Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
kelly rai May 2018
Let's go eat some air again,
Or sit under a lonely star,
Where the cold of the night
Numbs my nose,
Talking away the hours
You at one end of the bench
And me at the other.
But something in the distance
Is it something in the air
That the moment feels like electricity.
Just sitting with you there.

My friend shared this in a group

जरा धीमे से मुस्कुराया कर
ऐ जिन्दगी....
यहाँ नज़र लगाने वाले
हजा़र हैं.....
( Behold, dear life, do not smile so
I am afraid someone would cast an evil eye )

My response

Muskurati hai zindagi
Nazaraandaaz naa karna

Hawa ka rukh badal jaye
Toh tum naa badal jana

Kuch mausam ki hai sifarish
Aur Zindagi ki guzarish

Muskura rahi hai zindagi
Tum nazaraandaz naa karna


(Life smiles at you
Be not ignorant

The winds may change course
Hope you don’t

The weather recommends
And this life requests too

Life smiles
Be not ignorant)
Was inspired to write in Hindi today
Ankit Dubey May 2019
Main sun k uski sub batain,
Faqat itna hi kehta tha,
Khafa hona mana laina,
Yeh sadiyon say riwayat hay,
Gilay shikway karo mujh say,
Tumhain janan ijazat hay,
Magar ik baat meri bhi,
Tum yaad rakh laina,
Kabhi aisa bhi hota hay,
Hawa’ain rukh badalti hain,
Khata’ain ** hi jati hain,
Khafa hona bhi mumkin hay, Khata hona bhi mumkin hay,
Hamesha yaad rakhna tum,
Ta’aluq toot janay say, Kabhi toota nahin kertay…!
Alvian Eleven Dec 2024
Setiap hari kubuka Tiktok.
Selalu kulihat banyak video.
Terus diposting orang orang Gaza.
Bercampur antara duka lara dan suka cita.

Anas sang jurnalis di Jabalia.
Menyiarkan berita bombardir pesawat jet.
Menghancurkan rumah dan sekolah.
Mayat anak anak tergeletak dimana mana.

Hamada sang juru masak di Khan Yunis.
Bersemangat memasak shawarma ayam.
Lalu dia membagikan untuk anak anak.
Mereka tertawa gembira bisa makan enak.

Motasem sang jurnalis di Beit Lahia.
Mendatangi beberapa tenda pengungsi.
Anak anak di dalam tenda tenda itu.
Semuanya kurus kering kelaparan.

Mona sang relawan di Al Mawasi.
Sibuk membagikan bahan bahan kebutuhan.
Beras , tepung , minyak , gula , mie.
Para pengungsi senang menerimanya.

Bisan sang jurnalis di Al Maghazi.
Bertemu banyak rombongan pengungsi.
Mereka kelelahan berjalan jauh.
Sandal dan sepatu mereka sobek semua.

Tito sang badut di Gaza Utara.
Selalu enerjik menghibur anak anak.
Bermain , bernyanyi , berjoget.
Tertawa gembira bersama sama.

Dr Mohammed di rumah sakit Kamal Adwan.
Merasa kelelahan dan ketakutan.
Sendirian mengurusi orang orang terluka.
Sementara rekan rekannya ditangkap semua.

Said sang relawan di Al Nuseirat.
Tanpa lelah memasang tenda tenda.
Memasak makanan dan membagikan barang.
Untuk pengungsi yang terlantar.

Saleh sang jurnalis di Khan Yunis.
Menemukan anak lelaki saat tengah malam.
Menangis sendirian di kuburan ibunya.
Tidak mau kembali ke tenda hingga pagi tiba.

Dahlan sang relawan di Deir El Balah.
Mengadakan acara nonton kartun bersama.
Anak anak berkumpul dan merasa gembira.
Nonton kartun sambil makan popcorn.

Ahmed sang jurnalis di Al Nuseirat.
Merasa kasihan melihat anak anak di dalam tenda.
Mereka kepanasan saat siang terik.
Dan kebanjiran saat hujan deras.

