another’s
There's still a residual damage

Eventually after 4 months I got her back
My heart was so happy that she comes home
I loved her, but she wasn't entirely mine
I could force a marrige & have a family with her
But I realized if I did that, it will be only pressured me
Everything that's not supposed to yours will slipped out of you grip sooner or later, no matter how hard you hold it.

"What about my theory if some black magic witch played a trick on him? we're in Indonesia, you know sometimes it happens illogicaly"

Feelings become stronger than reasoning. Even though I’m ideologically opposed to your theory, if it happened then it happened with God 's permission. It could be a way to save you from him. All for a good cause.

It's his choice
An active action
Accept that
It's just a matter of breaking a habit you're attached to

I'm not forbid you to go there
If you still wan't to fight for him, does he deserve your efffort?
Choose your battle wisely
Don't go alone & promise me
If it's not what you expect,
If you encounteres a road to disappointment
Do not do anything stupid
I don't want to hear you did any lame attempt to escape from this world

Don’t push the thoughts away
Let them in,
Embrace the sadness and heart break
Accept them and let them be there
This is a learning journey, you'll be fine
Time will erase the pain away.
160519 | 5 PM | Office on a sundown curhat session with my beloved coworker. Aku percaya tuhan segitu baiknya sampe kenalin Ipul ke aku & dia bisa ceritain kisahnya biar aku tetep kuat. I'm still undecided, cuma nunggu konfrimasi dari tante ttg tiketnya dibiarin hangus atau tetep pergi. Tapi buat apa kita coba kejar sesuatu yg gamau dikejar.
Kemarin aku mengajakmu melihat senja.
Katanya kamu suka warnanya merah jambu bercampur oranye seperti jeruk mandarin kesukaan ibu.
Kamu selalu ceriwis membahas senja ini dan itu.

“Jangan lupa kopi dan puisi! Kita harus merayakan isi bumi.”
Celotehmu.
“Kamu mau kan melihat senja bersamaku?”

Kemarin aku mengajakmu melihat senja.
Telah kupersiapkan sekian lama.
Aku rakit sendiri senjaku dengan kopi manis dan puisi cinta yang kau sebut - sebut itu.
Aku merangkai pelan-pelan sambil menghayal bola mata emas yang berbentuk kenari kesukaanku dan lengkung pelangi bibirmu.
Cukup lama buatnya,
tapi senjaku sangat cantik.
Dan sedikit rapuh.
Aku harap kamu senang.

Kemarin aku mengajakmu melihat senja.
Tapi kau pergi ke laut dan menjelajahi waktu.
Terhanyut malam.
Aku tidak ada di sana.

Kamu menolak senjaku.
Katamu ada senja yang lebih bagus.



Senja, senja, senja.
Muak dengan puisi senja.
Aku bukan anak indie regional, aku pendengar Ed Sheeran, top 50 ,Danilla Riyadi dan Sapardi !
Aku ya begini begini begini!
Maksud hati tidak menulis puisi emosional. Tapi aku menulis untukmu (bila membaca) dan, ah indie anjing!
oshooney Nov 2018
aku ini bagai puisi usang bukan?

yang kian terlupakan seiring berjalan nya waktu.

hingga akhirnya, dianggap telah lenyap dari bumi.

tapi sebenarnya, aku tidak benar-benar lenyap,

aku hanya sedang menghilang, dan tidak ingin di temukan.

bagaimana rasanya kini?
setelah aku mencoba tuk sembunyi.

adakah kau berbalik mencari?

hei, bahkan untuk sekedar melirik pun kau enggan bukan?

aku ini seperti tengah berharap kepada batu.
karna kamu akan tetap diam, dan tidak akan pernah berubah.

apa kau tahu?, puisi yang dulu kau campakkan,

kini telah berubah menjadi syair lembut yang mematikan.
—dari senja mu
Atta Apr 2018
namamu akan terus mengalir dalam nadiku
bayang tentang dirimu berjalan mengiringiku
aku terus berharap kamu disini

pancaran matahari mengalahkan denyut nadiku
yang semakin lama kian memudar
mungkin aku melemah
tapi sosokmu yang berjuang di teluk sana
membangkitkan semangatku

kamulah permulaan dari pagi
aku yang di barat selalu menantikan mentarimu
ketika senja merona di langit
aku terhanyut dalam suasana bersamamu
terikat hangat di pelukanmu
:)
Zharfa Zhafirah Nov 2017
Kau membiru di subuh hari
Kau merindu di siang hari
Menunggu kabar sang permaisuri
Mengadu rindu di senja hari
Berharap tak pergi lagi
Bertanya tuk pulang lagi
NURUL AMALIA Aug 2017
sudah kuceritakan pada senja
tentang hari yang kulewati
bersama mentari bahkan hujan
dan aku merangkai kisahku

tapi kadang aku bercerita pada malam
malah, bulan dan bintang juga ikut bercengkrama
iya, jika hari tak hujan
mereka berani menemuiku

aku mencoba mengerti bahasa mereka
sama hal nya yang mereka lakukan
tapi kuakui mereka pendengar yang baik

aku masih berdiri didekat jendela
memahami gestur dan menunggu jawaban mereka
atas pertanyaan yang kuajukan  tentang seseorang
dan menitip pesan rahasia untuknya
D Awanis Oct 2016
Romantis ya?

"Apa?"

Senja.

"Apanya yang romantis?"

Dia yang paling banyak berkorban daripada Siang dan Malam—Senja itu. Hadirnya sesaat, cuma sebagai peralihan dari Siang ke Malam. Dia sadar kalau dia luar biasa indah, tapi dia nggak egois.

"Nggak egois bagaimana?"

Iya, kalau dia egois, dia nggak akan mengalah pada Malam. Dia bakal minta waktu lebih lama sama Yang Punya Semesta untuk memamerkan keindahannya, tapi nyatanya enggak. Dia merelakan hadirnya cuma sesaat, dan memilih untuk mengalah atas keegoisan Malam yang ingin mencumbu Pagi.
Kilatan cahaya di pupilmu
Membiaskan triliun makna
Yang tertunda dalam klandestin malam
Namun kabut di antara asap metropoitan

Rangkaian mana yang harus kukonversi?
Di antara jutaan spektrum tentang harapan
Dan ribuan gelombang elektromagnetk yang fana
Akan segala mimpi yang menetes, menyublim hilang ditelan lara

Kau lihatkah kilatan cahaya di pupilmu
Di sela-sela kinerja korteks mengasosiasikan kisah kita?
Bangkitkan segala asa
Yang terkubur dalam dinginnya angin malam
Dan tenggelamdalam segelas kopi hitam
Terpendar dalam lampu jalanan, di antara asap metropolitan
Surabaya, 15 November 2014
Kepada Pemuja Semantik
Yang Takut Pada Biasnya Definisi
Termasuk
Rindu

— The End —