Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Hanifah Oct 2022
Pada tiap bait puisiku
berisikan lantunan merdu
perihal dia dan suka.
Larik-larik sajaknya dirancang manis
menyurat rasa yang tersirat.
Pada tiap bait puisiku
kuingat tatapnya yang hangat dan malu-malu
membuat aku gugup melulu.
Dipuisi ini, kutulis rayu dalam kata
tuk ramu gugupku jadi haru.
Pada Rabu di sorenya
bernada, mendera, bergelora
berbicara perihal harinya yang gembira.
Joshua Soesanto Jun 2014
sajak yang terulang
semua terlihat sama
balkon di pagi hari dengan kopi kita
bercengkerama lepas kata

rasa manis tanpa gula terasa
kita masih tetap bertukar kisah
dari hulu ke hilir tanpa derasnya alur
kita masih tetap saling menghibur

akan ada waktu
waktu di antara batas cemburu dan kerelaan
menerima kenyataan
sebagai buah resonansi pengakuan

kamu selalu bisa menerjemahkan
rasa yang tak sempat singgah
sederet sajak demi sajak, aku begah
kapan terhenti?
terhenti saat di culik damai
pertanda bahwa jiwa kita pergi
kata itu diam
sediam damai itu sendiri

langit biru mendayu
tapi mata ini semu
hanya bayangan perlahan melayu
haru..
karena tak sempat menyentuhmu

hanya memaksa sumpah
menanak lelah
meminum darah
sedikit sengatan lebah, aku pun rebah
terbangun, lalu ingat
ternyata ada..ya..ada
seikat warna yang tak pernah kita miliki

ternyata kau pun tahu, aku menunggu
dari balik pohon tua di seberang sungai
"tunggu sajalah, sampai lumut memakan dinding waktu"
abu-abu, karena takut jatuh hati

kamu di bawa pergi seorang tuan
dengan kapal bernama masa lalu
sedangkan aku disini
diam-diam menyulam awan menjadi kamu

jika kamu
di antara damai dan terang
aku rela menyembunyikan bintang
aku rela menyembunyikan mentari
aku rela menyandera damai semesta
karena kamu keajaiban
yang aku panggil dalam percakapan bisu
tanpa suara

sejauh perjalanan mata dan hati
aku pun pergi
tak sempat menoleh kebelakang
hanya menitipkan pesan tak harap balasan

semoga harimu bermuara pada kesederhanaan
sesederhana tuhan menaruh cinta baru tiap pagi
sesederhana embun pada dedadunan
sesederhana matahari..
indah dan jatuh begitu eloknya
sesederhana..
sesederhana..

kamu apa adanya.
Dustin Tebbutt - The Breach #Nowplaying #Tracklist
Aridea P Oct 2011
Ku duduk di sini
Bersama hati di dalam
Kami tersenyum riang
Tawa kami memancar cahaya
Yang indah menghiasi awan
Dengan alunan angin sejuk
Menyegarkan saat hari bahagia

Dunia ku kini indah
Hati ku tak lagi terikat
Hanya senyum manis yang indah
Ku harap abadi tuk selamanya

Berpegang erat tangan
Kata manis mulai terucap
Perkara ku buang jauh
Semoga hilang tak kembali
Agar kami bahagia
Kalahkan rintangan
Dan hidup bahagia bersama
ga Sep 2017
Senyum itu, dari mana datangnya
Tolong beritahu aku rahasianya
Agar nanti bisa kulakukan lagi
Biar mereka tahu, manisnya kau kala itu

Senyum itu, bisakah lebih lama?
Maafkan aku ini ingatannya lemah
Jadi tolong tersenyumlah lebih lama
Biar aku ingat, manisnya kau kala itu

Senyum itu, di hari yang sunyi tanpa kabar
Apakah senyum itu ada di kala hujan?
Aku ingin tahu, jadi bisikkan padaku
Di mana senyum itu saat malam menuju Minggu

Senyum itu, semanis kala itu
Tapi, siapa yang dituju senyum itu
Mungkinkah senyum semanis itu
Menyisakan pahit yang teramat pahit?

Tetaplah semanis itu, kalaupun pahit
cukup aku yang tahu
Tetaplah semanis itu, aku masih ingin
membagi malamku padamu
Kali ini kau harus punya waktu..
Ceritakanlah rahasia senyum manismu itu.
waktu itu kita jalan keluar malam-malam
awalnya sedikit hangat didalam ruangan yang temaram
lalu kita melangkah keluar, dan dinginnya malam buat semuanya menjadi suram
sepertinya angin kencang menjalar dengan kejam
malam menjadi bisu, sambil berjalan pun kita berdua diam

lalu kamu menunjuk-nunjuk bangunan dengan lampu-lampu dan dinding kayu
sepertinya hangat disitu, kalau tidak salah kamu bilang begitu
saya setuju
dengan kamu saya selalu setuju
dijalanan kecil kita melangkah kesitu buru-buru

didalam sana udara dingin sudah tidak terasa lagi
dengan hati yang riang saya pilih coklat panas dari menu yang kamu beri
kata orang coklat bisa menghasilkan hormon endorfin
bisa membuat hari yang sedang bermuram durja menjadi tersenyum kembali

lalu saat itu coklat panas sudah ada didepan saya
saya sentuh pinggiran gelasnya
hangat
saya minum perlahan-lahan
sedikit demi sedikit, tanpa tergesa-gesa
sengaja
karena tidak terlalu besar ukurannya
kalau cepat habis bagaimana?

lama kelamaan habis, semuanya juga akan habis
saya ingin gelas kosong bekas coklat panas ini tidak digubris
tapi akhirnya pelayan itu datang dan mengambilnya sambil tersenyum manis
kehangatan kembali terkikis dan menipis

kita kembali berdiri dan keluar menelusuri malam yang dingin
kembali bergelut dengan angin
ingin saya bawa satu gelas coklat panas itu lagi
tapi dia akan membeku seiring berjalannya waktu, mungkin

tanpa suara, saya tahu kamu mendengar
tanpa cahaya, saya tahu kamu melihat
tanpa kata, saya tahu kamu mengerti

maka, terimakasih untuk ‘coklat panas’ nya.
mungkin bisa kita seduh kembali suatu saat nanti