Samaa sang gadis pemain biola di Tel El Hawa.
Duduk di bawah pohon sambil memainkan biola.
Anak anak yang melihatnya tampak tenang.
Terlarut melupakan semua penderitaan.

Youmna sang jurnalis di Shujaiya.
Bertemu anak anak yang terlantar.
Mereka memungut makanan dari sampah.
Dan meminum air dari comberan.

Alaa sang tukang cukur di Al Nuseirat.
Mencukur rambut orang orang tanpa bayaran.
Dia cukup senang mendapat sedikit imbalan.
Rokok , roti , kopi atau ucapan terima kasih.

Hossam sang jurnalis di stadion Yarmouk.
Meliput banyak pengungsi yang berdatangan.
Mereka kelelahan , kelaparan , kehausan.
Terlantar tak punya tenda.

Renad sang gadis cilik di Deir El Balah.
Selalu ceria memasak berbagai makanan.
Dia memasak maqluba tanpa ayam.
Harga ayam naik tinggi tak terbeli.

Doaa sang jurnalis di rumah sakit Al Nasser.
Mengunjungi anak anak yang terluka.
Ada yang tangan dan kakinya buntung.
Ada yang kulitnya mengelupas terkena fosfor.

Israa sang guru di Al Bureij.
Mengajak rekan rekannya membuka tenda sekolah.
Mereka memberi alat menulis dan menggambar.
Anak anak senang bisa sekolah lagi.

Hind sang jurnalis di rumah sakit Al Aqsa.
Menyiarkan berita yang mengerikan.
Tenda tenda di sekitarnya hancur berantakan.
Terbakar terkena bombardir pesawat jet.

Samih sang pemuda pemain oud di Deir El Balah.
Penuh semangat bernyanyi sambil memainkan oud.
Sementara teman temannya lincah menari dabke.
Menghibur orang orang yang mengungsi.

Samara sang jurnalis di Al Zaitun.
Mendatangi tenda tenda para pengungsi.
Banyak anak anak yang kulitnya gatal.
Penuh borok dirubungi lalat.

Abdullah sang petani di Khan Yunis.
Nekat menyelinap kembali ke kebunnya.
Agar dia bisa memanen sekarung buah olive.
Cukup untuk dibagi para pengungsi.

Faiz sang jurnalis di Rafah.
Meliput jalanan yang sepi.
Tak ada apapun selain mayat mayat berlumuran darah.
Tewas bergelimpangan diserang quadcopter.

Hassan sang dosen di Al Rimal.
Tanpa lelah melakukan kuliah online.
Para mahasiswa bersemangat melanjutkan kuliah.
Tak peduli dengan kekacauan , kesulitan dan keterbatasan.

Mahmoud sang jurnalis di Shujaiya.
Menutup hidungnya sambil melakukan liputan.
Mayat mayat membusuk menjadi tulang belulang.
Dimakan anjing anjing liar yang kelaparan.

Abdallah sang relawan di Deir El Balah.
Sibuk mengurusi banyak kucing liar.
Dia mengobati dan memberi makan.
Lalu membelai belai dan bermain main.

  Mousa sang penyelamat sipil di Beit Hanoun.
Merasa putus asa tidak bisa menolong.
Orang orang yang terluka tertimpa bangunan.
Merintih rintih kesakitan menunggu kematian.

Fadi sang relawan di Al Maghazi.
Terus bergerak bersama rekan rekannya.
Mereka memasang solar panel , mengebor sumur dan membuat.
Para pengungsi memuji kerja keras mereka.

Yousef sang petugas medis di rumah sakit Al Quds.
Merasa ketakutan naik ambulance.
Drone pengebom terus mengejar.
Meledakkan jalanan yang dilewati.

Menna sang pelukis di Al Shati.
Menyuruh anak anak untuk mengantri.
Sementara dia melukis wajah mereka satu persatu.
Lukisan semangka , Handala dan bendera Palestina.

