Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
fatin Oct 2017
berdiri aku di tengah sibuk pasar
kelihatan ragam manusia
-bermacam

ada yang berpaut
berpegangan tangan
aku tahu rasanya
indah dan sentiasa selamat

di kedai kecil sana ada anak menangis
meminta untuk dibelikan
--umpama masalah dunia, paling besar
tersenyum aku
hai anak, andai kau tahu apa itu resah remaja
dan getir si tua

pandangan aku terkunci pada yang keliru
ditangan nya penuh dengan pilihan
dan aku kenal rasa itu
dimana cuma mahu yang sempurna
sekali lagi aku tersenyum
--mana mungkin ada yang cukup

keluh aku pada dunia
pentas paling besar
dan ramainya pemain pentas ini
ada yang yakin dengan watak nya
yang biasa sahaja juga ada

aku?
aku cuma memerhati
dan syukur
kerana masih punya nikmat untuk rasa riuh pasar

-f 611am 3rd oct
kautsarhilmi May 2020
~a letter for you

Kita,
Dari daerah melangsir ke kota
Dari kota berbalik ke daerah
Dan takkan dapat lagi ke kota
Lain sebab apa, lain sebab kenapa
Kendatipun impresi memberontak kita

Kota,
Kita ingat tentang kota
Kota takkan ingat kita
Sebab kita tak miliki tahta
Lain sebab apa, lain sebab kenapa
Apa daya reminisensi meronta

Kota,
Kita ingat tentang kota
Kawanan sutet di kota kita
Menari menawan menara kota
Dekorasi dari kita, gradasi ufuk dunia
Persuasi para penguasa kota
Prasasti Suwarnadwipa, pula
Visualisasi ragam abiotik Tuhan Yang Esa

Kota,
Kita ingat tentang kota
Hamparan ladang pabrik di kota
Riasan pipa asap terus-menerus menyala, gradasi ufuk dunia
Luas menggugah animo di daerah
Meski honorarium tak seberapa
Kita duga cukup tuk besar di kota
Manalagi di daerah

Kita,
Telah lama tak singgah pada kota
Lain sebab apa, lain sebab kenapa
Kota kita indah katanya
Kota, bilamana kita berjumpa pula?
Kita takkan abaikan memori tentang kota
Lain sebab apa, lain sebab kenapa
Kota kita indah katanya
Kota, bilamana kita berjumpa pula?
Dari pengagummu di daerah
Tuk segenap kenangan kota yang hampa.
a letter for you~
Alia Ruray Jan 2015
Aku membencimu, karena kau buatku benci akan diri.
Ya, benci tidak bukan adalah rasa yang buruk.
Tetap saja kubenci.

Aku benci
Untuk semua indera kesepian
yang kerap kau tebar, oh hanya untukku.
Atas semua rasa ketidakbisaan
yang tentu diberi tanpa sadarmu.
Kepada semua cita keserupaan
yang dengan sederhana menyeret sendu.
Dalam semua ragam roman
yang buatku mati kutu.
Lalu yang terpenting...
dengan semua daya tarikmu.

Tidak, kau keliru.
Aku tidak memujimu,
sudah jelas tertera; aku membencimu.
Ugh, kau buatku sesak sampai kepayang
Tersengal-sengal, girang.

— The End —