Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Noandy Jun 2016
Antara aku dan Beethoven
Tidak ada kamu

Aku tidak mendengarmu dalam
Sonata Terang Bulan
Kamu tidak meredam dan menelan
Kesedihan, pun kepedihan

Kamu tidak memantulkan
Wajah remang bulan
Kala gugurnya di
Hilir redup sungai

Kamu berteriak
Terlalu lantang
Di malam hari

Sedang antara aku dan Beethoven
Tidak ada kamu
Kami menjalin kesedihan
Berdua saja

Aku dalam kata
Beethoven,
Dalam denting

Kamu berteriak
Terlalu lantang.

Sayangnya
Kami tidak mendengar
Jeritanmu
Kami tidak mau mendengar
Amukmu

Piano Sonata nomor empat belas,
Kuhanyutkan surat tak berbalas.

Di C kres minor,
Aku takut ia terdampar,

Opus dua puluh tujuh nomor dua,
Karena kau jeritkan amuk tanpa duka.
Masih kubayangkan seperti apa jadinya aku apabila suatu saat aku benar-benar bisa memiliki dia. Mencintai dia begitu dekat. Sedekat tarikan napas dari setiap udara segar yang aku hirup di pagi hari. Masuk ke dalam paru-paru. Kemudian bercumbu di sana.

Benar apabila aku memang sangat ingin bisa memiliki, segala hal yang mungkin tidak pernah bisa aku miliki.
Begitu naif apabila kita sedang belajar mencintai seseorang.
O wajahnya. O matanya. O hidungnya. O pipinya. O bibirnya. O rambutnya yang panjang tergerai jatuh di bahunya. Begitu jelas, hingga mimpi seperti realita.
Dia begitu jelas terlihat. Dia begitu nyata, bahkan kurasakan sesuatu berdetak begitu cepat dan kencang, seperti angin yang menyibak rambutnya.
Senyumnya membuat segala yang hancur menyatu kembali, tetapi tidak, tidak untuk setiap kali.

Aku masih mencintainya, begitulah cinta yang semestinya aku akan katakan apabila memang dia benar ada di sini. Tetapi dia tidak di sini. Dan aku tidak bisa mengatakan bahwa aku mencintainya.

Dia begitu dekat, tetapi juga begitu jauh. Dia jauh dari mataku. Dan dia begitu jauh untuk bisa merasakan perasaanku padanya.
Indonesia, 23 Maret 2021
Arif Aditya Abyan Nugroho
Aridea P Oct 2011
Tangan ku kaku ketika menulis
Kaki ku lumpuh ketika melangkah
Mata ku buta ketika memandang
Raga ku pun mati karena merindukan

Langit amat luas
Hidup bahagia bersama awan
Tapi, langit tak berikan aku
Aku pun menangis

Air laut menampung kesedihan ku
Meluap menjadi awan
Dan menenggelamkan jagat raya
Termasuk hati ku yang sudah rentan

Rentan, karena terik mentari yang menyengat
Raga ku roboh terhempas angin menjadi puing
Jiwa ku lari saat takut desiran pasir
Darah ku habis saat berlari mengejar semua

Sumpah mati takkan tergapai
Cinta sejati dalam hati yang tulus
Dengan ocehan yang melukai
Dan kata cinta yang omong kosong

Created by Aridea Purple
Leys  Oct 2016
humairah
Leys Oct 2016
namamu yang indah,
dengan sifatmu yang selalu gembira,
wajahmu yang manis membuatkan orang sekliling memandangmu.

walaupun kau suka menyakat orang dengan membuang angin dan sendawa ,
tapi kau membuatkan suasana yang nyaman dan riuh.

kau juga suka dance macam kpopers ,
bila tiba kau menyanyikau seakan-akan lupa orang sekeliling ,
menyanyi dan terus menyanyi.

kadangkala aku selalu melihatmu sedih ,
tapi pantas kau menutup kesedihan mu ,
dengan berpura pura gembira.