Nofal sang jurnalis di Shujaiya.
Mewawancarai seorang pria kurus penuh luka.
Pria itu baru saja dibebaskan dari penjara.
Terus disiksa hingga mengalami trauma.

Maha sang jurnalis di Deir El Balah.
Bersantai di pantai sambil memandangi senja.
Sementara anak anak muda di sekitarnya.
Penuh semangat bermain sepakbola.

Naji sang sopir taxi di kota Gaza.
Menyetir mobilnya pelan pelan sambil menangis.
Dia sedih melihat seluruh kotanya hancur lebur.
Tak ada yang tersisa selain puing puing reruntuhan.

Fatema sang relawan di Al Shati.
Berkumpul bersama anak anak perempuan di tenda besar.
Mereka duduk di tikar sambil membaca ayat ayat Al Quran.
Terdengar merdu hingga meneguhkan keimanan.

Ouda sang jurnalis di Jabalia.
Bertemu seorang pria yang naik kereta keledai pelan pelan.
kereta keledai itu mengangkut mayat anak anak yang berlumuran darah.
Ada yang kepalanya pecah , ada yang perutnya hancur.

Nour sang jurnalis di kota Gaza.
Tertawa senang melihat anak anak muda di sekitarnya.
Mereka bermain parkour melompati puing puing reruntuhan.
Lalu mengibarkan bendera Palestina di atas atap yang hampir roboh.

Khaled sang jurnalis di Beit Hanoun.
Tergesa gesa meliput pengeboman drone di jalanan.
Ledakan bom menghancurkan mobil hingga ringsek.
Orang orang di dalam mobil tewas mengenaskan berlumuran darah.

Ashraf sang insinyur elektronik di Al Nuseirat.
Tampak senang memamerkan barang barang buatannya.
Kipas angin , lampu meja , charger ponsel hingga kulkas.
Semuanya dibuat dengan rongsokan yang dia temukan.

Lubna sang jurnalis di rumah sakit Al Shifa.
Meliput kengerian setelah pembantaian massal.
Ratusan mayat membusuk bergelimpangan dimana mana.
Semuanya hancur tak berbentuk setelah dilindas tank dan buldoser.

Firas sang relawan di Al Bureij.
Naik truk bersama rekan rekannya ke tempat pengungsian.
Begitu tiba mereka langsung membagikan sepatu , mantel dan jaket tebal.
Anak anak senang tak lagi kedinginan.

Jumana sang janda di Al Mawasi.
Menangis teringat suaminya yang tewas tertembak quadcopter.
Dia juga lelah berusaha bertahan hidup tanpa suaminya.
Sementara anak anaknya masih kecil semua.

Rami sang pemuda kreatif di Al Nuseirat.
Mengumpulkan banyak kardus bekas dari tempat sampah.
Setelah itu dia membuat beraneka mainan kardus untuk anak anak.
Mobil mobilan , motor motoran , kapal kapalan dan lainnya.

Wedad sang gadis remaja di Al Mawasi.
Termenung sedih sambil memegang kunci tua dan kunci baru.
Kunci tua itu milik neneknya yang terusir dari rumah sejak 1948.
Kunci baru itu miliknya sendiri yang terus dibawa setelah rumahnya dihancurkan.

Mosab sang pelukis mural di Rafah.
Membawa banyak peralatan lukis dan cat beraneka warna.
Dengan penuh semangat dia melukis mural di reruntuhan tembok yang lebar.
Yang dia lukis adalah sosok Handala sedang makan semangka.

Dokter Ayaz di rumah sakit Al Awda.
Menangis melihat bayi bayi prematur yang tidur dalam inkubator.
Tak ada kiriman bahan bakar untuk terus menyalakan listrik yang hampir padam.
Bayi bayi prematur itu akan segera mati satu persatu.

Aboud sang pemuda kreatif di Al Maghazi.
Mengajak anak anak membuat layangan besar bendera Palestina.
Lalu mereka menerbangkan layangan besar itu di tepi pantai.
Siapapun yang melihatnya merasa masih punya harapan.

