Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Night Owl Dec 2012
Teetles tuppled storpidly, along the clurby path
Her toes gribbed at the plirky sand
When she lumbled swanuously round the ragthall pebbly wrath
Her stlilting head tipped back as she breathed the roopled frand

She trippered toinulously pausing at the gurgil streef
To drink slaverously from a Burbore skinned flask
Sea shells stolen plumberlingly from the Briley Heef
Dripped from her pockets as she svointered on the shubbled crask

And in her furling hand she snatched a Stoodle,
Feathered little spine smuffled from the wind so grabbily,
Its beak produced a little snawdoodle
And she laughed so jorbid and trabbily

“Little one, a seashell for you”
She exclaimed and stooped to pluck a sleemish one
And in the Stoodle horpled with a gentle twoo
And she set it in the blurkish sea, spinning loorfilly in the sun

With a sudden shloop
both shell and Stoodle were ****** under
so she stood waiting peering into the gloop
as the Stoodle sunk into the murky punder

Then up the Stoodle popped with sloopish swriss
But Stoodle it was no more, instead a brilly Havergrath
With grey silk back and wuverbul muscles twriss
A smarmy smile upon its jarby grath

And she smiled back at him
A korky, vubblious thing
And he flipped through the air with krim
As one only a Havergrath can bring

--Lily
Hebert Logerie Dec 2024
Papa Nowèl te pè pase sou Chanmas
Nan lari Pòtoprens. Bal tap tire an mas
Tout kote. Anpil moun sere anba kabann
Teroris yo kwè chyen nan yon move savann
Yo tout kote ak gwo zam ke yo pa fabrike an Ayiti
Bandi yo ap touye e terorize tout moun
Mèm vye chat ak rat kap kouri nan ravinn
Bagay yo grav e danjere nan peyi Dayiti
Tonton Nowèl te pè se sak fè kel pat pase
Ane sila. Pèsonn moun pa konn kilè ke
Bagay sa, dezòd, krim, kanaj sa yo ap chanje
Fini. Pate gen mès minwi, tout pòtt legliz te fèmen
Bandi ak sapat yo gen gwo zam ki trè chè
Ke tonton blan yo bayo kòm kado Nwèl
Pou pèp la ka al kreve pi fon nan lanfè
Sak pi rèd djab sal ak vye san pwèl
Pè al nan simetyè pou al leve moun ke
Yo te touye. Se chyen manje chyen
Se chat manje chat. Se chyen manje rat
Moun antrave nan peyi sila. Se chat
Manje rat. Se chyen manje rat ak chat
Sa se laraj. Moun pa janm te konn tande
Vye istwa sa yo.  Kilè ke bagay sa ap fini, chanje
Kilè ke kolon oligaka, loksidan e sanzave
Sa yo ap kite ti pèp la an repo e kilè
Ke ti pèp la ap revolte, kilè, fout kilè
Dyaspora a fatige pèdi lajan ak propriete
Nan peyi sa. Kilè ke tout teroris sa yo
Ap disparèt. Map fout rele anmwey. Yo
You, map pale ak ou. I’m talking to you
Map fout pale ak ou, wi ak ou
Kokorat, zwazo mechan, ipokrit, sanzave
Pa fout pale de revolisyon. Sispann reve
Ouvri je nou. Wi map pale ak ou tou
Pè Nowèl te pè, oken malere e ti moun
Pat resevwa oken kado sèl move moun
Kap touye e terorize pèp la tap fete. Lapolis
Lame ak nèg Loni yo, se kòm si ke yo paka fè plis
Se mwens ke yo fè sèlman. Nèg CPT yo touche
Gwo lajan, sak nan pouvwa resevwa anpil lajan
Nèg yo ap defann pòch, yo pap defann Patri
Yo pap pwoteje pèp, yo pap defann Ayiti
Ikrèn resevwa gwo kado, gwo zetrenn
Ayiti resevwa  gwo anbago, wi nou konprann
Bandi, teroris, gangstè, loksidan ak olygaka ap vale tèren
Gwoup kriminèl yo ap mennen
Ti Jezi pat ale an Ayiti, li te pè. Papa Nwèl pat pase
Li te pè natirèlman. An nou panse, reflechi anpil jisko printan.

