Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
dth Apr 2016
Cinta bukan melulu soal siapa yang lebih dulu. Yang telah lama singgah bisa jadi sama rapuhnya dengan yang sekedar lalu-lalang.

Cinta bukan melulu soal detak jantung yang berdegup kencang, bukan melulu soal pupil yang melebar. Yang telah kehilangan nafasnya bisa jadi yang semenjak dahulu telah menyimpan asa.

Cinta bukan melulu soal hukum tawar-menawar. Saat sudah kehabisan apa yang ditawarkan, terkadang cinta dengan naifnya tetap menyambut dengan tangan terbuka. Persetan dengan hukum ekonomi, yang memberi kurang bisa jadi telah memberi seluruh yang mereka miliki.

Cinta bukan melulu soal mengabaikan ketidaksempurnaan. Justru cinta menerima seutuhnya, segala kesempurnaan maupun ketidaksempurnaan. Setiap gores dan luka, bukalah mata dan terimalah mereka dengan utuh. Yang terlihat baik bisa jadi membuatmu menutup mata atas keburukan mereka.

Cinta bukan melulu soal apa yang terlihat, karena bisa jadi indera kita dibuatnya luluh lantak di hadapannya.
“Tak ada cinta yang muncul mendadak, karena dia anak kebudayaan, bukan batu dari langit.”
—Pramoedya Ananta Toer,
'Bumi Manusia'
Bintun Nahl 1453 Mar 2015
Kepada Kamu.

Kita terlalu sama. Suka menangis diam diam. Kelihatan tegar di luar, padahal hancur di dalam. Ketika kini kulihat tawamu yang terlalu keras, aku tahu bahwa kau sedang tidak baik baik saja. Kau memang ahli bermain peran, tapi tidak di hadapanku. Cobalah hidup jujur terhadap apapun yang kau rasa.

Tuhan tidak menciptakan apapun untuk sia-sia. Hidup tidak melulu soal bahagia, tapi juga sebaliknya. Itu kemutlakan yang tak bisa kau tolak. Seperti sekarang, jangan selingkuhi perasaanmu sendiri, menangislah. Sungguh, tidak ada yang salah dengan jatuhnya airmata. Airmata bukan penanda lemah, sebaliknya itu pertanda agar kau tidak lengah.

Setiap kita memiliki lukanya sendiri sendiri. Juga, memiliki cara sendiri sendiri untuk memulihkannya. Airmata adalah cara lain kau berbahasa dan mengungkap rasa, ketika kau tak sanggup mengolah kata. Biarkan luka terbawa oleh setiap tetes airmata yang menitik sukarela.

Terkutuklah mereka yang percaya ‘anak hebat tidak menangis’ lalu menurunkan kebijakan yang tidak bijak itu pada anaknya. Mereka pasti mati rasa.

Izinkan aku menemanimu, tanpa banyak bicara, memberi petuah yang menjemukan, atau bertingkah konyol agar kau tertawa. Aku hanya akan duduk di sampingmu, menemani selama kau mau. Dan sesekali memberi genggaman, untuk menguatkan.

Note: bahkan airmata adalah buah tawa, saat aku bahagia bisa menemanimu dan mendengar cerita kegiatanmu seharian.
Aridea P May 2012
GFF
Palembang, 7 Mei 2012

Gambaran indah wajahmu selalu terlukis di awan hidupku
Angin pun selalu membawa suaramu di melodiku
Lonceng bersuara merdu tak semerdu suaramu di benakku
Musim selalu berganti namun kau tak terganti
Akar ini bersarang di hatiku
Namanya pasti kau tahu, akar cintaku

Fatamorgana tak bisa ku temukan di sini
Rupamu tertinggal untuk ku nanti
Embun telah membangun sarangnya di hidup ini
Di dalam palung jiwa ini
Engkau fatamorgana ku
Riwayat hidupku
Indahmu, adalah
Cintaku
Kecintaanku akan kamu

Fase cintaku
Energi mutakhir yang diciptakan darimu
Rasa sakit selalu
Genangan air mata melulu
Ucapanku dulu
Setelah ku memberimu itu
Otakku mati, lidahku kelu
Nisanku, tak perlu kau tahu
senjakala May 2019
Aku punya cerita
tentang dara
yang mudah suka,
kata mereka.