Duka lara yang dialami orang orang Gaza masih terus berlanjut.
Tapi orang orang Gaza masih terus melanjutkan suka cita.
Melakukan apapun yang masih bisa dilakukan.
Menikmati apapun yang masih bisa dinikmati.


November 2024

By Alvian Eleven
Sito Fossy Biosa Jun 2020
Burung malam yang mengaku pagi.
Lampu dimatikan.
Aku melihat Venus begitu terang, Mars di bawahnya redup.
}}} Tiga anak Iblis terlelap.
Tanaman-tanaman dibinasakan.‰
Tidak ada satu, se, ataupun tuhan.
Hawa begitu kejam. Dingin
oklasasadu is a diction that was deliberately created by Sito Fossy Biosa to express his frustration with God, disappointment, against God, and the concept of Godhead. ⊙a concrete poetry project⊙
Sharaab e khat...
Khat e sharaab
Maikhane

Husn e mela
Hawa Hawaii
Aawargi hi awargi
Tanhai hi tanhai

Bewajah
wajah dhoondta
Jhilmil sitaron ki parchhai se
..

..
.
Lana D Sep 2018
I was born broken
synapses misconnected
only rerouted by the additives
from chemicals sometimes misspoken
Now I'm shattered
and the only one who can fault is that face in my mirror
I say it was the man who's namesake took on Goliath

like Goliath, he ravaged me and made me question
question who every one else saw in the mirror
but it's not his fault that I've changed
I let him start the film
the rated R film in my brain that won't leave me be
in day and in night
I scream you idiot, idiot, idiot
why? why? why?
every time I let it happen and wonder after
panting and crying what happened
what happened to Disney Movies, and Saturday shows
to happy sing-a-longs and family scriptures
traveling across the ocean to my hawa'ii to find my ohana
thinking to capture back
old lost spirits
idiot, idiot, idiot
why?why? why?
I look up at Him
I'm weak
your Mary has become a beggar
sainthood is gone
an angel has fallen and
wings have shattered
now to the next day
will I ask again, why did I  do it again?
or am I free to live again?
Siddharth Ray Jun 2021
Chal paddi thi gaadi taka tak
Hawa shayad thoda zaada hi bhar diya
Befikri ka safar, aa pohoncha uss keel par
Tamasha, shayad thoda zaada hi bhar diya
Ab pahiya toh tha rubber ka hi
Humara kya isne kadar kiya
Gir pade hum, lag gayi chot    
Fir humare dard ne bhi asar kiya
Ab iss keel ko bhi hum kya koosein
Kambakht hai toh yeh lohe ka diya
Sadak se dosti ki aas hum hi laga baithe
Bhool gaye ki yeh toh hai bas ek zariya
Humne kaha kuch pal yahin bita lein
Puncture banane ka kaam fir shuru kiya
Pahiya toh fir bhi chal jayega janaab
Yeh reh jayega banke chhed,
Humne na kissi se kabhi zikr kiya
Aryan Sam Jul 2018
Aj me apnia purania emails pad reha c
Sach kaha ta sala pad ke rona a gea
Jida hi start kita rona a gea
Tuci menu kende c ips ban jao
Ye ban jo wo ban jo
Nd me sala kuj ni kita
Asli kasoorwar me hi ha
Ki apna viah ni ** sakea
Me apne busienss de chkr wich thuhanu gawa lea
Sala mere to fuddu bNda koi ** sakda dunia wichh, nai koi bi nai.

Aj a reha c wapis office to.
Ikala c gaddi wich.
Sach dasa. Sare raste ronda aya me
Meeh pe reha c nd me ro reha c
Sad song wi chal rahe c
Hawa de warkea te , tera naa likh lea.
Paun lai me tenu, krna payar sikh lea.

Sala bada rona aya aj.
Am sorry heena ji
Shivpriya Jan 2024
O Ghamgusaar!
He.. O...Mere. O.. Yaara..
Iss Dosti ke naseeb
ko bachcale!