Jakarta, 27 Desember 2012
*(puisi ini bukan tentang apa-apa. puisi ini tidak berarti apa-apa. puisi ini tidak ada yang mengerti selain saya dan satu orang lagi. puisi ini tentang sebuah Rahasia)
Waktu aku kecil
Dunia adalah kubus empat belas inci
Yang menayangkan gambar warna-warni
Penuh imajinasi
Waktu aku kecil
Dunia adalah permen loli warna pelangi
Merah jingga kuning hijau biru nila ungu menari
Rasanya manis seperti senyum mentari
Waktu aku kecil
Dunia adalah bulir-bulir air hujan
Yang jatuh mengaliri selokan
Disambut riang tawa kawan-kawan
Waktu aku kecil
Dunia adalah daun-daun kering
Tertiup angin ketika fajar menyingsing
Lalu berputar seperti gasing
Waktu aku kecil
Apalah arti politik dan ekonomi
Tak mengerti sengketa dan perang sana-sini
Yang aku mau boneka Barbie!
Sekarang..
Waktu dan Aku sudah tidak kecil lagi
Waktu tambah berisi
Aku bertambah tinggi
Harus lalui gejolak emosi
Tak bisa bicara seenak hati
Harus menyadari
Banyak tanggung jawab masih menanti
Waktu..
maukah berputar bersamaku?
Biarkan angin bertiup
Kembali ke masa itu
sweetrevoirs Dec 2016
Relei ingat. Baju hangat kuning kecoklatan, 4 kerutan di tangan kanan dekat siku dan 5 lainnya di dekat bahu kiri. Rok kotak-kotak selutut yang untung dan sayangnya tak pernah terisngkap sedikit pun angin berkata tiup. Adalah pakaian yang melekat di badan Malia kali mereka bertemu tatap.
Udara dingin malam Sabtu sama sekali tidak membuat para pujangga mengurungkan niatnya untuk berteriak kata cinta. Atau cerita patah hati. Mungkin iya di tempat lain, tapi tidak di sini, di 8th Avenue, sebuah ruangan tak terpakai beberapa tahun lalu yang di percantik jadi sebuah tempat pertemuan para penyair dari berbagai penghujung kota. Dengan satu podium kecil –sekitar setinggi 1 meter dan selebar tiga dada- di sebelah barat, membelakangi dinding yang berwarna merah marun sedangkan tiga dinding lainnya adalah batu bata yang tidak dipoles.
Malam itu Relei seperti malam Sabtu lainnya, berjalan dari kamar loft ke tempat favoritnya, menyusuri 6 blok dalam suhu 21 derajat dengan tentu pakaian hangat.
Semua wajah yang berpapasan, tak ada satupun yang Relei lupa. Ada 13 wanita, 8 diantaranya bermata coklat, dan 6 pria, satu diantaranya memegang setangkai bunga mawar, yang sudah bertatap sapa selama perjalanannya menuju 8th Ave. 8 bunyi klakson mobil dan 4 suara orang bersin yang selalu di balasnya dengan “semoga tuhan memberkati”. Tidak, Relei tidak selalu menghitung seperti ini dalam sehari-harinya. Hanya saja Relei selalu ingat.
“ Lalu bulan masih saja datang, pun tak sepertimu, yang malam ke malam, masih saja semakin semu.” Seorang wanita paruh baya sedang membacakan barisan terakhirnya di atas podium dengan parau sangat menghayati. Penyair lain yang ada di ruangan itu menjentikkan jari mereka terkagum, ada juga yang bersorak kata-kata manis. Kode etis dalam pembacaan puisi di 8th ave adalah : tidak perlu bertepuk tangan terlalu kencang untuk berkata bahwa kau kagum akan satu puisi, cukup dua jari saja.
“ Biarkan aku datang ke mimpi buruk mu, lalu mimpi indah mu, lalu mimpi mu yang kau bahkan tak tahu tentang apa, atau pun mengapa,” Selanjutnya adalah giliran seorang perempuan muda yang naik ke panggung. Ia bercerita tentang buah mimpi, bahwa Ia ingin menjadi fantasi yang dibawa kemanapun sang pemimpi berjalan.
Baju hangat kuning kecoklatan, 4 kerutan di tangan kanan dekat siku dan 5 lainnya di dekat bahu kiri. Malia –atau seperti itulah tadi perempuan itu memperkenalkan dirinya sebelum memulai puisi- menyisir rambutnya kebelakang kuping sebanyak 3 kali sepanjang ia membacakan puisinya. Ia bergeliat di boots hitamnya, entah karena grogi atau tidak nyaman. Malia berambut coklat ikal sepinggang, dan memiliki bulu mata yang lentik bahkan dilihat dari ujung ruangan.
“ Untukmu, yang bersandar ke bata merah dengan tangan memegang kerah.” Malia mengakhiri puisinya sambal menatap ke arah Relei. Tangan Relei yang sedang membenarkan kerah baju otomatis langsung membeku. Ia sadar penyair lain sedang mengalihkan semua perhatian mereka kepadanya. Tapi hey, ayolah, pasti bukan, gadis di atas podium itu pasti bukan sedang membicarakan tentang Relei. Gadis yang sekarang sedang menuruni tangga podium dan berjalan ke arahnya itu pasti bukan sedang- Oh tuhan, atau mungkin memang iya.
So Dreamy Nov 2014
Diawali dengan udara pukul setengah empat sore yang hangat dan suasana hati yang sedang bagus, aku melihat perempuan itu berada di tamannya yang berantakan. Ya, berantakan kataku. Tamannya, bukan dirinya. Ia duduk di sana, dengan anggun dan cantiknya membibiti bunga bakung dan menyirami bunga krisan. Di sekelilingnya terdapat semak bunga mawar liar dan pohon pinus tua. Pohon itu berbatang tebal dan tampak kukuh, kini ia duduk menyila di bawahnya, berbincang dengan semak lavender di sebelahnya. Ia tidak gila, tapi tampak penyayang dan sangat lembut. Rambutnya yang berwarna gelap itu diterpa angin senja, di atasnya secerah sinar matahari menyeruak dari balik dedaunan membuat wajahnya tampak berkilau. Lihat bagaimana cara matanya mengerling dan lihat bagaimana caranya tersenyum; manis sekali.

Itu dia, Qinaani.

(Mahesa)
Leys Oct 2016
namamu yang indah,
dengan sifatmu yang selalu gembira,
wajahmu yang manis membuatkan orang sekliling memandangmu.

walaupun kau suka menyakat orang dengan membuang angin dan sendawa ,
tapi kau membuatkan suasana yang nyaman dan riuh.

kau juga suka dance macam kpopers ,
bila tiba kau menyanyikau seakan-akan lupa orang sekeliling ,
menyanyi dan terus menyanyi.

kadangkala aku selalu melihatmu sedih ,
tapi pantas kau menutup kesedihan mu ,
dengan berpura pura gembira.

HUMAIRAH ,
gadis yang cekal ,
dengan pipimu yang merah bila matahari memancar ke mukamu ,
Tapi ketahuilah kau tetap jelita ..
JELITA .
Aridea P Oct 2011
Dulu terlihat manis dan suci
Ucapan manja masih menghiasi
Setelah  dini menghampiri
Betapa indah merasaakan cinta sejati
Awal penuh kebahagiaan
Hidung mancung dipadu tawa
Mata indah penuh cahaya
Kerlap-kerlip penuh cahaya
Saat pertama aku melihatnya
Ku jatuh hati padanya
Ingin ku bahagia bersamanya
Selalu indah selamanya
Tapi, dia telah bahagia
Bahkan tak tau aku di sini
Menunggu datangnya cinta
Walau hanya sebercak tinta
Biar tersimpan dalam hati
Hingga kita bertemu nanti
Biar ku rangkai dulu jadi lirik
Oh Tuhan,,, aku punya Cinta Dalam Hati
So Dreamy Jun 2017
Bagiku, kamar adalah satu ruangan persegi yang paling krusial di antara ruangan-ruangan lainnya. Magis, nyaman, penting, dan pribadi. Kamar tak hanya berisi tentang selimut dan bantal-bantal yang dilapisi kain bercorak bunga-bunga atau selimut berbulu yang lembut. Tidak juga tentang tumpukan baju sekali pakai yang dilipat di atas nakas dan kursi roda meja belajar. Tidak juga tentang jendela yang selalu terbuka lebar setiap pagi, mengajak udara segar untuk memasuki rongga hidung, membawa masuk lantunan burung-burung. Terlepas dari karpet cokelat muda yang selalu tergelar di tengah-tengah ruangan, yang dihuni berbagai remah-remah makanan—keripik kentang, biskuit, roti kering—ruangan berukuran 4x4 ini menyimpan dan menyembunyikan banyak hal.