P.S. This poem is dedicated to all who are suffering in Haiti.
Pèp Ayisyen ak dyaspora a bouke pran imilasyion. Aba la mizè, insekirite
koripsyion, krim, injistis, inpinite, diskriminasyon, e inegalite.
See translation of ‘Santa Claus Was Afraid to Pass Through Port-au-Prince, Haiti’.
Copyright © Desanm 2024, Hébert Logerie, Tout dwa rezève
Hébert Logerie se otè plizyè koleksyon powèm.
Amira I Jun 2020
Rumah joglo di tengah sawah.
Dengan cahaya remang yang berasal dari pojok ruangan ini.
Pemutar piringan hitammu baru selesai kau perbaiki.
Ku memilih untuk mendengarkan album Chet Baker Sings dengan vokalnya, seingatku itu milik mendiang kakekmu.
Gelas-gelas tinggi sudah kau siapkan, sebotol anggur dari Bordeaux sudah ku buka.
Makan malam kita sudah tandas, dua piring penuh berisi daging sapi yang sore tadi ku panggang, hampir matang penuh, bersama hancuran kentang yang sedikit dibubuhi garam dan lada, dengan saus krim jamur.
Jasmu sudah kau tanggalkan dan sampirkan di sisi sofa coklat tua itu.
Gaun hitamku masih rapih melekat pada tubuhku, namun rambutku, yang hanya sepanjang bahu, sudah ku urai, agar kau bisa menghirup harum bunga sakuranya.
Kita menari, pelan, sembari menengguk asam dan manisnya anggur Bordeaux itu.
Ku kira Chet Baker telah letih bernyanyi dan bermain trumpet, suaranya perlahan hilang, digantikan oleh suara jangkrik dari luar sana.
Aku pun lelah, ku rebahkan tubuhku di sofa coklat itu, menyandarkan kepala di dekat sampiran jasmu, menghirup bau cendana yang hampir hilang.
Kau menghampiriku, memelukku erat, menghirup leherku, pipiku, dan mengecup bibirku.
Pelan-pelan, satu per satu pakaian kita tanggal, di bawah cahaya temaram, ditemani suara jangkrik, kita melebur, melebur jadi satu.
Tanah Ubud, tak pernah gagal membuatku jatuh cinta, sengaja maupun tidak.
terinspirasi dari lagu Sal Priadi berjudul sama.
gadisunja May 2022
Pernah, satu hari dari banyak hari lebaran, aku pergi ke Indomaret sendirian. Jarak rumah dengan tempat itu tidak jauh, tapi perjalanan ke sana terasa lamban. Tahu kenapa? Sebab aku pergi dengan sembunyi-sembunyi hihii. Tujuannya hanya satu, untuk berburu es krim corong Wall's Moo.

Kalau dingat-ingat, rasa es krimnya memang tidak sepremium Magnum. Wall's Moo hanya menyuguhkan rasa susu dan itu sudah lebih dari cukup bagi kami kaum anak lugu tahun 2009-2010.

Sesampainya di rumah, aku sama sekali tidak disambut marah oleh orang-orang rumah. Mbak Chandrani menghampiri.
"Habis jajan yaa? Beli apa?"
"Iya, beli Wall's Moo satu."
"Cuma satu ya? Yasudah nda apa-apa, lain kali harus ingat kalau ada angka 3 setelah angka 2 dan angka 1 sebelumnya, ya?"
"Hah? Maksudnya apa, Mbak?"
"Lain kali, kalau kamu merasa ada cukup uang untuk jajan apa aja, cobalah ambil tiga atau nda sama sekali.
Supaya apa? Supaya selalu ada cukup ruang di hati untuk biasa berbagi."
Belakangan aku mengerti, kalau es krim yang kubeli hanya satu, kebahagiaannya hanya aku sendiri yang  bisa rasa. Kalau es krim yang kubeli ada tiga, kebahagiannya bisa dirasakan semua.
Alvian Eleven Dec 2024
Tengah malam di pinggiran kota Surabaya.
Aku duduk sendiri di teras kafe tua.
Kupandangi jalanan yang lengang.
Sambil kuhisap pelan pelan rokokku.
Dan kuteguk kopiku yang tak lagi panas.

Tapi pikiranku tidak berada di sini.
Pikiranku masih berada jauh di Gaza.
Dimana kekacauan panjang tak kunjung berakhir.
Hingga aku lelah melihatnya setiap hari.
Seperti pertunjukan horor harian tanpa akhir.

Kusambungkan ponselku dengan wifi.
Lalu kulihat layar ponselku yang kusam.
Dan kubuka akun sosial media orang orang Gaza.
Ahmed , Omar , Eman , Mariam , Abdallah , Mohammed dan lainnya.
Seperti biasa mereka selalu memposting.
I'm still alive... I'm still alive... I'm still alive...

Tapi ada akun Facebook yang telah lama membisu.
Akun ini tidak lagi memposting apapun selama berbulan bulan.
Tentu saja aku sangat mengkhawatirkannya.
Dan aku menerka nerka apa yang terjadi padanya.
Apakah dia masih hidup atau sudah mati ?!?...

Akun ini milik seorang gadis bernama Nour.
Dia mengungsi dari Al Rimal kota Gaza.
Aku mengenal dia sejak akhir tahun kemarin.
Lalu kami merasa saling dekat satu sama lain.
Terhubung pikiran dan perasaan.
Antara Gaza dan Surabaya.