Tumne is bejaan ruh ko
khwaish ban ke kya dawa pilai.
ki.
Aaj hawa apna rut mod chali,
aur hume rulake chali gayi!

Khuda fakir banke na aaya!
Aur hum betaab reha gaye,
Is Sehar mein din ke ujaale tak!

Lekin.
O Ghamgusaar!
Aaj ye aankhon ke ansu
kehena hai, chahate tumse
ki in dhadkano ne seekha hai jeena tumse!

Isliye.
He..O...Mere. O.. Dil-Yaara!
Iss Dosti ke naseeb ko bachcale!
©shivpoetesspriya
I've added a new poem to my Hindi album "Geeton ki titaliyaan". The poem is titled "Chahane walon ka manzar".
Alvian Eleven Dec 2024
Bulan tampak besar dan terang.
Aku memandangnya pada saat tengah malam.
Sambil berdiri di tepi sawah yang sepi.
Dekat rel kereta pinggiran Surabaya.

Kukeluarkan ponselku dari saku celana.
Lalu kupotret bulan yang kupandang.
Setelah itu langsung kuunggah fotonya.
Pada akun Instagramku.

Kulihat ada banyak postingan foto.
Dari akun Instagram orang orang Gaza.
Ternyata mereka juga sedang memandang bulan.
Bulan yang sama dengan yang kupandang.

Maha sedang duduk di atap rumah.
Dia memandang bulan sambil minum kopi.
Tanpa peduli bombardir pesawat jet.
Meledakkan pemukiman di Deir El Balah.

Omar sedang nongkrong dengan temannya.
Dia memandang bulan sambil merokok.
Melepas lelah setelah membantu relawan.
Membagikan makanan di Khan Yunis.

Mariam sedang termenung di depan tenda.
Dia memandang bulan sambil mengenang.
Kehidupannya yang hilang tak tersisa.
Terkubur puing puing rumahnya di Tel El Hawa.

Malak sedang menangis sedih.
Dia memandang bulan sambil mengingat.
Seorang teman akrabnya yang telah tiada.
Tewas terkena tembakan ******.

Dr Abraham sedang duduk di balkon.
Dia memandang bulan sambil mengeluh.
Kelelahan mengurusi orang orang terluka.
Memenuhi rumah sakit Al Nasser.

Saleh sedang melihat sekumpulan anak muda.
Mereka gembira menari dabke dan bermain oud.
Di atas puing puing reruntuhan bangunan.
Sementara bulan bersinar terang di belakang.

Begitulah bulan yang besar dan terang.
Menjadi penghias malam orang orang Gaza.
Yang masih terjebak kekacauan panjang.
Tanpa tahu kapan akan berakhir.


October 2024

By Alvian Eleven
Janid Kashmiri Nov 2024
Takta hoon tum ko, yeh dil behak jata hai  
Tumhare jalwe mein jahan tham sa jata hai  

Tumhari aankhon ki gehraayi mein doob jata hoon  
Tumhari muskaan pe har dard bhool jata hoon  

Tum chalti ** to hawa gungunane lagti hai  
Tum bolti ** to khamoshi bhi jagti hai  

Yeh dil tumhare lamss ki tamanna liye  
Har lamha teri qurbat ki dua kiye  

Magar tum door **, yeh faasle kyun hain?  
Yeh faaslon mein bhi mohabbat ke geet kyun hain?  

Takta hoon tum ko, aur jeeta hoon tum mein  
Tumhare khwabon mein, aur haqeeqat ke gum mein
Alvian Eleven Dec 2024
This afternoon the weather is light rain.
I'm sitting alone at a bus stop on the side of the road.
Smoking a cigarette while opening my Tiktok account.
As usual I see posts from Gazans.
Various videos about their daily lives amidst the long chaos.

Half an hour ago Nour the journalist uploaded the video.
She saw a group of young people who looked enthusiastic.
They were doing parkour jumping over the rubbles of a building.
Then they were waving the Palestinian flag on a roof that was almost collapsing.