Cerita, rahasia, asa.

Bagiku, kamar adalah saksi bisu. Saksi bisu atas upaya yang pernah ditempa, semangat yang tak pernah padam untuk membara, diri yang selalu kembali bangkit setiap kali jatuh ditampar dunia, serta doa-doa yang mulai dibisikkan dengan lembut sejak fajar menyingsing. Meja belajar yang tak pernah rapi, rak buku yang ditinggali berbagai macam buku; novel, buku puisi, buku pelajaran, buku latihan soal, tempat pensil yang berantakan, cahaya dari lampu meja belajar yang hampir rusak, serta mading yang tak pernah sepi dari berbagai kertas target dan to-do-list yang ditempel.

Kamar juga mata bagi segala perasaan; marah, kecewa, putus asa, sendu. Inilah tempat di mana sepi terpelihara dengan baik, yang anehnya, terasa menyenangkan dan bersahabat. Tenggelam dalam kesibukan sendiri, menulis seorang diri, membaca dengan latar musik indie, yang barangkali hanya satu dari sepuluh orang pernah mendengarnya. Ruangan persegi ini merupakan tempat di mana lagu The Trial of the Century – French Kicks diputar, selalu bergandengan dengan kekecewaan yang perlahan merekah di bilik dada. Tempat di mana Fall Harder – Skyler Spence diputar bertepatan dengan lamunan, ide-ide abstrak, membayangkan hal-hal manis yang misterius. She'll lose herself in bright-lit skies, she watches the sun go by, and even if her love runs dry, she'll be there for the summertime. Ialah sesuatu yang terasa cukup magis dan menyihir, bagaimana lagu tersebut selalu membawaku ke dalam lamunan dan gambaran yang muncul seketika di benak, lalu terbitlah ide-ide dan keinginan untuk membuat sesuatu.

Menulis.

Ruangan persegi ini adalah ruangan kecil yang paling setia menaungi ide-ideku yang seringkali tumpah-ruah tak tahu waktu dan tempat, yang kadang dapat direalisasikan menjadi sebuah karya, kadang juga hanya duduk diam tak mau bergerak di dalam kepala. Ialah ruangan persegi yang dengan sabar mendukungku untuk selalu bergerak mengikuti dinamika inspirasi yang datang, memberontak minta dikeluarkan dari kepala, memintaku untuk selalu menjadi produktif. Tentang menulis cerita singkat dan puisi (karena penulis hebat tidak pernah kehilangan inspirasi, menulis dan bermain dengan kata-kata, bercanda ria dengan rima adalah asupan hariannya layaknya menghirup oksigen). Membaca banyak buku dan terus belajar. Melepaskan tangisan dan emosi yang lelah dipenjara di dalam hati, membiarkan mereka menghujani kertas kosong dalam bentuk kata-kata yang bebas. Mengevaluasi diri, membuat target-target.

Membuat prakarya-prakarya sederhana. Menyanyi lepas dan menari mengikuti irama musik. Menjadikan musik indie sebagai latar musik yang membuat semua komponen di ruangan persegi ini menjadi lebih menyatu, saling melengkapi, menciptakan ide baru, lagi.
i remember  you more than you know,
then don't ever hesitate  to leave me..
and i missing you,
then please don't ever hesitate to hide away..
i could lost myself later..

because of you,
the teenage girl  that  first i know..
who is close,  will definitely caught by me..

because of you,
the princess of hearts..
dare to steal mine..
until i forgot myself..

love me softly,
for me,  you are sweet popcorn..
the phantom  heart who makes me  jealous...

love me tender,
for me,  you are a ripe mango..
the villain of love which makes me so mad...


┈┈┈┈┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶  ƦУ  »̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈┈┈┈┈┈┈┈┈

Sir­atu pundung

aku mengenangmu lebih dari yang engkau tahu,
maka jangan segan untuk meninggalkanku...
aku kehilanganmu ,
maka jangan sungakn untuk bersembunyi..
aku dapat menyasarkan diri..

karena kamu,
gadis terhebat yang pertamaku kenal..
yang mendekat pasti akan ketahuan olehku...

karena kamu,
sang ratu hati..
beraninya mencuri...
hingga aku lupa diri..

kasihi aku dengan lembut,
bagiku, engkau berondong manis..
sang siluman hati yang membuatku cemburu...

sayangi aku dengan tulus,
bagiku, engkau adalah mangga yang ranum..
sang penjahat cinta yang membuatku jadi gila..


*heu.. :O  mengapa begitu lebay dan tendensius tulisan ini, ahahay.. =))
sorrow is better than fear..
fear is a journey, a terrible journey. .
but  sorrow is at least an arriving..
ga Feb 2018
Semalam aku melihat harimau
Harimau kalut
Gugup menyeberangi
lautan kembang api

Hari ini aku melihatmu
Membawa angan
Melangkahkan kakimu
ke dalam mimpiku

Semalam aku melihat bidadari
Tersenyum manis
Melambungkan angan
ke khayangan

Hari ini aku menimbang hati
Lebih berat
Karena ia
terbelah dua

Semalam aku merangkai kata
Puisi manis
Untuknya
gulali arum manis

Hari ini musim berganti
Angin bertiup
Menyapu namamu
yang tersangkut
dalam hatiku
03/02/2018
mirai
Aridea P Aug 2014
Palembang, 31 Agustus 2014

Aku ingin segera menjadi dewasa
Supaya aku bisa menikmati hidup lebih leluasa
Minum kopi sambil mengobrol tentang politik dan penguasa
Duduk di café menulis novel dan mengambar sketsa

Aku ingin segera wisuda
Memiliki pekerjaan sendiri yang aku damba
Memiliki apartemen sendiri dengan konsep yang aku suka
Membeli semua buku yang ku anggap menarik dan membuat sendiri ruang baca

Aku ingin segera mengakhiri masa kesendirianku
Ku harap aku bisa memilih sendiri pasanganku
Seseorang yang selalu setia di saat apapun
Seseorang yang bisa ku ajak “gila-gilaan” sepajang waktu

Aku ingin segera mengandung
Memiliki anak-anak yang manis yang akan ku panggil “sayang”
Memanjakan mereka seperti aku dimanjakan bunda
Membahagiakan orangtuaku dengan kehadiran mereka

Aku ingin

Aku ingin mati dikelilingi orang-orang yang ku cinta
Kemarin aku mengajakmu melihat senja.
Katanya kamu suka warnanya merah jambu bercampur oranye seperti jeruk mandarin kesukaan ibu.
Kamu selalu ceriwis membahas senja ini dan itu.

“Jangan lupa kopi dan puisi! Kita harus merayakan isi bumi.”
Celotehmu.
“Kamu mau kan melihat senja bersamaku?”

