Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Aliya N Raissa Sep 2016
Jika malam berbicara
mengenai cintanya
terhadap rembulan
Tak perlu kau berkata lagi
melalui isyarat
ataupun senandung
Cukuplah diam
dan resapi
setiap kecupan
diantara angin malam
Dan jangan ganggu bintang
karena mereka nyaman
dan tenang dalam kejauhan
Biarlah malam yang melengkapimu
Menjagamu dalam tidurmu
Pengantar untuk segala mimpimu
Semoga Tuhan bersamamu
sampai fajar berikutnya
Bintun Nahl 1453 Feb 2015
Desember bersambut hujan, menderas berlukiskan mendung. Sejuk menusuk tulang, yah hujan desember memang tak main
- main dan tak tanggung - tanggung, serius. Memelukmu dingin bertubi - tubi.
Belajar dari 'hujan desember'
Pengorbanan seperti apa yang akan kau ukir untuk membuka pintu kemenangan dakwah ?
Setergenang jalan setapak kah, dengan guyuran hujan ?
Atau, sesemangat hujan desember kah ? Dengan turunnya susul menyusul melembabkan tanah tahun depan, menyusun rencana agar tanah tak mengering dan gugurlah dedaunan karena cuaca tak menentu ..
Segemuruh deras hujan kah ? Berirama dan memberi isyarat bahwa lagi - lagi akan menggenang walau ada saja suara sumbang "aah, hujan turun lagi, sampai kapan "
Dan entah akan kembali kah ia, dengan desember yang sama atau justru tertelan waktu dan mati ..
Maka, prestasi apa yang telah terukir setahun ini dan rencana - rencana apa yang telah tersusun rapi untuk mendobrak peradaban kelam ini ?
Mengembalikan peradaban gemilang "KHILAFAH ISLAMIYAH" ..
Mengubur Demokrasi Kapitalisme Sekularisme dan tak bergairah lagi untuk bangkit ..
Jangan sampai waktu tak menggenapkan umur .
Jangan sampai terlanjur gigit jari, menyesal.
Dan, jangan pernah bosan untuk tetap menyeru walau terus dihujat . Demi terterapkannya syari'at islam dan hidup sejahtera dalam naungannya ..
Maka, jangan lupa sedekapkan kedua tangan dan berdoalah akan kemenangan islam dipercepat ..
Karena hidup adalah IBADAH, AMANAH, dan MUHASABAH ..
Allahumma Shayyiban Naafi'an ..
KA Poetry Jan 2018
Beruntung bisa berbincang
Terikat dalam dunia mu
Mencinta dibalik pertemanan
Menumbuhkan bibit cerita diriku & dirimu

Izinkan aku untuk memberi isyarat
Biarkanlah perasaan mu menjalar
Dekaplah bila terasa nyaman
Rasa ini telah menyatakan

Semesta yang menjadi saksi
Bahwa keajaiban terjadi di hati ku
Mendekatlah
Tangan mu akan merasakan detak ini

Berdetak hanya untuk mu
Sampai akhir hayat
Terikat dengan mu
Mendekatlah.
23/01/2018 | 20.24 | Indonesia | K.***
Elle Sang Dec 2015
Aku jatuh cinta pada seseorang yang hanya bisa ku gapai tangannya saja
Yang mampu ku lihat bayangannya namun tak akan pernah bisa ku raih
Seseorang yang hadirnya tak menentu bagai musim
Sebelum kaki ini mampu mengejarnya
Seseorang yang hanya bisa ku kirimkan isyarat
Sehalus awan di langit
Atau hujan yang telah mengiringi beberapa hari ini
JHT Jun 2017
Dengarlah gemuruh hujan pada malam hari ini;
Dengan irama tetesannya kebisuan dicurahkan;
Dalam kegelapan jua para pencari melangkah;
Menyusuri persimpangan jalanan yang basah;
Mungkinkah sudah keraguan mereka terhapuskan?
Ataukah praduganya telah menjadi satu bentuk prasangka,
Yang sekiranya kembali menolak untuk lagi-lagi berbicara?

