Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
at the end of the ticking time that rushing ..
i contemplate the expanse of despair that has passed ..
at the junction of desire that embroider serene ...
my hopes are pinned hard petrified ..

as i trudged up the ladder of life ..
you bolster me in order to stay ahead ..
when i am tired to hit hardest desire ..
you wash my sweat with exuberant embrace..
when i get wounded by the sharp of blade  of era ..
you wrapped me with sincerity ..

there's no string of words that look beautiful to me,
i spit all over the rhymester while reading pen script from your conscience ..
there's no shade of voice that sounded good to me,
i throw up the whole commercial hypocritical preacher when  hear advice  from your sincerely ..

if the shape of the grateful is exist,
then i will chisel your figure in a stretch of horizon ..
if a form of sincerity can be visible to the eye,
then i will paint your smile in the court of canvas twilight ..

my polite to my friend my angel,
i ask god,  salvation for you ..
i ask the cause of prime  substance , health for you..
because your happiness is an honor for me ..*

-the poetry is dedicated to a sincere friend of mine, Ha-

┈┈┈┈┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶  ƦУ  »̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈┈┈┈┈┈┈┈


sahaba­tku malaikatku

dipenghujung waktu yang berdetak laju..
kurenungkan hamparan asa yang telah berlalu..
dipersimpangan keinginan yang menyulam syahdu...
kusematkan harapan yang keras membatu..

saatku tertatih menapaki tangga kehidupan..
engkau papah aku agar selalu terdepan..
saatku lelah menghantam kerasnya keinginan..
engkau basuh peluhku dengan rimbunnya dekapan..
saatku terluka terhunus tajamnya pedang roda jaman..
engkau balur perihku dengan sejuknya ketulusan..

tiada untaian kata yang terlihat  indah bagiku,
kuludahi seluruh pujangga  saat membaca  torehan pena aksara nuranimu..
tiada keteduhan suara yang terdengar merdu bagiku,
kumuntahi seluruh pendakwah komersial nan fasik saat mendengar tausyah tulus darimu..

apabila bentuk dari  bersykur itu ada,
maka akan kupahat figurmu dihamparan cakrawala..
apabila wujud ketulusan itu dapat terlihat mata,
maka akan kulukis senyummu dipelataran kanvas senja..

santunku untuk sahabatku malaikatku,
keselamatan bagimu kupintakan pada Penciptaku ..
kesehatan bagimu kumohonkan pada Dzat penguasaku
karena kebahagianmu merupakan kehormatan bagiku..
there's no sincerity that can be buried by the time and circumstances..
Alia Ruray Nov 2014
Suatu saat kulihat ronanya
Atau barangkali komposisinya
Dan jikala hati terpaut,
tak ragu kurupainya.
Kurupai serupa-rupa
Karena perupa adalah aku.
Warnai kanvas kosong biar tak nelangsa
Karena perupa adalah aku.

Kelak di lain saat kulihat ronanya
Atau barangkali komposisinya
Dan jikala hati terpaut,
tak ragu kurupainya.
Kurupai serupa-rupa; merupai hal baru
Lantas kubuang rupa lampau
Kulupakan tanpa mengindahkan
Kulupakan selupa-lupa
Karena pelupa adalah aku.
Menghapus kanvas berhuni biar nelangsa
Karena pelupa adalah aku
VG E Bacungan Aug 2014
The karvings of this awe-full fantasy amplifies,
the throbbing of my freezing heart.
The shapelessness of the kloud whispers,
wonderful mysteries in inaudible murmurs.

The blue-orange painted kanvas above.
The silhouette of the mountains that hide,
behind the undaunted smokes that forms.
The opening that the heavens made,  
to show the earth its dazzling threshold.
Gradually.
Sensationally.
Approaching the land with unfathomable ardor.

Devout of the seamless tenuous night,
Gangas klangs echoes through the cold.
Lumps of land deprive the moment of silence,
as the people sing to the gods with reverence.