Kemarin aku mengajakmu melihat senja.
Telah kupersiapkan sekian lama.
Aku rakit sendiri senjaku dengan kopi manis dan puisi cinta yang kau sebut - sebut itu.
Aku merangkai pelan-pelan sambil menghayal bola mata emas yang berbentuk kenari kesukaanku dan lengkung pelangi bibirmu.
Cukup lama buatnya,
tapi senjaku sangat cantik.
Dan sedikit rapuh.
Aku harap kamu senang.

Kemarin aku mengajakmu melihat senja.
Tapi kau pergi ke laut dan menjelajahi waktu.
Terhanyut malam.
Aku tidak ada di sana.

Kamu menolak senjaku.
Katamu ada senja yang lebih bagus.



Senja, senja, senja.
Muak dengan puisi senja.
Aku bukan anak indie regional, aku pendengar Ed Sheeran, top 50 ,Danilla Riyadi dan Sapardi !
Aku ya begini begini begini!
Maksud hati tidak menulis puisi emosional. Tapi aku menulis untukmu (bila membaca) dan, ah indie anjing!
Jack Jun 2022
Terbangun aku di kamar mimpi,
dulunya kau ada di sisi,
kini sepi,

mata dan minda tempat ku jelajah,
menerokai diri mu tanpa lelah,

kembara kita tiada henti,
kerna, tiap kali kita bersua,
kucupan dan senyuman manis menghiasi pipi,

ku susun aksara ini,
untuk mereka tahu,
bertapa indahnya kau di mata ku

cereka tiada noktah atau koma,
kerna di sini,
kau kekal selamanya.

Bila kau tiada,
Jumantara ku gelita
Malam ku sunyi tanpa suara,
renjana pada roh ku kian lemah.

ku berharap kita bersua lagi,
dengan renjana sama dengan ku,
kau bagaikan sahmura,
menghiasi kamar mimpi,
dengan ukiran kirana di bibir,

kerna

Gian aku kepada sanubari mu,
tiada henti
Tadi pagi kumakan anggur ungu
Buah kesukaanku
Asam manis rasanya
Tapi kulahap langsung semuanya

Taksadar ku gigit bijinya
Kecil dan tak nampak
Bergizi pun tidak
Dan kecut ternyata

Seperti rasa ini
Yang tak dihirau orang banyak
Juga kecut dihati kurasa

Tak berigizi memang
Tapi kalau tak dimakan mentah-mentah
Rasa itu takkan ada matinya
Malah hanya terbuang dan terinjak
Dan berakhir dipembuangan
Terlintas begitu saja
Bila cinta sungguh hadir tanpa disadari
Siapa pemegang kuasa,
maha pemberi cinta,
yang seenaknya beri dan ambil?
Aneh benar bualan ini.

Yang kupercaya cinta hadir dengan ijin sang tuan
Bila ya, tinggalah ia, bertumbuh bahkan berbiak
Berpupukan gombalan manis atau sedikitnya senyuman sipit
Berbuahkan gelak tawa
atau jika sedang sial
mungkin tuaianmu sesal dan air mata
Sungguh malang memang..

Ingat teman,
Kau adalah tuan
Bukan kau mengemis mencarinya,
ia yang bertandang menumpang..
Kau cuma perlu mengenangkan,
menikmati cinta..
Humor untuk menyenangkan diri. Jika kesepian, kadang manusia mempersalahkan keadaan bukan dirinya yang tak mau cari teman hehe.
NURUL AMALIA Nov 2018
waktu tidak serta merta memberi salam maupun pamit
ia berjalan saja mengikuti poros
dan terkadang aku tak merasanya
cepat..
kemarin rasanya aku baru akrab denganmu, setalah kebungkaman yang berbicara menahun
aku hanya bisa tertawa, jika aku ingat dulu.
kamu dan aku kemudian dibawa waktu untuk saling bicara untuk pertama kali
sebenernya aku dipaksa karena aku membutuhkan bantuanmu
aku memanfaatmu..agar kita dekat mungkin itulah cara-Nya
maaf..
sampailah kita diakhir studi kuliah
topi bertali dan jubah sudah mantap kita kenakan
tapi dihari itu aku tak melihatmu
mauku melihatmu dengan jas hitam dan kemeja merah mudamu yang manis
tapi aku senang.
semoga kamu gapai maumu selalu
dan selamat.. aku masih merepotkanmu hingga detik ini
Alia Ruray May 2014
Sekuntum mawar yang kau berikan
Mawar merah dengan segenap tumpahan perasaanmu
Hanya sekuntum, tetapi cukup untuk melumpuhkan
Cukup untuk melambangkan rasamu

Tak ku mengerti, sebenarnya
untuk apa kau memuji?
Tak ku mengerti, sejujurnya
untuk apa kau bermanis-manis?
Sungguh, tak ku mengerti
untuk apa?


Sekuntum mawar yang kau berikan
Mewakili perasaan yang membutakan
Meskipun rasa dan pikirmu tersampaikan,
Hei, tak semua hal memiliki jawaban, bukan?
D Apr 2019
"Dalam segala manis dan tragisnya perkawinan,
Kami sebagai perempuan, mati berkali-kali
Dan lahir pula kembali—
Tentu juga berkali-kali

Disaat kau menyaksikan puluhan katup bibir yang mengatakan “Sah.”
Disaat itu pula,
Kau seakan disadarkan
Bahwa kau tak lebih dari pisau yang harus terus diasah

Bukan supaya tajam untuk dapat menikam,
Namun supaya siap mencacah manis-pahitnya peristiwa kehidupan menjadi dadu-dadu kecil
Lalu menanyakan untuk menyerapnya kembali
Untuk diri sendiri

Kau,
Mati dan lahir lagi,
Bukan sebagai isteri,
Namun seutuhnya sebagai wanita yang mengayomi
Sampai akhirnya kematian itu berdiri di depan pintu
Untuk menjemputmu lagi

Disaat kau duduk dan melihat pandangan puluhan manusia
Yang seakan-akan mengatakan,
“Berpandailah dengan urusan dapur.”
Mereka dengan bodohnya menutup mata kepada fakta

Bahwa sekarang, kau adalah busur
Yang dengan senantiasa akan mengarahkan kemana anak-anak panahmu melaju
Kau, bertulang rusuk dan adalah tulang rusuk
Bukan tulang rusuk dari lanangmu,
Namun dari rumah segala rumah

Disaat insan keci itu menangis lahir,
Disitulah Tuhan dengan segala kuasa-Nya menyemukakanmu
Dengan kelahiran yang absolut.
Mutlak. Nyata. Tanpa majas atau embel-embel.