HUMAIRAH ,
gadis yang cekal ,
dengan pipimu yang merah bila matahari memancar ke mukamu ,
Tapi ketahuilah kau tetap jelita ..
JELITA .
Beeha  Dec 2012
melody
Beeha Dec 2012
indahnya sebuah melodi,
sebuah lagu yang berirama,
sungguh merdu,
sungguh syahdu.

alangkah indahnya hidup ini,
jika diibaratkan dengan sebuah lagu,
setiap detik kehidupan,
mempunyai iramanya yang tersendiri.

alangkah indahnya cinta ini,
seperti melodi lagu-lagu tanpa nyanyian,
penuh dengan kesedihan,
tetapi juga membawa kebahagiaan.

tatkala perginya seseorang itu,
ke dunia lain mahupun yang sama,
sakitnya tidak diduga,
seperti mengenggam serpihan kaca.

kehidupan ini tidak dapat dibicara,
dengan hanya kata-kata,
ianya dapat dirasa,
apabila dilalui.
Aku memiliki seribu mimpi tapi ibu bilang aku tak tahu diri
Tak mengerti keadaan dan kondisi, akupun berhenti membicarakan itu dengannya.
Kopi panas yang ku seduh dengan kekecewaan kemarin pagi diseruput lega olehnya.
"Jadikan perkataan mereka cambuk bagimu"
Salah seorang teman pernah berkata begitu padaku.
Tapi kepalaku ini berisi setan-setan bengal!
Mereka hanya mengerti kesedihan dan kemarahan.
Aku tidur dengan tangan penuh tinta merah setiap malam,
berusaha memindahkan kotak-kotak terlarang dari sudut mimpi ke ruang kegagalan.
Mereka berhenti mencoba membunuhku tapi kali ini mereka menaruh racun disetiap gelas yang akan ku teguk
Bukan! Bukan racun mematikan
tapi cukup membuat jiwaku lumpuh untuk waktu yang tak menentu
Aku berhenti membicarakan mimpi-mimpiku kepada siapapun
Aku tak ingin mimpi yang tersisa hancur diinjak-injak oleh kaki yang bahkan tak peduli berapa lama aku membangunnya 'kembali'
Tahun-tahun tak bernyawa
Meludah kata-kata serapah seakan hatiku dinding beton dingin
Kecukupan seperti apa yang membuat mereka bahagia!
Atau biarkan aku tergeletak di kasur lembut itu
Jangan! Jangan coba bangunkan aku
Mungkin ketenangan di dalam sana mampu meredam kekacauan di kepala malamku
#puisi #mimpi
JHT Jun 2017
Pada hari yang baik di bulan yang baik ini;
Hujan turun lagi membasahi segenap pertanahan;
Di balik bulirnya seorang pujangga termenung;
Menuliskan kembali lirik-lirik tersedih dalam puisinya:

Wahai imaji hujan di masa lalu;
Pernah kulupa namun mengapa belum kurela?
Wahai melodi hujan di masa lalu;
Kembali kau ketuk palung paling dalam;
Kehalusan suara wanita yang pernah ada;
Mengapa tak lenyap bersama kejatuhanmu?

Apakah lagi-lagi aku berdiri pada persimpangan yang sama?
Penuh kabut, memudar namun seyogianya belum sirna;
Tahun demi tahun telah berlalu bersama kejatuhan hujan;
Namun mengapa kesepian tak pernah berlalu?
Walau kesedihan menolak segala kefanaan;
Yang belum berubah menjadi sebuah kejadian;
Yang menolak segala bentuk pengulangan;

Apakah kekosongan merupakan bentuk realita tertunggal
Yang selamanya akan terus berbahasa dalam kebisuannya?
Mengapa masih aku mengaku yang tertabah;
Jika musibah tak mampu melenyapkan;
Segala terpaan angin rindu yang pernah berhembus?
Jika segala ketakuan masih menjadi ada dalam tiada;
Mengapa pernah juga kau lepas ikatan kita?