Dengan satu sapuan halusnya kembalilah dikau sunyi menjadi hening,
Hening menjadi tiada, seperti tiada memunculkan hampa;
Lalu hampa pergi meninggalkan luka yang menganga pada dikau;
Hanya kesembuhan dari hujan yang dinanti mereka yang terluka;
Seperti juga berkat yang dinantikan dikau yang tak lelah menanti;
Memegang erat setiap butiran yang mungkin tak mampu dimiliki;
Mendengar irama yang selamanya tak mampu dimengerti;

Bersabdalah hujan pada semesta di malam hari ini;
Hanya kesunyian yang terus ia ajak bicara dalam isyarat;
Hanya kegelapan yang selamanya tak mampu ia lihat;
Pengheningan resah telah menjadi gundah sang hujan;
Seperti gundah itu sendiri menjadi gulana dikau;
Seperti dikau yang hadir dan hilang dalam rimbanya hujan,
Kembali dicari namun tak mampu dihilangkan.
Niraksara perbincangan antara sang Pujangga dan Hujan. Sampai kapanpun kebisuan merupakan satu-satunya bahasa yang mempertemukan mereka.
Noandy Jun 2016
Hiruk-pikuk menjual dirinya
Pada hening yang mengekang
Ia mulai merindukan
Wujudnya

Diam-diam,
Diintipnya cermin
Yang tergeletak di ujung
Taman bunga
Sudah sebagian layu,
Tua, takhayul, dan
Ngeri,
Tapi di sanalah satu-satunya tempat
Di mana perwujudan
Berani menampakkan diri sejujur-jujurnya

Maka dipanjatkannya
Beribu pekikan isyarat namanya:
Hiruk-pikuk
Ramai
Gegap-gempita
Gelegar.

Dan diintipnya cermin itu
Dilihatnya wujudnya:
Masih tiada.
Ia telah dihilangkan.
Hanya ada bising
Yang terus bergulir.

Kau tahu dirimu
Adalah keberisikan,
Siapa suruh menjual diri pada hening?
NURUL AMALIA Aug 2017
aku mencoba memahami
setiap isyarat yang terbentuk
menerjemahkan tanda- tanda
pada tiap tiap elemen yang ada
menafsirkan tak semudah itu
teoripun wajib diacu

belum, aku harus menyelam lebih dalam
ini belum cukup untukku
aku masih haus akan pengertian
bagaimana ini bisa?
bagaimana itu bisa?
akupun masih terus menggali
untuk ku tuai jawaban

semua punya maksud dibelakangnya
warna, gerak, ujaran, tulisan
bahkan titik dan garis
aku mencari arti dalam arti
mengupas tanda didalam tanda

ini tentang makhluk berbahasa
aku, bahkan tiap insan punya identitas
ada makna yang harus kusampaikan
ada arti yang harus dipahami
aku memang bukan ahli
tapi ku mau pelajari
untuk para pecinta semiotics, yang suka dengan tanda tanda yang butuh pemahaman atau penafsiran dalam perspektif yang lain, sama halnya menerjemahkan cinta yang mendekat padamu, hati hatilah kamu akan sedikit bingung mengartikannya
Penunggang badai Feb 2021
Sejak kapan kita menjadi pendiam dan enggan tuk bertukar kabar?

Sudah lama rasanya tidak membersihkan debu yang makin tebal, bersarang (yang kuyakin) di masing-masing satu ruang kecil nan sempit di hati kita. Aneh rasanya mengingat dulu masing-masing dari kita pernah saling menguatkan satu sama lain dikala masa kejatuhan, saling membahagiakan di tengah badai yang bergemuruh.

Pada akhirnya, waktu seolah memaksa kita melanjutkan perjalanan dengan cara berpisah, saling memilih arah yang berbeda. Seolah memberi isyarat bahwa kau dan aku memang tidak diciptakan untuk bersama. Dan benar, waktu membuktikan ucapannya. Kita lambat laun mewujud bumi dan langit, hitam dan putih, atau bahkan air dan api.

Memilih tunduk dengan titah sang waktu, dengan ego yang kau Tuhan-kan, mulai berjalan tanpa beban meninggalkan semua kenangan, termasuk aku yang tertahan di persimpangan jalan. Sedangkan aku; dengan perasaan kalut yang membelenggu hati, coba berjalan memikul sisa-sisa petualangan kita, menjinjing sekantong mimpi yang kala sedih maupun bahagia pernah kita kumpulkan bersama-sama.

Berteman sunyi, terus berjalan meski sepi sendiri.

— The End —