Kau, bukan hanya wanita bersusu yang menyusui;
Walau serapanmu terhadap puji-kejinya kehidupan
Akan juga diserap oleh ‘anak panah’ mu
Melalui air susu dan tutur katamu

Disaat kau melahirkan anak manusia,
Tentunya tanpa tanda tanya,
Kau betul-betul
Lahir kembali."
Diadema L Amadea Jun 2021
aku susun susun batu
kujadikan sebuah benteng
cukup kuat untuk beberapa waktu

malam malam ada yang mengunjungiku
datang datang memakai lonceng
cukup gaduh jadinya tidurku

coba kututup telingaku
sial! tambah keras itu suara lonceng!
sulit tidur, akhirnya kubangkit untuk cari tau

dari benteng, kuambil sepotong batu
terlihat sesosok manis tersenyum lebar
bukan main, tidak karuan hatiku


kutanya,
"kenapa kamu kesini?"
"aku ingin mengajakmu main, sepertinya akan seru"
"aku tidak mau, aku lelah"
"ayolah, nanti kita memetik buah beri liar di hutan"
"aku lelah, lagipula siapa kamu?"
"nanti kamu aku gendong. aku gabungan dari semangka dan tembakau, salam kenal"
"aku tidak tanya kamu itu apa tapi siapa kamu!"

lalu sosok itu mengambil beberapa batu yang ada di benteng
"aku gabungan semangka dan tembakau, ayo ikut!"
tanpa lama, sosok itu mengambil tanganku dan dibawanya lari menuju dalamnya hutan
lalu aku? akupun juga heran kenapa tidak ada penolakan
rambutnya yang tertiup angin hutan dan terkena cahaya matahari yang samar samar masuk dari banyaknya daun membuatku tersenyum sembari ikut berlari bersamanya

"sudah sampai!"

sosok itu tersenyum lebar dan puas

"katanya kamu akan menggendong aku, mana?"
"hehe maaf, lupa. habis saking semangatnya sih.. tunggu sini ya aku akan memetik beri"
"aku tidak ikut?"
"tidak usah, kamu istirahat di bawah pohon itu saja nanti aku menyusul"

akupun duduk dan bersender dibawah pohon besar itu
terlihat antusias sekali, padahal hanya memetik beri

"lucu"

kalimat itu keluar dengan mudah dari mulutku
tunggu, kenapa aku pikir dia lucu?
dia hanya gabungan semangka dan tembakau
itu aneh, dasar gila

"ini sudah selesai, ayo makan"

nyaman sekali berada dekatnya
senang sekali melihat matanya
iya mata itu yang sesekali ikut tersenyum saat sosok itu menatapku
aneh lagi, rasanya hatiku mau runtuh saat itu

"sudah kenyang, ayo main lagi"
"tidak mau, aku kan bilang aku capek"
"oh baiklah, sini"

sosok itu membawa kepalaku ke pangkuannya dengan lembut dan tiba tiba

"eh?!"
"sudah tidak apa apa, kamu tidur saja nanti aku yang berjaga"
"tidak mau aku takut, aku belum kenal kamu"

kecupan manis dan sedikit pahit meluncur di bibirku
tuhan! aku seperti mau meledak

"tidak usah takut, aku pemegang rekor"
"hahahaha rekor apa? ngaco!"

suaraku mulai terbata bata namun tidak ingin terlihat gugup

"sudah ya kamu tidur saja, istirahat"

kembali ia mengusap ngusap rambutku
nyaman
hangat
tenang


"brukkk!"

suara keranjang jatuh tepat beberapa meter dibawah kakiku
aku bangun melihat sekitar

"kemana?"

semangka tembakau sudah lenyap dari pandanganku
ingin kuberanjak pulang namun tertahan

"aku masih ingin menunggu"
"tunggu, untuk apa?"
"untuk temu bodoh"
"apa gunanya temu?"
"tapi aku masih ingin menunggu"
"aku rindu"

suara suara sialan itu menyeruak didalam kepala

kududuk didekat pohon besar sambil menunggu
memakan beri yang masih tersisa sedikit di keranjang


tidak terasa sudah larut
suara suara binatang, hmm ataukah monster itu sudah bersahut sahutan

"aku takut"
"tapi aku masih ingin temu"
"aku harus menunggu"

begitulah kebodohan aku
malam malam
di hutan
sendirian
menunggu orang siapa?

akhirnya aku membangun benteng lagi
di hutan itu
walau bukan di dekat danau yang banyak suara katak dan bunga lili tapi aku coba berusaha membangun benteng lagi untuk sekedar menunggu sosok itu datang

kususun lagi
benteng barupun terbentuk
cuma bedanya
sedikit tidak nyaman karena banyak sekali batang batang pohon tajam masuk ke sela sela batu
tapi aku tetap menunggu
kususun lagi
sampai tertutup
aku masih menunggu untuk temu
belilah majalah bobo untuk melihat cerpen oki dan nirmala di swalayan terdekat!
Ketika pagi beranjak malam
Memutar seribu kenangan di angan
Menelusuri ruang ruang berkarat
Hingga berhenti disatu titik
Teringat asam manis kehidupan
Jiwaku terenyuh
Hanyut dalam ombak mendayu dayu
Itukah kamu cinta
Sayang yang melekat seperti nadi
Suara jangkrik menjadi iringan
Berlari, tertawa, menangis bersama
Aku tau aku tak bisa
Menarik memorimu dan berdansa
Kasih lain telah membawamu
Ketempat suci
Yang bahkan tak bisa ku raih
Diska Kurniawan Oct 2016
Pernah aku melihat sebuah keikhlasan
dari gugurnya daun pohon jati itu
Relakah dia meranggas untuk menghargai
waktu.

Pernah aku melihat sebuah kerahasiaan
dari kata-kata manis seorang ibu
Matikah dia menangis untuk menjadi
hantu.

Tapi seumur hidup aku baru melihat
sebuah kejujuran, dari ujung jarimu
Yang membelai untaian benang biru
kusut, tanpa keluh
Berpeluh namun tak mengenal sendu

Lalu apa artinya ikhlas tanpa rela
ditengah rahasia tanpa kata
dibasuh hujan air mata yang tak jatuh
Membasahi rona merahmu


*Doa kita sampaikan pada awan Nimbus
dan bintang Polaris
Berharap, berdua kita mendapati senyap
Bersama nyala lilin.
Mungkin kita dapat bersama ditengah senyapnya kematian.
Megitta Ignacia Apr 2022
malam ini,
si bocah rewel berhenti menyamar
pikirannya terlalu gerah
jiwanya renta, terkekang
tempurung dahi hanya terisi geram
kantong kapuk bersaksi
atas tangis kelelahan tanpa suara

ia sempat doyan bekerja
berpayah-payah memunguti kerikil
satu demi satu
tiap pijakannya bukan tindakan acak
menempa diri demi bilangan

kini yang tersisa
hanya pendar-pendar ambisi & setungku kekosongan menjemukan
Ia berkutat pada teka teki yang tersuguh manis
mencari pembebasan yang sepadan
berharap segera merdeka dari jerat alur yang mengikat keras

berlumuran lamunan
ia berserah, membakar doa
sambil melempar akal
'adakah satu dari seluruh umat manusia yang masih belum paham, kita ini gerombolan wayang bukan dalang!'
080422 | 00:01 Anjani itu salah satu nama tokoh pewayangan yang artinya ketekunan. Dari bawah selimut, tempat tidur di kosan gunung talang lantai 3, AC dingin banget, diluar panas banget. Hari-hari ini sedang benar-benar burnt out. I work 7-days-a-week, Masuk early & pulang paling malem dibanding orang lain, and achieve a tremendous result, but I'm tired & apperently nothing can be done from company side. Praying for new - better -more relaxed job soon. I can't do this anymore. Balik lagi, pada ahirnya kita bisa punya banyak may tapi Tuhan yang atur apa, dimana, gimana, kapan yg terbaik buat kita. I know the blessings are coming, just need to surrender to God💆
felicia Mar 2014
Apakah langit sedang sedih?
Kenapa menangis?
Memandang langit yang bermuram durja
Bajuku baru! Aku tak mau basah
Baju merah berbintik hitam
Pas sekali
Memetik daun peterseli
Memandang refleksi diri di genangan air
Bajuku baru! Jangan kehujanan
Baju merah berbintik hitam
Melekat manis di tubuh mungil
ladybug
21 Maret 2014
Diadema L Amadea Jun 2021
tentang melepaskan
bervariasi
ada yang perlahan lahan
ada yang secara kontan! aw!
ada yang sepihak
ada yang masing masing pihak sepakat
ada yang masih meragu
ada yang sudah mantap
ada juga yang sudah mantap namun pendiriannya runtuh lagi