Perlahan kata-kata itu meresap kepada perakaran;
Sebolehjadinya ujung pena tak mampu memahami;
Segala makna yang tersirat dalam rampaian puisinya;
Bila kepergianmu adalah kesenduan dari berkat kehidupan;
Ajarkanlah aku berdamai dengan segala bentuk prasangka;
Yang datang bersama bayanganmu di kala hujan.
Dan kembali pepohonan bersemi bersama dengan perakaran yang dibasahi titik hujan. Bagaikan prasangka menolak segala bentuk pengulangan. Seorang pujangga terjebak dalam ketidakpastian diskursif.
el  Aug 2014
di antara
el Aug 2014
Di antara tumpukan bangau-bangau ini, terdapat satu harapan yang tidak akan pernah tercapai.

Di antara tumpukan bangau-bangau ini, tertoreh satu kesedihan yang tidak diketahui siapapun.

Di antara tumpukan bangau-bangau ini, aku mengubur semua mimpi indah bersama dengan setumpuk cerita pahit.

Dan di antara tumpukan bangau-bangau ini, terbesit satu keinginan yang mustahil untuk dijadikan nyata.

Biarkan mimpi tetap menjadi mimpi, biarkan aku tetap diam.

Biarkan seribu bangau menyampaikan kata-kata yang tersangkut di lidahku kepadamu
Karena aku yakin kamu tidak akan ingin mendengar suaraku lagi.
Jovanka Marsha S Dec 2017
JOGJA

“Jogja sedang berusaha menutupi kesedihan karena penyesalannya, buktinya akhir-akhir ini Jogja ramai sekali”
“Untuk apa Jogja bersedih?
Bukankah banyak yang mencintainya selama ini?
Buktinya Jogja bisa dengan mudahnya tebar keramahan kesana-kemari kemudian mendapatkan banyak hati.”


JAKARTA

“Jakarta sudah tidak kuat lagi menahan sakit perasaannya hingga ia menangis, buktinya kemarin hujannya turun deras sekali”
“Untuk apa Jakarta menangis?
Bukankah Jakarta begitu kuat?
Buktinya ia tahan mendengar suara bising dari banyak pasangan kekasih yang melempar janji-janji palsu selama ini.”


BANDUNG

“Bandung bingung menanggapi apa yang terjadi terhadap Jogja dan Jakarta, buktinya ia hanya bisa diam.”
“Tidakkah kau tahu bahwa bandung selalu bersuara?
Tetapi selama ini suaranya tersamarkan oleh suara hujan.
Buktinya suaranya tidak bisa dibuktikan.”
poeticmetaphors on Tumblr
Jakarta | 16 Jul | 2.06 AM
KA Poetry Jan 2018
Ruang-ruang kosong di jiwa
Sangat merindukanmu
Langit berbintang memelukku erat
Hingga sendiri menjadi nyaman

Terbanglah bersamaku bila kau mau
Kau tahu hanya butuh memanggil namaku
Genggamlah tanganku
Kau tahu kau tidak sendiri melawan dunia ini

Hati akan berbicara
Bila kegundahan menerpa
Meski tak sempurna
Cintaku akan mengisi gema ruang-ruang hatimu

Disisimu, akan kubawa kau berlayar
Menuju dunia tanpa kesedihan
Disisiku, akan kubuat kau bahagia
Membuat dirimu merangkum rasa.
02/01/2018 | 22.00 | Indonesia| K.***
Gektya Pasis  Oct 2016
paling
Gektya Pasis Oct 2016
kadang ada sesuatu yang tidak bisa kita sadari
kita terlalu larut dalam kesedihan yang sementara
tanpa tau
atau mau tau
apa arti dari kesedihan kita itu

kadang kita menyangka
bahwa yang paling membuat kita terluka saat itu
adalah yang "paling" dari yang pernah kita alami
walau lupa
atau berusaha lupa
bahwa pernah merasakan yang jauh lebih menyakitkan
White Lily  Jul 2019
Ibu
White Lily Jul 2019
Ibu
Pelipur dalam kesedihan
Penyejuk dalam kehausan
Arah menuju tujuan
Sumber kebahagiaan
Ibu,
Engkaulah segalanya
Nita Sep 2020
Kemarin
Hari ini
Atau lusa
Tubuhku melayang di antara semesta
Bersama konstelasi bintang
Lalu terhempas di antara Sabana
Sekali lagi, aku merayakan kesedihan
-Kesedihan sesekali harus dirayakan.

— The End —