Aku ingat setiap hari aku selalu memberinya kata kata penyemangat.
Agar dia sanggup melalui hari demi hari yang kacau , berat , melelahkan dan berbahaya.
Nour selalu menceritakan apapun yang dia alami.
Penderitaannya... ketakutannya... kegetirannya... kecemasannya... kelelahannya... kesedihannya....
Aku juga merasakannya.

Ada kalanya situasi tenang sesaat.
Cukup tenang bagi Nour untuk mengenang kehidupannya.
Dia mengunggah foto rumahnya , lingkungannya , kampusnya dan juga sudut sudut indah kota Gaza.
Saat semuanya masih ada sebelum 07 October.

Bagi Nour nostalgia adalah penghiburan sesaat.
Pelipur lara di tengah penderitaan panjang.
Aku selalu terlarut nostalgia apapun yang dia ceritakan padaku.
Bersama teman temannya dia suka nongkrong di kafe tepi pantai.
Menyusuri keramaian jalan Al Rashid lalu makan jagung dan es krim di tepi jalan.
Atau menghabiskan uang untuk belanja baju di Watan mall dan Capital mall.

Membaca buku adalah hobi utama Nour.
Dia sering membeli buku di toko Samir Mansour.
Lalu dia membaca buku buku itu di kamarnya.
Berdinding pink , meja yang tertata rapi.
Dan sebuah teddy bear besar di atas kasur.

Memasak adalah hobi Nour yang lain.
Setiap hari dia memasak apapun di tungku tanah liat depan tendanya.
Falafel , mulukhiya , shakshuka , maqluba.
Tampak begitu lezat hingga membuatku penasaran.
Seumur hidup aku tidak pernah memakan hidangan Arab.

Nour juga suka mendengarkan musik.
Dia menyuruhku mendengarkan lagu lagu Fairuz.
Penyanyi diva legendaris dari Lebanon yang dia idolakan.
Aku terpesona mendengarkan suara lembut Fairuz.
Menyanyikan lagu lagu Arab yang liriknya tak kumengerti.

Nour punya kucing berbulu putih tebal.
Kucing gemuk dan lucu yang bernama Kimba.
Setiap hari Kimba selalu dimanjakan Nour.
Tapi terkadang Nour mengeluh karena Kimba makan terlalu banyak.
Sementara makanan kucing susah dicari dan harganya naik tinggi.
Tragisnya , setelah lebaran Kimba menghilang berhari hari lalu ditemukan tewas tertembak quadcopter.
Kematian Kimba membuat Nour sangat depresi.

Nour kuliah di Universitas Islamic Gaza.
Kampusnya telah hancur dan kuliahnya terhenti pada semester lima.
Tapi dia selalu bangga pernah menjadi muridnya Refaat.
Mewarisi ajarannya untuk melawan dengan tulisan.
Menulis apapun tentang Palestina dan kehidupan apa adanya di Gaza.
Dimana jiwa jiwa yang punya kehidupan tidak cuma dianggap sebagai angka.

Aku takut jika pada akhirnya Nour hanya menjadi angka.
Angka statistik para martir yang terus bertambah setiap hari.
Sementara dunia tidak mampu melakukan apapun selain hanya melihat pembantaian tanpa akhir.
Merampas kehidupan secara paksa dan menyakitkan.

Tak ada yang tidak menyakitkan di Gaza.
Tapi bagiku lebih menyakitkan tidak ada kabar apapun dari Nour.
Aku merasakan kehampaan kehilangan dia.
Aku merindukan percakapan dengan dia.
Yang bisa kulakukan sekarang hanyalah memandangi foto wajahnya yang cantik.
Aku sungguh mengagumi kecantikannya.
Tatapan matanya yang berkilau , senyuman bibirnya yang mempesona.
Sepertinya aku telah jatuh cinta padanya.

Where are you now ?... Where are you nour ?...
Selama berbulan bulan aku selalu bertanya seperti itu pada Nour.
Tapi hingga sekarang tak ada jawaban sama sekali dari Nour.
Jika seandainya dia memberiku kabar singkat saat ini.
Aku benar benar akan merasa sangat lega.

Don't leave me !.. please don't leave me alone !..
Nour selalu memohon seperti itu padaku.
Dia ingin aku selalu ada untuknya.
Tapi sekarang dia tidak ada untukku.
Dia telah meninggalkan aku tanpa kata.

Ketika kupandangi langit malam untuk sesaat.
Aku bertanya tanya tentang takdir Nour.
Apakah dia telah menjadi satu diantara bintang bintang di langit ?!
Ini tidak adil , aku mengenal Nour terlalu singkat pada waktu yang buruk ini.
Aku hanya ingin dia tetap berada di bumi , berada di kota Gaza yang dia cintai.
Aku sangat ingin menemuinya pada waktu yang baik seperti yang kami harapkan , waktu ketika tanah Palestina telah terbebaskan.


November 2024

By Alvian Eleven

— The End —