runtuhnya pun akibat hal hal kecil yang manis
kalau dinalar pun tidak artinya
terlihat bodoh
memang bodoh maksudku

akhirnya hanya tinggal puing puing bobrok
tidak jelas
berantakan
abu abu
menunggu untuk segera diratakan buldozer
biar hilang sekalian
kalian ada yang punya kenalan buldozer untuk meratakan harapan tidak?
So Dreamy Nov 2017
Seperti halnya dasar teori Quantum, aku percaya bahwa semua kemungkinan memiliki probabilitas masing-masingnya untuk terjadi, tak peduli sefantastis atau setidak masuk akal apapun itu.

Begitu juga dengan aku.

Aku percaya bahwa dunia ini terlalu luas sehingga tidak ada yang hal tidak mungkin untuk terjadi. Di samping terlalu banyak memikirkan presentase probabilitas dari suatu kejadian, menerka-nerka dengan menggunakan pertanyaan ‘What if?’ ― akulah satu orang yang mati jiwanya diikat sistem pendidikkan yang selama ini kuselami, akulah satu orang yang mati jiwanya karena pendidikkan yang kuselami selalu mengedepankan teori dan tak punya hati, semua orang seolah hanya pandai berpikir secara logis. Seolah hanya itu yang menjadi tolak ukur seseorang dipanggil cerdas, intelektual, calon pemimpin besar di masa yang akan datang. Kemudian, orang-orang itu seolah berkompetisi penuh ambisi demi mewujudkan hasil terbaik, nilai terbaik, peringkat terbaik. Hasil menjadi tolak ukur mereka untuk bermimpi. Kemudian, sekarang, akulah satu-satunya pemimpi yang kebanyakan orang sebut tidak realistis. Mereka manusia-manusia realistis, aku paham benar, dan aku satu manusia yang memegang idealisme dari sebuah prinsip yang selama ini kugenggam, kuikat aman-aman di sela-sela jemariku, kuingat lamat-lamat di dalam kepalaku yang berbelit-belit ― impianku adalah untuk melakukan hal yang paling kusuka. Kau tahu apa, untuk bersua seumur hidup dengan objek yang paling kucinta; kertas dan pena, untuk menjadi inspirasi bagi para pembaca, untuk berguna bagi orang-orang di luar sana. Aku ingin menulis. Aku ingin menulis seumur hidup. Menjadi inspirasi bagi khayalak luas, terinspirasi untuk menginspirasi. Suatu hari nanti, tulisanku akan mengalir, akan ada waktunya di mana setiap untaian kata yang kusematkan dalam tulisanku menjadi hidup, kemudian mampu menggerakkan orang lain; terinspirasi untuk menginspirasi. Begitu banyak macam-macam orang; orang-orang dengan pikiran yang praktis, orang-orang yang logis dan serba teratur, orang-orang konservatif yang senang mengerjakan hal sama berulang-ulang, politikus yang kritis, orang-orang berjiwa bisnis, orang-orang berjiwa sosial, musisi, seniman yang nyentrik. Dan, aku memilih untuk menjadi seorang berjiwa puitis yang melankoli, pemimpi yang gemarnya mengkhayalkan hal-hal manis dan sederhana. Memiliki jiwa yang sedikit sendu, sudah biasa. Menjadi sedih dan terlalu melankoli, juga bukan hal yang tabu. Lumrah saja, santapan sehari-hari. Dikecewakan dunia? Sudah tak lagi asing. Begitu banyak orang berlalu-lalang, datang dan pergi dari ruang kehidupanku, sehingga rasanya lama-lama ringan saja. Dikecewakan manusia? Sudah biasa. Itulah sebabnya mengapa dirimu sendiri adalah temanmu yang paling sejati, mereka membangun dinding untuk melindungi dirimu dari sakit hati, kemudian menjadikanmu sebagai sahabat terbaiknya. Kertas dan pena, persoalan yang berbeda. Mereka hadir kala diri tak lagi kuat menahan beban, menjadi tulang belakang yang setia menopang, kala dunia tak bersabahat. Dikecewakan ekspektasi? Sudah terlalu sering. Salahnya diri ini terlalu berharap pada orang lain, mengharapkan bahwa kebaikan apapun yang kita lakukan pada mereka akan selalu dibalas, lupa bahwa kadang, ada saja orang-orang tak berhati mulia. Menjadi diri sendiri? Adalah hal yang penting. Menjadi kuat untuk diri sendiri? Jauh lebih penting. Disamping kertas, pena, kata-kata, aku menginginkan kemandirian di dalam hidup ini. Kau pikir ini terdengar sedikit individualis, sayangnya aku tak lagi peduli. Dunia mengajarkan bahwa menjadi kuat untuk berdiri sendiri adalah hal yang penting, di mana terlalu banyak rasa sakit hati yang tak diharapkan terulang kembali. Bukan tak memaafkan atau tak mampu melupakan, hanya saja aku mulai belajar untuk tidak lagi peduli pada  hal-hal yang mengganggu kebahagiaan hidup saya. Untuk itu, saya perlu menjadi kuat bagi diri saya sendiri.
Yukina Hawmie Sep 2016
Janganlah terlena akan pujian-pujian yang mereka utarakan
Karena bisa saja membuatmu terbuai keenakan
Berbangga pada diri seolah kau adalah aktor kawakan
Yang kemudian menjadikanmu manusia haus perhatian
Sekali dua kali mereka tersenyum manis didepanmu
Kemudian mengucapkan rangkaian kata penuh bujuk rayu
Lalu mereka membuatmu terlena dalam rangkaian kata mendayu-dayu
Yang kemudian akan membuat pipimu tersipu-sipu
Siapa yang tahu jika kata-kata itu hanyalah keindahan semu
Membuat hidupmu mungkin malah menjadi semakin kelabu
Kemudian akhirnya kamupun terisak-isak sendu
Karena menyadari bahwa semua itu hanyalah pujian palsu
Percayalah padaku wahai kawan
Janganlah terlena akan pujian-pujian
a daydreamer Dec 2018
Ada sesuatu di dalam diriku;
Suatu kehampaan yang
Tak tertandingi.

—Dan itu semua,
Hilang sekejap saat melihat
Senyummu yang manis
Tak ada tandingannya.

