Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Aridea P Dec 2011
Palembang, 17 Desember 2011

Aku kehilangan emosi ku
Ketika semua terlepas hilang

Bukan aku
Bukan
Bukan
Bukan aku

Merenung . . .
Hanya ada aku
Di ruang hampa
Di negeri antah berantah
Menunggu cahaya
Tuk menarikku keluar
Ke terik sinar mentari terpanas
Tuk memerah peluh sendiri
Karena terlalu lama beku akan kesunyian

Pernah ku bermimpi nirwana
Indah, tak terharga
Dibuat dari batu ketaatan
Dilapisi emas keimanan
Dipagari kayu keikhlasan
Sederhana, tak menarik
Sulit pun tuk di huni

Aku sudah di sini
Di tempat aku berada
Di gedung mewah penuh kesenangan
Dibuat dari berlian kemusyrikan
Dilapisi perak kemunafikan
Dipagari besi keserakahan

Aku sudah terlanjur di sini
Mati rasa
Aridea P Jan 2012
Jakarta, 13 Mei 2007

Ku pandang sisi-sisi sudut di sebuah ruangan
Tiada apapun yang dapat ku kenang
Selain seorang teman yang setia kawan

Ku harap ada seorang kawan yang menemaniku
Di kesunyian malam yang terus mengancam
Seolah tak peduli akan ketenangan

Namun
Ku mencoba untuk sabar menanti kerinduan
Pada seorang terkasih yang s’lalu ku dambakan



(Puisi ini dibuat untuk dinilai oleh guru bahasa pada tanggal 14 Mei 2007, dan mendapat nilai 8)
Loveeyta Sep 2020
Kerap kali kita bertanya,
Tuhan, apakah angka adalah pengukur semua?
Waktu, umur, nominal saldo, nilai,
Jarak, kecepatan, durasi, *****,
Apakah angka pengukur semua?

Bagaimana dengan kenikmatan, kebahagiaan?
Apakah angka mampu,
Mengukur segala nikmat dan bahagia,
Yang kita jumpai setiap harinya

Lalu, bagaimana dengan ketepatan?
Apakah waktu yang tepat untukku,
Tentu tepat untuk orang lain?
Kembali aku menoleh ke cermin

Kadang aku berlari,
Namun orang lain terhenti,
Resah aku dibuat,
Lalu aku ikut berhenti

Orang lain mulai berlari,
Aku masih nyaman di sini,
Resah aku dibuat,
Aku pun masih berhenti

Bagaimana cara kerja nasib, Tuhan?
Apakah hidup ini memang sebuah perlombaan?
Mengapa aku selalu dituntut stigma,
Bahwa yang paling cepat adalah yang paling bahagia
Rassy Jul 2015
Kalau betullah dia suka akan si dia, dia tak akan sakitkan hati si dia kan?
Dia tak akan ingat perasaan si dia boleh dibuat main main.
adorating Jun 2019
Yogyakarta, 16 Juni 2019.


Temanku tersayang,

Mudahnya begini, aku tidak akan pernah berhenti mengucap syukur atas hadirnya kamu di hidupku. Dari perhatian kecil yang kamu berikan hingga tetes air matamu yang jatuh ketika aku terpuruk, ikut merasa sedih atas apa yang aku rasakan. Mungkin aku dan kamu tidak selalu menghabiskan waktu bersama, kemudian merasa tertinggal setelahnya ketika salah satu tengah sibuk dengan hal lain. Aku percaya kamu peduli denganku tanpa dibuat-buat juga tanpa paksaan. Ada banyak yang ingin aku sampaikan, namun guratan hitam di atas putih ini bukan tentang aku. Ini untuk kamu.

Kita memang tidak baru bertemu dan kenal kemarin sore, tetapi fakta tersebut juga tidak dapat memungkiri bahwa aku masih merasa belum mengenal kamu dengan baik. Entah aku yang selalu merasa kurang atau memang kamu kurang pandai dalam berbagi sedih. Aku paham sebaik-baiknya kamu sebagai seorang teman, sahabat, anak, kekasih, atau manusia secara umum. Ada banyak khawatir yang kamu pikirkan, sebab kamu tidak ingin orang lain menjadi khawatir akan kamu, maka disimpanlah semua sedih yang kamu rasa. Bukan menjadi masalah besar, sebab aku juga paham bahwa kamu berhak untuk menyimpan apa yang ingin kamu simpan dan membagi apa yang ingin kamu bagi. Aku juga tahu bahwa mungkin aku tidak akan selalu menjadi pilihan pertama kamu dalam berkeluh kesah. Juga tidak menjadikan ini masalah besar untukku, sebab seperti yang aku katakan, aku mengerti. Ingin aku tekankan pada bagian ini bahwa aku ingin kamu baik-baik saja.

Sepanjang kamu hidup ini, temanku, akan ada banyak asam dan garam yang harus kamu cicipi. Semoga kegemaran kamu dalam menyantap mie instan jadikan kamu tahan dalam hal ini, ya. Sejujurnya, yang barusan tidak lucu, tapi tetap aku tulis. Juga, yang barusan dirasa tidak penting, namun aku terlalu malas memperbaiki. Nantinya mungkin akan ada banyak lelah yang harus kamu rasakan, termasuk menitikkan air mata sebab tidak ada kalimat yang mampu menjelaskan semua. Tidak apa-apa, ya? Aku percaya, kamu lebih dari kuat dan mampu menjalani hidup kamu. Semakin kamu bertambah usia, semakin kamu dewasa, semakin kamu akan paham bahwa memang ada saatnya hidup menyuguhkan banyak pertanyaan. Tidak semuanya punya jawaban dan tidak semua jawaban dapat diterima oleh akal. Sebab hidup adalah berproses dan kamu akan terus tumbuh.

