Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
So Dreamy Jan 2017
voice over: Atlas*

Ketika langit mengubah rupanya menjadi senja sewarna matahari tenggelam, kuajak Venus duduk di kafe tak jauh dari stasiun. Perjalanan hari ini cukup lelah, meskipun pengamatan kami berjalan lancar. Tapi, aku selalu berharap anggota kelompok kami lainnya lebih sering ikut bergerak agar kami tidak selalu pergi berdua. Museum yang kami kunjungi kali ini adalah museum seni, yang kuduga salah satu hal yang amat Venus hargai. Ia penikmat karya seni. Matanya terus memandang takjub karya-karya yang kebanyakan orang tak pahimi apa maknanya, namun Venus menatapnya seolah barang yang dilihatnya ialah nyata. Kau tahu, memandangi seorang perempuan berambut gelombang sepunggung, yang bertinggi badan hanya sehidungmu, rahang tegas, alis yang tebal, memandangi karya-karya seni di hadapannya dengan tatapan antusiasmenya; bukankah ia definisi seni yang sesungguhnya? Yang paling nyata di depan mataku?

Dan, kemudian ia menoleh, tersenyum saat sadar aku memandanginya dari belakang. Ia mengatakan sesuatu, "Atlas, lihat sini! Lukisan yang satu ini benar-benar indah."

Dan, setelah 3 bulan meragukannya, sekarang aku yakin; aku menyukainya, sangat menyukainya, saat kurasakan Venus adalah seni yang lebih indah, terindah.
(daydreaming of 9th october 2016)
So Dreamy Jan 2017
Di ujung jalan Merbabu III, ada sebuah bangunan tua berwarna cokelat muda berlantai satu dengan sebuah taman yang dipenuhi semak bunga Gardenia dan sebuah pohon pinus. Itu adalah rumah kami. Sebuah gunung berdiri tegak di depan kami. Teh beraroma melati yang disajikan dalam cangkir putih membiarkan asapnya mengepul memenuhi udara dan menghangatkan atmosfer di sekitar kami hanya untuk sepersekian detik. Ditemani sepiring pisang goreng atau roti bakar berisi selai cokelat yang meleleh, bersama ibuku, kami berbincang tentang banyak hal di atas kursi kayu di teras rumah berlatar gunung.

Kami banyak membicarakan tentang masalah pendidikkan dalam negeri, masalah keluarga, hobi masing-masing, masa depan, pelajaran di sekolah, pekerjaan lainnya, dan mengeluh bagaimana hal-hal tidak berjalan sesuai dengan ekspektasi kami. Ibuku adalah sahabat terbaikku. Bisa dibilang dia merupakan orang terfavoritku walaupun aku lebih mengidolakan band-band asal Inggris yang jaya di pertengahan era 90-an. Tapi, ibuku adalah pendengar terbaik selain secarik kertas HVS putih yang biasa kutulisi dengan rangkaian kata menggunakan pulpen biru Faster. Dia mendengar, benar-benar mendengar. Dia mengerti apa maksud dari seluruh ucapanku, bukan hanya sekedar menyimak cerita-ceritaku.

Setiap kali aku mengeluh tentang suatu hal, Ibu menghujaniku dengan nasihat-nasihat dan pepatah-pepatah hebat. Ia selalu mengingatkanku untuk selalu bersyukur.

“Bu,” panggilku pada suatu siang di tengah bulan Juni yang sangat panas.

Kami sedang membersihkan sayur kangkung dan ikan Gurame di dapur dengan jendela yang terbuka lebar di hadapan kami sehingga kami bisa melihat jelas isi dari taman belakang rumah sebelah.

“Aku heran mengapa bunga-bunga liar ini bisa tumbuh. Maksudku dari mana mereka berasal dan bagaimana bisa mereka tumbuh begitu saja?" tanyaku.

Ibuku tersenyum. “Penyebaran bibit itu bermacam-macam. Lewat serangga, bisa jadi?” jawabnya sambil terus membersihkan sisik ikan. “Lagi pula, bunga rumput itu sangat cantik. Setuju dengan Ibu?”

Aku mengangkat sebelah alis, kemudian menggeleng. “Cantik apanya? Mereka berantakan, ya, kan? Bagaimana bisa Bu Jum betah melihatnya tanpa merasa gatal untuk segera mencabutnya?”

“Mereka adalah bunga yang kuat,” katanya, “mereka tumbuh di mana saja, kapan saja. Mereka tidak peduli seperti apa rupa lingkungan sekitarnya dan bagaimana lingkungan sekitarnya bersikap pada mereka, menampar atau menerima. Mereka tetap tumbuh, bertahan, dan hidup. Bunga rumput adalah bunga liar yang sering diacuhkan banyak orang, tapi mereka adalah bunga yang kuat dan mereka terlihat cantik dengan cara mereka sendiri.”

Aku tertegun.

“Itu hanya pandangan Ibu saja. Semacam filosofi, kamu paham, kan?”