Sesungguhnya,
dia hanya terlalu mudah
pahami manusia bisa berubah
kala sedang jatuh cinta.

ㅡ dia,
puan penikmat rindu
yang ditinggal melulu
sebab jalannya lurus;
tak harap muluk.

Hanya sederhana,
jika kamu baca,
cukup ketahui sesuatu,
dia tak akan minta ini itu.

Tampaknya justru sebab itu,
semua hanya berlalu
tanpa coba pahami
isi relung hati.

Bukan masalah,
tenang tak sampai luka.
Hanya lelah,
jadi tak perlu singgah.
adorating Jun 2019
Yogyakarta, 16 Juni 2019.


Temanku tersayang,

Mudahnya begini, aku tidak akan pernah berhenti mengucap syukur atas hadirnya kamu di hidupku. Dari perhatian kecil yang kamu berikan hingga tetes air matamu yang jatuh ketika aku terpuruk, ikut merasa sedih atas apa yang aku rasakan. Mungkin aku dan kamu tidak selalu menghabiskan waktu bersama, kemudian merasa tertinggal setelahnya ketika salah satu tengah sibuk dengan hal lain. Aku percaya kamu peduli denganku tanpa dibuat-buat juga tanpa paksaan. Ada banyak yang ingin aku sampaikan, namun guratan hitam di atas putih ini bukan tentang aku. Ini untuk kamu.

Kita memang tidak baru bertemu dan kenal kemarin sore, tetapi fakta tersebut juga tidak dapat memungkiri bahwa aku masih merasa belum mengenal kamu dengan baik. Entah aku yang selalu merasa kurang atau memang kamu kurang pandai dalam berbagi sedih. Aku paham sebaik-baiknya kamu sebagai seorang teman, sahabat, anak, kekasih, atau manusia secara umum. Ada banyak khawatir yang kamu pikirkan, sebab kamu tidak ingin orang lain menjadi khawatir akan kamu, maka disimpanlah semua sedih yang kamu rasa. Bukan menjadi masalah besar, sebab aku juga paham bahwa kamu berhak untuk menyimpan apa yang ingin kamu simpan dan membagi apa yang ingin kamu bagi. Aku juga tahu bahwa mungkin aku tidak akan selalu menjadi pilihan pertama kamu dalam berkeluh kesah. Juga tidak menjadikan ini masalah besar untukku, sebab seperti yang aku katakan, aku mengerti. Ingin aku tekankan pada bagian ini bahwa aku ingin kamu baik-baik saja.

Sepanjang kamu hidup ini, temanku, akan ada banyak asam dan garam yang harus kamu cicipi. Semoga kegemaran kamu dalam menyantap mie instan jadikan kamu tahan dalam hal ini, ya. Sejujurnya, yang barusan tidak lucu, tapi tetap aku tulis. Juga, yang barusan dirasa tidak penting, namun aku terlalu malas memperbaiki. Nantinya mungkin akan ada banyak lelah yang harus kamu rasakan, termasuk menitikkan air mata sebab tidak ada kalimat yang mampu menjelaskan semua. Tidak apa-apa, ya? Aku percaya, kamu lebih dari kuat dan mampu menjalani hidup kamu. Semakin kamu bertambah usia, semakin kamu dewasa, semakin kamu akan paham bahwa memang ada saatnya hidup menyuguhkan banyak pertanyaan. Tidak semuanya punya jawaban dan tidak semua jawaban dapat diterima oleh akal. Sebab hidup adalah berproses dan kamu akan terus tumbuh.

Terkadang kamu sudah melakukan semua yang kamu bisa, mengusahakan semua yang kamu mampu, atau memberi semua yang kamu punya, tetapi itu juga belum cukup. Bukan berarti kamu tidak cukup, kamu selalu cukup, kamu selalu lebih dari cukup. Sebagian tidak akan pernah merasa cukup meskipun ketika mereka memiliki segalanya. Hidup bisa jadi lucu seperti itu. Semoga dengan begitu, kamu akan tetap bisa tertawa meski sedang ada sulit yang harus kamu lalui. Terlepas dari sulit tersebut, aku harap kamu akan selalu diiringi dengan bahagia, kemanapun kamu pergi.