An hour ago Jumana uploaded her video.
She was sitting in her tent with her small children.
While crying she told about her husband who had just been shot dead by a quadcopter.
Without her husband life felt more difficult.

Two hours ago Yazan had just uploaded his video.
He was walking around Al Zaytoun with his friend.
Then he saw a man riding a donkey cart.
But in the cart there were several children's corpses covered in blood.

Three hours ago Mosab the mural painter uploaded his video.
He brought lots of paint and equipment.
He enthusiastically painted on the ruin of a wide wall.
What he painted was a picture of Handala eating watermelon.

Four hours ago Naji the taxi driver in Gaza City uploaded his video.
He was driving his car slowly around Al Rimal to Tel El Hawa.
He was sad to see the whole city destroyed.
Nothing was left but rubbles everywhere.

Five hours ago Nofal the journalist in Shujaiya uploaded his video.
He conducted an interview with a man who had just been released from prison.
His body was thin and covered in wounds.
His face looked traumatized and full of fear.

Six hours ago Israa the elementary school teacher uploaded a video.
She and her friends opened a tent school for children at the Al Bureij refugee camp.
The children also received bags , shoes , stationery , notebooks , drawing books and snacks.
They were happy to be able to learn while playing.

Seven hours ago Abdullah the farmer in Khan Yunis uploaded his video.
He sneaked back into his family's olive grove which had been burned down.
But he was still able to get a harvest even if it was only a sack.
Enough for the people in the refugee camp to share.

Eight hours ago Anas the journalist uploaded his video.
He was covering the news in a house that was destroyed by bombardment in Jabalia.
While the civil rescue team was trying to save children who were hit by the rubble.
They were seriously injured and covered in blood.

Nine hours ago Motasem the journalist uploaded his video.
He found several corpses lying on the street of Al Mawasi.
While stray dogs gathered and eating the corpses.
Until only bones were left.

Ten hours ago Said uploaded his video.
He was cooking lentil soup in a big ***.
After that he distributed it to the children.
They all ate while laughing happily.

Eleven hours ago Mohammed uploaded his video.
He was sitting with his cat named Leo. Mohammed complained that he was hungry and had no money to buy food.
He also complained about not being able to give food to Leo.

Twelve hours ago Hossam the journalist uploaded his video.
He was visiting a refugee camp in Beit Lahia.
There were many children who were skinny because of hunger.
Also children whose skin was itchy due to infection.

Thirteen hours ago Faiz the journalist uploaded his video.
He was seeing several bodies of people lying on Salahadin street.
Those people died by quadcopter fire.
While a car was burned by a drone bomb.

Fourteen hours ago Mariam uploaded her video.
She was queuing at the bakery in Deir El Balah.
There were so many people queuing until it was crowded.
Meanwhile she complained of being tired because she had been queuing for too long.

Fifteen hours ago Mona uploaded her video.
She was busy with her friends who were members of the volunteer team.
They distributed lots of necessary items to people who had taken refuge in the tents.
Soaps , shampoos , baby milks , diapers and sanitary pads.

Sixteen hours ago Zinah uploaded her video.
She complained of being tired because her tent was flooded with rainwater.
The carpet , mattress and belongings were all wet.
While the heavy rain didn't stop soon.

That's how they go through day after day in Gaza.
I'm tired of seeing the long chaos in Gaza that continues every day without stopping.
What I can do is comment words of encouragement to them.
So that they don't feel abandoned by the world.
And they still have fighting spirit to get through the hard , tiring and dangerous days.