Sejak saat itu, aku percaya pada kecantikan di setiap kesederhanaan. Hal-hal yang biasa tidak diperhatikan atau dilupakan banyak orang sesungguhnya memiliki keindahannya sendiri. Meneguk secangkir kopi panas di malam hari ketika tiada satu pun suara dan bintang berkedip di langit tinggi, cahaya matahari yang mengintip dari balik dedaunan dan ranting pohon atau jendela kamar, mendengar dan melihat bagaimana tetes-tetes hujan turun dari genting ke permukaan tanah. Jalanan kelabu yang basah dan sepi, suara dan kilatan petir, kabut yang memenuhi ruang udara setiap Subuh. Suara deburan ombak yang berujung mencium garis pantai atau suara aliran sungai yang mengalir dengan tenang. Hal-hal seperti itu, selain mereka cantik dengan caranya masing-masing, mereka juga indah tanpa pernah sekalipun menyadari bahwa mereka indah. Dan, itu adalah kecantikan yang paling murni dari segala hal yang nyata.
Gektya Pasis Dec 2016
tidak semua yang tak bersajak
tidak layak dipanggil sempurna
karena disetiap penggalan kata nya
ada makna yang selalu disiratkannya

tidak semua yang tak berima
tidak layak dipanggil karya
karena disetiap spasi yang digunakannya
ada hati yang berusaha bicara
Lisa Claire Oct 2016
Kamu tidak tahu
Apa yang nylempit di antara mataku
Rasanya seperti dipukul palu
Lalu lari sambil malu-malu

Kamu tidak tahu
yang nylempit itu
Rindu
Tuhanku pernah berbisik kepadaku
"Berbahagia orang yang sudah mati,
karena tak ada beban untuk mereka.."


"Namun ingatlah..
Lebih bahagia orang yang belum ada didunia ini,
karena tak ada yang mereka berikan
atau tinggalkan didunia ini.."


Aku terhentak dengan bisik itu
Dengung nya masih terasa dikuping hingga petang ini
Aku berfikir memang benar..
Semua yang hidup didunia begitu malang..

Mau atau tak mau
mereka harus memilih//
Jadi dermawan baik hati
atau
Penikam handal penghabis darah teman sendiri


Hai, teman..
Apakah tidak lelah menutup mata?
Berlagak bekerja..
Sengaja menyapu debu dan bangkai kedalam karpet

"Lihat sayang, kotoran itu tetap ada..
Hanya saja memang tak terlihat
Namun bekasnya terrcium jauh kesana"


*Lebih malangnya lagi
Kita masih berharap
Berharap menjadi pemenang
Padahal ikut lomba pun tidak..
Aku berdiri kaku di depan cermin menatap nanar dirimu.

Bertanya...

Berapa banyak malam yang kau habiskan untuk mencaci tubuh tak bersalah itu?
Mencabiknya agar kau tetap bisa merasa hidup.
Biru dan ungu selalu menjadi tanda bahwa kau menang melawanku.

Aku ingat beberapa orang
mengubahmu menjadi kelabu,
membunuhmu dengan kejam,
lalu membuangmu jauh ke jurang hitam.

Kita berjalan beriringan dengan kapak berlumur kata-kata tak dimaksudkan,
tapi kau bilang kau telah mati jauh sebelum kita berdamai.

Lalu bagaimana denganku?

Seperti ruang kosong yang hilang ditelan kesendiriannya,
aku berjalan menuju ujung lorong yang tak pernah sempat kau injak.
Menari-nari di bawah binar harapan seperti aku lupa bahwa kau tak lagi diam di sana.

Ingatkah kau saat kita duduk di meja makan bersama dua orang asing?
Kau sibuk bermain dengan gelisahmu,
sementara aku tersenyum lebar berperan sebagai hantu.
Kau melahap habis semua isi di sana, tetapi hanya berakhir pada kamar air yang sengaja kau sembunyikan.

Kau mati.
Lalu bagaimana denganku?
Leys Oct 2016
namamu yang indah,
dengan sifatmu yang selalu gembira,
wajahmu yang manis membuatkan orang sekliling memandangmu.

walaupun kau suka menyakat orang dengan membuang angin dan sendawa ,
tapi kau membuatkan suasana yang nyaman dan riuh.

kau juga suka dance macam kpopers ,
bila tiba kau menyanyikau seakan-akan lupa orang sekeliling ,
menyanyi dan terus menyanyi.

kadangkala aku selalu melihatmu sedih ,
tapi pantas kau menutup kesedihan mu ,
dengan berpura pura gembira.

HUMAIRAH ,
gadis yang cekal ,
dengan pipimu yang merah bila matahari memancar ke mukamu ,
Tapi ketahuilah kau tetap jelita ..
JELITA .
Hana Jul 2016
kiranya semua cintaku yang tak terbantahkan ini tak luber, keluar dari hatiku ke lidahku yang busuk ini

kiranya telingamu tak mendengar dan hatimu tak merasakan cinta ini

kiranya aku bisa menyimpan ini sendirian, dalam tangisan nelangsa sebelum tidur yang mengoyak kepalaku

kiranya lautan menelanku jika ada saat dimana kau mengerti semua yang kupendam dalam ini
ya, semoga ya.
Elle Sang Jun 2016
Tak ada yang bergerak di luar jendela
Rahasia tersimpan rapi diantara bantal-bantal yang tersusun
Izinkan aku untuk masuk
Aku tak akan menyakitimu

Kita terjebak diantara Surga dan Neraka
Mencari tempat berlindung
Ketika rasa sakit mengalir turun seperti hujan
Mereka membagikan rasa itu secara cuma-cuma

Saat bagian tersulit berakhir
Kita akan terus berada disini
Kita bisa memberitahu Iblis untuk kembali ke tempat ia berasal
Karena kau dan aku telah melawati batas-batas ketakutan berdua.
So Dreamy May 2016
dalam soal perasaan dan cinta-cintaan,
satu saran dariku ialah
  jangan kau gunakan banyak-banyak hatimu
   kau tentu boleh merasakan,
    asal tidak terlalu dalam.

      jangan.

      bahkan kalau kau mampu
     biarkan orang lain menganggapmu
    berhati beku soal itu
   biar saja mereka menganggapmu begitu
  asal dalam hati kamu tahu,
perasaanmu sesungguhnya hal yang paling murni untukmu.
Next page