Setiap kali aku ingin menatap,
Aku menampar pipiku keras
Karena kamu, walaupun mempesona,
Belum ditakdirkan
Untukku.
Sedih rasanya, melihat sesuatu yang indah, tapi tidak bisa di singgah.
So Dreamy Dec 2017
kau putar lagi satu lagu bernada manis dan mudah didengar itu, sederhana. berbeda dengan musik-musik yang biasa kusimpan di playlist-ku, yang nadanya keras dan isinya tak mudah dicerna. kumpulan seni berisi teka-teki. sejenis indie, mereka bilang. aku dan kamu tak lain hanyalah dua kutub magnet yang berbeda; kamu yang begitu lembut dan aku yang mereka beri label seorang laki-laki berwajah datar, tak berperasaan. salah. kukatakan sekali lagi, salah. aku dan kamu tak lain hanyalah dua kutub magnet yang berbeda, yang juga saling tarik-menarik tak pernah mau lepas pada waktu yang sama. dengan segala perbedaan yang mereka pikir terlalu sulit untuk dipersatukan, logika dan imajinasi, bagai minyak dan air, aku dan kamu memilih untuk saling membenahi satu sama lain. isi pikiranmu adalah buku berjalan bagiku dan ruang kosong dalam sudut otakku yang biasa kau sebut sebagai ‘ruang khayal’-ku, kau jadikan ia sebagai salah satu guru dalam hidupmu. dari sana kau pelajari bagaimana caranya mengenali berbagai nada musik dan segala makna dari balik kiasannya yang beresonansi, kisah-kisah yang hanya dapat hidup dalam dimensi imajinasi, serta inspirasi-inspirasi yang dapat kau cari dari peristiwa sehari-hari. aku dan kamu tak pernah sama, kamu satu perempuan berambut lembut dengan suara yang lembut, isi pikiran yang berjalan mulus. orang-orang bilang kamu perempuan berpendidikkan, jenis perempuan berwawasan luas, berjiwa luas. sementara aku laki-laki penggila musik yang menganggap seni adalah satu hal yang perlu ditekuni seuntuhnya. menjadi musisi adalah satu impian besar yang membuatku tak pernah berhenti berlari untuk mencapainya dan kamu pendukungnya, nomor satu. kamu ingin jadi jurnalis dan aku ingin jadi pemusik. aku dan kamu berasal dari ranah yang jauh berbeda, namun disatukan karena cinta.
D May 2019
Yang bermula dengan suara,
Berakhir juga dengan suara.
Disaat kita harus sepakat bahwa semuanya mesti disudahkan
Sedunia tak henti-hentinya mencekokkanku dengan bayangnya
Karena belum genap 24 jam sejak kesepakatan bahwa semuanya sudah,
Ku dengar suaranya dimana-mana,
Kali ini, lagi-lagi, tanpa rupa

Disaat dunia mendengarnya bercerita tentang gadis manis berduduk seorang diri,
Atau tentang bagaimana akal serta tubuhnya dikupas habis oleh hidup sehingga dia tak punya pilihan selain menerima bahwa ia dan mutlaknya semua manusia adalah tunggal; adalah sendiri; adalah harus menelan, memahami, lalu (jika beruntung) mencintai kesendirian itu sendiri
Atau sekiranya tentang bagaimana ia mengibaratkan air mata bagai tanda suatu yang kuat, yang tak malu, yang berteriak, yang patut diwadahkan jika bisa;
Lalu disimpan, bukan dilihat untuk sekedar menyenangkan diri bahwa kita ditangisi
Namun sebagai tanda bahwa pada dasarnya semua manusia akan berserah diri

Tak ada habisnya menganalisa karya—ataupun jiwa—yang memang dari lahir sudah pamungkas
Karena disaat bongkahan karyasuara itu berisi wejangannya untuk mereka yang mencari
Suara itu bercerita kepadaku tentang hal-hal yang agaknya butuh dua kali hidup dan dua kali mati untuk menemukan inti;
Seperti perempuan
Seperti keyakinan
Seperti kesendirian dalam kehidupan dan kematian
Seperti jarak dan waktu yang superfisial disaat kita sadar akan Tuhan

Dimalam itu,
Dimalam saat aku menyadari bahwa ada hal-hal yang jawabannya tak bisa kucari dalam prosa Sang Nabi atau puisi Jalalludin Rumi,
Ia berkata,
“Tak akan—sampai mati—ku mencampuri urusan akal perasaan dengan keyakinan yang sebetulnya sudah ada sebelum apapun.”
Disaat itu juga aku memutuskan untuk mundur sepuluh langkah,
Karena disaat kalimat itu kelar terlontar,
Adalah bukan suaranya yang kudengar,
Namun Ibunya.
Ibu, sama halnya dengan keyakinan, sudah ada sebelum apapun.

Malam ini aku pamit.
resah menyambut kala pagi.
terbalut kabut yang menghantui.
aku tersadar,
raga kita terpisah oleh jarak.
menciptakan rindu sebesar jagat, dan ragu seluas semesta.

benarkah kau hanya pergi bersama temanmu, atau malah hilang bersama gadis manis yang menggodamu itu.
benarkah hanya namaku yang tertancap dibenakmu?
aku meragu,

tapi aku cinta kamu.
Kupaparkan rayuanku untukmu.
Kupertontonkan asmaraku untukmu.
Dunia harus tahu !
Hatiku selalu menggebu - gebu !

Kukirimkan surat cintaku melalui dunia maya.
Pak Pos sedang sibuk kasmaran juga rupanya.
Oh pak Pos !
Kencan jangan terlalu lama !
Siapa yang bisa mengantarkan cintaku padanya ?!
Kusiapkan surat kuselipkan kata manis dan rindu dengan tinta merah dan banyak kecupan mesra.
Maya harus tahu !
Hatiku memang menggebu - gebu !

Tapi kau buang puisiku.
Melirik saja tak mau.
Ya sudah kalau begitu.

Biar saja dipakai followers saya,
lumayan untuk caption mereka.
Padahal untuk merangkai kata dan rima,
hati harus jatuh dan kau buat patah.



Puisiku sebatas dunia maya.
Tidak sampai hati yang empunya.
Malang.
Malang.
Yang penting ada yang baca. Terima kasih ! Jabat erat !
- @grabrielle
API
Panas terpapar auramu
Menggeliat menyapu menyeluruh
Hingga gugur kalbu
Terbakar oleh angan para penyelatu
Hilang perlahan menggugur
Berasap menghilang semu
Layaknya debu-debu tertiup sang bayu
Memudar seperti bayang nafsu
Dari pemilik warna warna itu
Menjajakan aksara palsu
Mendulang manis ucap rindu
Membiaskan maki dalam untaian lagu
Menerkam mangsa yang diam terpaku
Sampai penuh hasrat itu

*”Oh, Jadi seperti ini rupa asli kawan kawanku? sugguh lucu”
a bit of disappointment, ha ha :)
Surabaya, 28 September 2016
22.30
NURUL AMALIA Aug 2017
Hujan lebat telah turun
Berganti matahari yang cerah terbit
Sekarang biru
Aku sendiri berjalan di tangga pelangi
Lalu awan putih menjemputku
Aku hanya duduk manis di atasnya
Merasakan angin yang berbisik lembut ditelingaku
Mengisyaratkan dan mencoba meyakinkanku, untuk jangan takut
Sementara burung bernyanyi riang
Menemaniku untuk berjalan-jalan
Aku baru saja tiba di depan sebuah istana
Penuh bunga bunga yang mekar
Dan menyambutku
Lalu aku ingin tinggal di sana
Jika aku bisa..
Megitta Ignacia Mar 2020
Diamku itu
sebentuk kedewasaan
hasil tempaan semesta