December 2024

By Alvian Eleven
Veena Iyer Aug 2020
Zindagi bas yuhi chalti jaarahi
Jaise ** kisi shaayar ka tassavur
Jo kabhi rokey na rukey ,
Jiske anjaam se wo ** bekhabar
Jo Zara si hawa se behek jaaye
Jismein chehre lage kuch jaane se
Magar jinke iraade ** anjaaney

Jahaan har koi hai apne hi dhun mein diwaana
Koi Kare  kisi aur ka parwaa na
Bade bade ** imaaratein jahaan
Par jinke dil ** bas itna hi wahaan

Jahaan hoti hai itni aawaaz
Ki kisi ko na ** dhadkano ka aaghaas
Har koi Uss makaam ko pohachna chaahe
Jo aasmano tak ko bhi paar kar jaaye

Yeh dil bechaara Kare bhi to kya
Kisi ke armaan adhurey rehgaye bhi tho kya
Dil ki aawaaz koi na sune bhi tho kya
Koi hame wahin chod jaaye bhi tho kya
Alvian Eleven Jan 27
A week after the cease fire.
All the Gazans who were displaced in the south.
Finally able to return to the north.
Jabalia , Beit Hanoun , Beit Lahia , Shujaiya , Tel El Hawa , Al Rimal , Al Zaytoun , Al Naser , Al Shati.
In large numbers they walked together along Al Rasheed street on the beach.
Or they rode in cars , trucks and donkey carts full of their belongings through Salah Al Din street.
It was the great return march to the northern Gaza.
They returned to their ruined cities and their destroyed homes.
They sang , cheered and rejoiced.
They were celebrating a day full of euphoria.
Their resilience and steadfastness during the long chaos.
Has paid off with their feet standing on their own land.
Whatever has been destroyed on their own land will be rebuilt.
A Beautiful life will grow and bloom again on their own land.


Januari 2025

By Alvian Eleven
Aslam M Sep 2020
Ab Yeh Sangeen Sa Sawaal
Phir Sai Kar Raha Hai Bhawaal
Aaakhir Mai Kaun Hu ||

Kya Hu Mai Ek Hawa Ka Jhaukha
Yaa Bas Woh Mitti Ka Anmol Tukda ||

Kya Hu Mai Woh Nadi Ka Paani
Yaa Bas Woh Wruksh Ki Sansaani.

Kya Hu Mai Woh Na Bujti Roshini
Yaaa Bas Woh Kaunai Ki Andheri.

Aaakhir Mai Kaun Hu ||
Aslam M Jun 2020
Teri. Zulfai Kya Lehraati Hai
Sakt Aandhi Aur Toofan Mai.

Hawa Ka Rukt Bhi Batati Hai
Aur Teri Khoobsurathi Bhi.

Ab tau Aandhi aur Toofan Thaam Gaya
Aankhai Aur Dil Ab Tau Khol Dau.
Aryan Sam Mar 2018
3 wajje hoye ne swer de
Taare bi nikle hoye ne
Me chatt te khada ha
Thandi thandi hawa wi chal rahi he
Te tenu miss bi bada kr reha ha

Heena ji, jina me tang ** reha ha na
Una hi tang krunga
Bus jaan hi jani baki he
Rizma Aulia Apr 19
Sudahkah datang giliranku?
Perlahan tanpa ragu kau merayu
Tak berdaya, ku diam namun tak bisu

Ketika hawa hanya kau jadikan pemuas nafsu
Maka, saudari kecilmu akan merasakan itu
Hanya saja, bukan kau yg menjadi pelaku
Alvian Eleven Jan 27
A week after the cease fire a Gazan man named Yousef returned to the north.
He was riding a truck with other people through Salah Al Din street.
When he arrived at Tel El Hawa he walked limply seeing everything had been destroyed.
Then he arrived at his destroyed house not far from the beach.
He immediately prostrated while crying.
After that he sat in the rubble and continued to cry.
Because all his family had died when his house was bombarded a year ago.
For Yousef life has no meaning anymore after he lost everything.
Now he had nothing and doesn't have anyone.
He also doesn't know how to continue living.
But he still tries to smile to cover up his sorrow.
A fake smile that makes people think that he is fine.


Januari 2025

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Dec 2024
It's midnight the moon looks big and bright.
I look that moon on the edge of a quiet and dark rice field.
Near the train track on the outskirts of Surabaya.
Which goes towards Sidoarjo.