Heareth me, O goddess of the krops!
O god o'er all the mountains come see;
How gracefully she stood before me.
While the pyre gives emphasis to her figure.

Kurves of the kreseant resembles her smile;
edges of her lips sink.
Beautiful exkavation mark on her left cheek,

all in perfekt symmetry; perfektion in all she is.

"Saya Suka Awak" I told her.
that very moment:
Sparkling of the stars devoured our eyes.
Sweetest morose partings seeped in voiceless lullabies;
in unison with symphonic notes lulling unsaid goodbyes.
Through the last movement of vagueness the moment subsides.

For the love that profess fades,
with the chilly thin air it travels;
back to the heart of the other.
Oceans apart they were,
yet atop the mountains. . .
love blossomed.
This poem was made during my stay at Bauko, Mt. Province, Philippines for the first ever SEED Program Philippines hosted by San Beda College. I was lucky enough to be one of the nationa delegates for the event. There I was able to meet people from other ASEAN countries and of course the local folks of the place. In that event I saw too many yet wrote so less; perhaps because I was so busy. But, I was able to write this.. Inspired by the panoramic mountain view, chilly weather and someone from the delegates, this poem was born. #SEEDProgram2014 #SayaSukaAwak. <3 ^_^
NURUL AMALIA Aug 2017
Disini aku masih di bawah langit milik bumiku
Tapi berbeda tempat dan aroma tanah
Aku merasa di atmosfer era abad pertengahan
Melihat banyak kastil dengan arsitektur tua
Pemandangan yang indah di Montmartre, sebuah kerajaan seni
yang siap memanjakan mataku seketika

Musim gugur menciptakan lukisan indah secara alami
Tempat itu seperti kanvas
Diciptakan oleh kuas ajaib anugrah yang kuasa
Meski Claude Monete dan Renoir sudah tidak ada lagi
Aku bisa melihat perpaduan warna cantik di musim gugur dengan mata telanjang
kuning, oranye, merah dan coklat
Lukisan yang begitu indah

Biarkan aku memakai jaket hari ini
Sebab udara membuatku cukup dingin
Aku berjalan-jalan di pedesaan Prancis
Pohon-pohon gugur di sepanjang jalan
ditemani oleh nyanyian burung yang menyemarakan hariku
Ini sudah waktunya panen
Aku menyukai labu di ladang
Memilih apel dan pir di kebun dekat benteng Talcy

Prancis seperti harta karun emas
Paris di musim gugur bulan ini
Menara Eiffel sudah menungguku
kali ini aku berjalan di atas dedaunan
Begitu renyah di bawah kakiku
Pohon maple di atas saya memayungi meski hari tak hujan
Daunnya yang tersentuh angin berputar-putar
Mengirim mereka untuk menari di udara
Sangat romantis
Aku sedang duduk di bangku kayu
Ah jika September tiba...
Onder die laslappie kombers
van die sterre en die maan
het my hart talle male verstik
aan n proetjie eensaam.

ñ koue hart wat reik
Na iets om vas te hou
in bed wat oorloop
Van spasies net vir jou

, maar in die siekbed van die see
Het ek te veel tyd spandeer
Voor n plafon van hoop
Wat met motreen bo my oopskeer.

En in retrospek kyk ek na my bed
Wat nog altyd leeg staan
Nie sonder jou nie
Maar oor die twyfel in my eie bestaan.

My bed was net leeg...
Oordat my hart leeg was
Soos n vol kanvas
Met wit leeg gekwas.

Want ek was daar,
En nou dat ek verstaan
Weet ek die nag is net donker
Sonder die sterre en n maan.

Wat my laat met die vraag...
Was dit die bed of was dit ek
Want wat is werklik leeg-
Die mens , of die plek?
Qadriah Mar 2014
I am
but a rainbow splash
on a canvas
later photographed
and printed
in black and white

Aku hanya
warna pelangi kau percik
di kanvas
lantas menjadi santapan
lensamu
dan akhirnya
kau cetak hitam putih

— The End —