Pura-pura rabunku itu
sebentuk kedewasaan
bisikan suruhan semesta

Jarak tubuhku yang sengaja kujauhkan itu
sebentuk kedewasaan
kesadaran yang ditumbuhkan semesta

Mungkin bumi terlalu banyak diputari bulan
mungkin juga ini jawaban doamu
sampai akhirnya membawaku padamu lagi
aku bisa saja menghampiri & menhakimimu
atau memuntahkan segala rasa & pikiran saat itu

Kedewasaanku itu
bukan hanya cerdiknya lidah bertutur manis
kau saksikan sendiri matangku

Memang masih sedikit perih
hantu kenangan buruk yang terpanggil dadakan

Kedewasaanku itu
adalah sebentuk ikhlas
adalah bentuk penepatan janjiku
bahwa tidak akan kuganggu dirimu
Kau tahu tidak?
290220 | 18:53 PM, JIEexpo Kemayoran Jakarta, panggung mld spot. God is strategic. Di tengah kesibukan di bali, tiba2 pgn pulang ke bandung & tp krn gaada flight yg cocok di kertajati dipaksa turun di jkt kebetulan keluarga memang mau ke javajazz dr bdg jadi bisa ikut pulang. Sm sekali at all ga pengen ikut kmn2 cm mau di hotel, atau mau berkelana sendiri main ke mblock & museum macan. Taunya akhirnya tetep ikut, trs di dalam gw & bokap kepisah sm nyokap & adik. Gw udah cape nyusurin booths, jadilah nonton faris rm padahal bokap males tp gw paksa tanpa ada ekspektasi apapun, toh udah bbrp x jg nonton faris di bali, tp namanya cukup familiar. Abis maksa bokap buat duduk sila di karpet, dia point out agak teriak gitu ke gw kalau ada muka familiar, trs gw memang sama sekali ga peduli, ga ngecek & anggep dia delusi krn lg gelap juga lightingnya. Pegangan gw adalah bener/ga bener pun, chapter buku yg memang udah selesaiya udah ditutup dan udh gw buang ke kolong pikiran, udh ikhlas ga berasa apa2 juga, masa pedihnya udah cukup berlalu hampir setaun yg ilang memang udah gw anggap mati sekalian. Abis nonton, keluar mau makan smbil menenangkan panic attack krn tetep ketriggered, sambil nelpon kesayangan di pulau sebelah, ada figur yg cukup familiar bulak balik dpn gw. Tapi yasud memang gw anggap dia hanya hantu seliweran. Ya gitu, semarah apapun, gw udah naik kelas, ga perlu ada yg dijelaskan kalau dari sisi gw, toh udah gw perjuangin sampai titik penghabisan pun malah dulu dilemparin kata-kata menusuk hati & minta dirinya ga diganggu. Mungkin dari sisi hatinya beliau yg belum damai mangkanya bulak balik mondar mandir kaya setrikaan. I saw you, I froze a little, tp memang kini sudah bukan pada tempatnya lagi, I'm happy & in love with A. You're a closed book E, I still care but what I'm capable is to pray & wishes you all the best from a far.  Sejujurnya, ga ngerti kenapa semesta bikjn ada plot twist kejutan ini, tp gw percaya rencana Tuhan ya yg terbaik.
ga Jun 2018
Pertama kalinya kugenggam tanganmu
Satu kembang api dipantik dari ulu hatiku
Seribu lainnya menyusul saat jemari kita saling bertaut
Menghiasi langit malam dengan pendar menggoda
Hitam pekat dibasuh percik api warna-warni
Kusaksikan dengan jelas saat kutatap wajahmu lekat-lekat

Kala itu tak satupun kata berhasil kita ucapkan
Namum dalam hati, tiap detik kulayangkan ribuan doa
dan segala mantra :
"Tuhan sang empunya dunia ini, hendaklah hentikan waktu sejenak untuk hambamu ini. Atau panjangkanlah malam sebelum mentari terbit nanti. Terima kasih Engkau turunkan bidadari, tepat disebelah hambamu ini".

Rambutmu bagaikan ombak musim panas
Bergulung-gulung indah harum manis bergairah
Namun dadaku layaknya laut dikala badai
Gemuruh layaknya seribu ksatria berkuda
Inginku berteriak sekencang-kencangnya
Gemanya terdengar sampai kampung Ayah-Ibuku

Jikalau nun jauh di belahan dunia sana
Seseorang berhasil menginjakkan kakinya di bulan
Inginku umumkan pada dunia
Malam itu akulah manusia pertama yang berhasil menggenggam bulan
Akulah pungguk yang melawan seluruh hukum gravitasi
Akulah pungguk yang tak lagi merindukan bulan

Kalau saja bisa, saat itu juga
Ingin kutuliskan berlembar-lembar puisi cinta
Ingin kupetik gitar dan bersenandung mesra
Karena bisikan lembutmu melantunkan hasrat hidup
Tatapan sayumu membiaskan mimpi-mimpiku
Senyuman indahmu melukiskan harapan-harapanku
Mimpi dan harapan seorang lelaki biasa
Menghabiskan hidup dengannya, tuan putriku ratuku, malaikatku, wanitaku yang istimewa
22/05/2018
Pagi mulai menjelang, biar kuantar kau pulang
VM Jan 2021
Hari ini dia datang lagi
Dengan gaun kuning tanpa lengan
Rambutnya dibelah dua dan dikepang dengan dua warna karet rambut yang berbeda pada tiap-tiap ujungnya
Senyumnya manis sekali

"Dasar anak cantik"

Dia tersenyum semakin lebar sambil menawarkan aku setangkai balon
Sepertinya balon itu baru saja digelembungkan
Aku menggeseknya dengan kuku yang baru saja kupotong
Aku pikir dia akan mengernyit, entah kenapa dia malah tertawa

"Kemana saja kamu selama ini?"

Tertulis sebuah nama restoran yang kukenal pada balon itu
Jelas bukan tempat makan favoritku
Karena aku tak terlalu antusias saat melihat namanya
Sebuah tempat yang sering didatangi anak bini
Dipenuhi oleh emosi-emosi semu
Hanya untuk terlihat intim—setidaknya bukan tempat untuk anak gadis yang terus menatap layar ponselnya tanpa henti

"Darimana kamu tahu aku ada di sini?"

Dia memberikan aku kepingan lakban yang ternyata masih tercecer
Saat itu aku memperapikan koleksi buku harian, ya, dengan upaya untuk tidak melihatnya lagi
Supaya aku tak jatuh kepada rasa ingin membaca ulang semua tulisanku
Sial! Pasti dia mengawasi aku

"Apa tujuanmu kesini?"

Air mata berderai dari kedua matanya yang bulat
Seolah akan mengujarkan sesuatu dari mulutnya, dia hanya diam
Mungkin bukan diam, tapi mengoceh dengan kata-kata yang tak dapat kucerna
Kugenggam telapak tangan nya—sungguh kecil dibanding milikku
Dia masih saja menangis tanpa henti
Untuk segala tenggang rasa yang aku tahan kepada anak-anak, kali ini cukup iba rasanya

"Ayo, lah, aku hanya ingin merokok di sini"

Entahlah, enyahlah
Aku juga harus beranjak pergi dari sini
Lapangan tenis kosong yang dihiasi dedaunan repih

— The End —