I'm taking a photo of that moon.
Then I immediately upload it to my Instagram account.
I see there are lots of photo posts from the people in Gaza.
It turns out they were also looking at the moon.

A few minutes ago Maha uploaded her photo.
She was sitting on the roof of the house with her cat.
She looked at the moon while drinking coffee.
Without caring that jet planes were bombarding the neighborhood in Deir El Balah.

Half an hour ago Omar uploaded his photo.
He was hanging out in front of the tent with his friends.
They were looking at the moon while smoking hookah.
Relaxing after helping volunteers in Khan Yunis.

Half an hour ago Mariam uploaded her photo.
She was sitting pensively in front of the tent.
She looked at the moon while remembering her family who had died.
Buried among the rubble of her house in Tel El Hawa.

An hour ago Dr Abraham uploaded his photo.
He was sitting on the balcony of Al Nasser Hospital.
He looked at the moon while complaining.
Tired of taking care of the injured people who were arriving.

An hour ago Saleh the journalist uploaded his photo.
He saw a group of young people dancing dabke and playing oud guitar.
They were standing together on the rubble of a building.
While the moon seemed to be shining brightly behind them.

This big and bright moon really looks beautiful.
Decorating the night of the people in Gaza.
Who are still trapped in the long chaos.
Without knowing when it will end.


December 2024

By Alvian Eleven
ash Jun 11
sarphiri si baatein ye teri
muqammal kar bhi lu
makbul karna mushkil

har martaba jo ye tu aajata hai
zehen mein maano zeher sa mehsoos hota hai
dil par marham jo bhi lagaya
kab zakhmon ko cheer ke nikal gaye, pata bhi na chala

par usko dekha, phir se —
waqt ke intehaan ke baad hi sahi
wahi aankhen, wahi muskurahat
wahi pagalpan —
maano saare gham dil rehte, pighal gaye

jab aankhen hi bol dein
toh labon ki khamoshi bhi kya?
naseehat jo ye duniya de, aahista hi sahi
samajh aati hai — duniya ke pare
jo teri meri duniya baithi hai

maano intzaar kar rahi ** —
uski yaad satati hai
par intzaar bhi ye kaisa,
uska — jise kabhi aana hi na tha

zaleel toh apno ne hi kiya
iss qadar ghaav jo hai ye mere
kya sapna, aur kya baddua

nazdeekiyan — har ek cheez
jo maano hawa ki tarah
nadiyon mein behte hue
mujhe tere kareeb le aaye

sab seh lenge — dard ** ya dilkash
aarzoo se likh rahi hoon
afsana ye tera mera

kaafir ban ke reh gaye
khud apne hi shauq-e-ishq karte karte guzar gaye
sochti thi — gair hai ye sab
ummedon aur khwabon ke pare

par giri aisi, ki sambhal na payi

hamari kahani likhi hui thi
aur duniya — uske log
iss janam mein bhale hi door kar dein
ye dooriyan nahi samjhi
junoon ko mere

zindagi aur maut —
aur uske baad ke safar mein
uns rahegi meri, kasakti hi sahi
teri ruksat bechain bhale hi chhod jaye

fanaa ** jaana —
la-ila, ab bepanah pyaar jo ye mera

hota hi kya hai qissa iss zamaane ka?
kahenge log — jo unhe kehna hai

raahguzar tera mera —
sarphiri si main
khamoshi mein rehkar
tujhe bayaan jo na kar sake

socha tha — padh chuka hoga
jo hum shabdon mein piroh na sake

ye vaada — ek laila ka apne majnu se:

tujhe kho bhi dun, darr nahi kisi baat ka
rahega zehen mein mere — paa hi lungi
iss janam nahi, toh agli dafa
ouch, laila-majnu
first time watching something like it
not the best, sure- the plot, unpredictable this once cause i had some other thoughts except poetic symbolism. peaked.

— The End —