Aku tidak tahu kapan kamu akan membaca kata merangkai kalimat yang aku tulis ini. Aku bahkan tidak dapat memastikan apakah aku akan mengirimkannya pada kamu secara langsung. Tapi tepat saat aku memulai paragraf ini, waktu sudah menunjukan tepat pukul dua belas malam. Hari sudah berganti. Bersamaannya dengan ini, bertambah juga satu tahun usia kamu sekarang. Mungkin kamu sedang tertidur, atau tengah dalam panggilan dibanjiri dengan banyak ucapan selamat ulang tahun. Bertambahnya satu angka pada usiamu juga diharapkan kamu menjadi lebih kuat, sebab akan ada lebih banyak tanggung jawab yang harus kamu bawa. Ini tidak melulu soal bertambah tua, melainkan bertambah dewasanya kamu dalam hidup.

Selalu, temanku, doa terbaik aku panjatkan untuk kamu. Sekecil apapun hal yang kamu lakukan di dalam hidupku ini, kamu berarti besar. Selalu, aku ingin bahagia berada di pihakmu. Terima kasih sudah bertahan dan ada. Terima kasih untuk tahun-tahun kita berteman. Terima kasih untuk waktu dan kesediaanmu dalam mendengarkan. Terima kasih untuk kamu.

Selamat ulang tahun.


Salam sayang,
temanmu.
Hanifah Oct 2022
Pada tiap bait puisiku
berisikan lantunan merdu
perihal dia dan suka.
Larik-larik sajaknya dirancang manis
menyurat rasa yang tersirat.
Pada tiap bait puisiku
kuingat tatapnya yang hangat dan malu-malu
membuat aku gugup melulu.
Dipuisi ini, kutulis rayu dalam kata
tuk ramu gugupku jadi haru.
Pada Rabu di sorenya
bernada, mendera, bergelora
berbicara perihal harinya yang gembira.
Andika Putra Jul 2019
Matanya yang kalap di kotak

menghampas debur debu dari atap ke puncak dahan. Menutup temaram lampion.

Berusaha menampik getar di dada yang telanjang. Itu-kini

sampai kesekian lintas kelokan. Terlewati.

Enam uang logam terbuai lendir lintah saat kududuki kursi tak ubahnya senjakala & engkau sadar. Berdiam & terus bungkam

menunggu henti nyanyian puan nun sumbang

berkaca daku yang terpasung, itu di abu

letupan yang mencandu hujam asam &

melulu jadi bisu-kita. Di renda setengah tertutup/ semua orang sudah tahu.

Perihal hening yang memang tak pernah membuah harap.


Hilangnya alkisah kemuning pala kambing yang enggan memerah.
Walau bertumpu akan cita dalam almanak musnah-karam

/ tiada henti di jaga oleh wajah-wajah muram;

di garis vertikal

di persegi dua dimensi/ hitam

pun segitiga/ jajar genjang

& semut kita mengerubung oval. Seraya penonton menyilang dua lengan di dada

di lingkar rafia sementara ini semakin terasa di Kursi. Meja. Cangkir. Jendela. Cat. Kuas & Tv. Lentera. Buku. Radio. Senter

/beringin di jiwa.
senjakala May 2020
Mungkin hari ini kamu lagi-lagi bertanya;
kenapa selalu salah dan tidak ada habisnya?
Tenang dulu, kamu tidak akan sakit melulu.
Semua punya waktu, jadi tunggu giliranmu.
gadisunja Apr 2023
Rinduku pemalu
tidak melulu sampai kepadamu,
kadang tersesat dalam diam
termenung, terhuyung, melamun
atau yang terparah
sudah sampai di depan pintu hatimu,
tapi Rindu lupa cara mengetuk pintu.
Selamat Hari Puisi Nasional
Emiliana Milka Mar 2019
Kalau begini melulu rasanya
aku ingin ada yang punya
Semua penuh tanya

Tenggelam ku tenang
Dalam kesunyian yang kukenang
Kamu yang menang

— The End —