Terkadang kamu sudah melakukan semua yang kamu bisa, mengusahakan semua yang kamu mampu, atau memberi semua yang kamu punya, tetapi itu juga belum cukup. Bukan berarti kamu tidak cukup, kamu selalu cukup, kamu selalu lebih dari cukup. Sebagian tidak akan pernah merasa cukup meskipun ketika mereka memiliki segalanya. Hidup bisa jadi lucu seperti itu. Semoga dengan begitu, kamu akan tetap bisa tertawa meski sedang ada sulit yang harus kamu lalui. Terlepas dari sulit tersebut, aku harap kamu akan selalu diiringi dengan bahagia, kemanapun kamu pergi.

Aku tidak tahu kapan kamu akan membaca kata merangkai kalimat yang aku tulis ini. Aku bahkan tidak dapat memastikan apakah aku akan mengirimkannya pada kamu secara langsung. Tapi tepat saat aku memulai paragraf ini, waktu sudah menunjukan tepat pukul dua belas malam. Hari sudah berganti. Bersamaannya dengan ini, bertambah juga satu tahun usia kamu sekarang. Mungkin kamu sedang tertidur, atau tengah dalam panggilan dibanjiri dengan banyak ucapan selamat ulang tahun. Bertambahnya satu angka pada usiamu juga diharapkan kamu menjadi lebih kuat, sebab akan ada lebih banyak tanggung jawab yang harus kamu bawa. Ini tidak melulu soal bertambah tua, melainkan bertambah dewasanya kamu dalam hidup.

Selalu, temanku, doa terbaik aku panjatkan untuk kamu. Sekecil apapun hal yang kamu lakukan di dalam hidupku ini, kamu berarti besar. Selalu, aku ingin bahagia berada di pihakmu. Terima kasih sudah bertahan dan ada. Terima kasih untuk tahun-tahun kita berteman. Terima kasih untuk waktu dan kesediaanmu dalam mendengarkan. Terima kasih untuk kamu.

Selamat ulang tahun.


Salam sayang,
temanmu.
Diadema L Amadea Jun 2019
silahkan
jika menganggapnya tidak penting



kalimat ini dibuat atas dasar jatuh cinta kok,
'saya menyukaimu'


dan saya harap,
menyukaimu bukanlah hal yang akan dilupakan.

sebab mencari cara lupa adalah pekerjaan yang paling merepotkan.
kaya ngitung pengeluaran bulanan demi terciptanya keuangan stabil


tp gabisa kaya nia ramadhani, mau keluar uang berapa juga dia teteup santai
はなろ Nov 2017
saya mati dibuat matanya

dari awal jumpa pertama,
mata itu beda tatapnya

mata itu punya bisa ya, tuan?
buat jiwa mati rasa sedemikian rupanya.

mata itu buat rasa selalu berdalih,
sekalipun hamba tahu tatap bukan penuh maksud

tapi rasa terus berdalih,
semakin berdalih semakin tumbuh rasanya

imajinasi semakin keras kepala,
rasa makin liar

boleh mata buat hamba seorang tuan?
boleh, kah?

karna raga dimakan waktu,
tapi rasa tak habis-habis

saya lelah karna tatap itu,
saya mati.
in bahasa
tubuhku milikmu
jiwaku milikmu
mataku tidak bersinar lagi
aku benci
cinta ini asli
tetapi
1+1 tidak bisa menjadi 1
cinta ini dosa
aku kotor dibuat olehnya
tetapi aku cinta,
bukan dengannya
tetapi dengan perasaan palsu ini.
Datang tanpa diduga
Kamu datang memberiku kata
Entah ini senang atau sekedar bingung
Menanyakan kabar pada hati yang juga ikut dibuat bingung
Karena aku juga tak tahu
Aku ini pelabuhan; tempatmu singgah sejenak
Atau rumah; tempatmu diam menetap
Entah perasaan ini harus dibawa kemana
Yang jelas kutitipkan pada semesta
Malam ini, di bawah kendali perahumu
Bahasa Indonesia
hey it's b Feb 2021
Kita yang sering dibuat bertanya
Tanpa tau apa yang akan terjadi ke depannya
Mencoba menjalani hidup dalam ketidakpastian
Bekerja keras untuk mencapai apa yang di inginkan
Walau begitu, kita semua hebat
Semoga saja alam memihak dan melihat
nabilah Feb 2020
-
masih aku ingat hari-hari dimana belum berisikan akan engkau
sebagaimana tiap harinya yang terasa hanya parau
belum lagi hatiku yang sesak lantaran banyak dibuat sendu
sampai pada suatu pagi sekitar jam sepuluh,
dapat aku lihat kau datangi aku dari jauh
kau jabat tanganku, kau sebutkan namamu
selalu aku kagumi cara Tuhan membuat yang jauh menjadi satu
dan hanya jika kau berkenan, boleh aku titipkan segenap hati, cinta, serta pengharapanku?
lalu sama-sama kita bangun cinta itu, kita jaga dan kita pupuk
kita pelihara supaya jangan dicabut Tuhan kembali

— The End —