Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Noandy Jun 2016
Mereka hanya terduduk di lantai berlumut
Halaman belakang rumah tuanya yang berupa puing belaka
Bekas-bekas kekalahan
Tidak berucap akan siapa yang mati
Dan siapa yang berhak hidup
Mereka terlambat, tak ada satupun orang hidup di sini

Mereka jadi ingin ikut-ikutan mati
Yang disayangi sudah tiada
Mereka jadi menyesal
Pergi jauh tak kunjung balik

Mendadak ditatapnya sebuah sumur
Tempatnya menimba air dahulu
Katanya sudah mengering berpuluh tahun lalu
Dan bibirnya bergerak perlahan, teringat; "Riak air yang tinggal di dasar sumur
Tidak pernah membenci roh yang berkeliar singup
Di atasnya.

Hantu-hantu wanita sejak dahulu
Kekal bersolek di atas sumur
Meskipun telah mengering airnya
Dan pantulan mereka fana adanya.

Mereka hanya terduduk di lantai berlumut
Halaman belakang rumah tuanya yang berupa puing belaka
Bekas-bekas kekalahan
Tidak berucap akan siapa yang mati
Dan siapa yang berhak hidup
Mereka terlambat, tak ada satupun orang hidup di sini

Mereka jadi ingin ikut-ikutan mati
Yang disayangi sudah tiada
Mereka jadi menyesal
Pergi jauh tak kunjung balik

Mendadak ditatapnya sebuah sumur
Tempatnya menimba air dahulu
Katanya sudah mengering berpuluh tahun lalu
Dan bibirnya bergerak perlahan, teringat; "Riak air yang tinggal di dasar sumur
Tidak pernah membenci roh yang berkeliar singup
Di atasnya.

Hantu-hantu wanita sejak dahulu
Kekal bercermin di atas sumur
Meskipun telah mengering airnya.

Konon karena mereka menyukai
Kehangatan yang dirasakan
Dari dalam rumah senyap kala ada kehidupan
Sesederhana bagaimana mereka tak lagi
Dapat hidup
Lantas mengapa lepas mereka pergi
Tak dijaga kekekalannya dari serentetan ledakan pilu dan kepulan asa?

Hantu-hantu cuma pembohong
Pelindung tak berdaya
Mereka menghargai bising dan jerit tangis
Itulah alasan mereka
Terus tinggal dan bersolek
Menunggu sakit dalam sakit
Karena air matalah yang sebenarnya menjaga agar dasar sumur tetap terisi
Agar mereka dapat bercermin
Agar kekal bayang mereka

Air mata, menggenang bersama darah
Bukan mata air yang merasuk dari qalbunya."
Jadi dipanggillah
Segenap jiwa gugup gelisah itu
Dalam kesunyian dan sesal mereka

Hantu-hantu wanita
Kembali besolek di atas sumur

Mereka melompat,
Untuk lebur
Dalam ketiadaan.

Menyusulmu
Mencarimu.
Aridea P Nov 2011
Palembang, Kamis 10 November 2011

Siapa yang bisa disalahkan?
Ketika hasrat ku harus dikorbankan untuk menghargai orang lain

Apa yang bisa aku lakukan?
Ketika hati ini tersayat begitu dalam
Dan penuh penyesalan

Siapa yang bisa memprediksi?
Bahwa hati ku akan terus hancur setiap hari

Siapa yang bisa mengerti?
Bahwa aku menangisi mereka yang tidak ada

Siapa??
Tidak ada!

Kini ku hanya duduk terdiam
Menuliskan perasaan ku
Membanjiri wajah ku sendiri
Menahan hati yang begitu pedih

Siapa yang akan menghapus air mata ini?
Ketika tiada seorang pun di sini

Hanya tinggal sepi
Diska Kurniawan Oct 2016
Pernah aku melihat sebuah keikhlasan
dari gugurnya daun pohon jati itu
Relakah dia meranggas untuk menghargai
waktu.

Pernah aku melihat sebuah kerahasiaan
dari kata-kata manis seorang ibu
Matikah dia menangis untuk menjadi
hantu.

Tapi seumur hidup aku baru melihat
sebuah kejujuran, dari ujung jarimu
Yang membelai untaian benang biru
kusut, tanpa keluh
Berpeluh namun tak mengenal sendu

Lalu apa artinya ikhlas tanpa rela
ditengah rahasia tanpa kata
dibasuh hujan air mata yang tak jatuh
Membasahi rona merahmu


*Doa kita sampaikan pada awan Nimbus
dan bintang Polaris
Berharap, berdua kita mendapati senyap
Bersama nyala lilin.
Mungkin kita dapat bersama ditengah senyapnya kematian.
Moonity May 2018
Kadang jarak membuat cinta merekah
Kadang pula membuat lupa
Tentang kepada siapa cinta itu bersandar
Dan apa perasaan itu sendiri

Segalanya itu memiliki batas
Kau membutuhkan jarak untuk saling menghargai
Pun untuk saling rindu
Aridea P Mar 2017
Palembang, 27 Maret 2017

aku pernah bermimpi tentangmu
kamu menggenggam erat tanganku
menuntunku ke tempat yang belum pernah ku tuju
sesaat kau hilangkan semua perasaan sesak dihatiku
kita bergandengan berdua, ya, di dalam mimpiku
kamu begitu tampan sehingga ku tak bisa berpaling memandangmu
kamu seorang yang belum pernah ku temui sebelumnya
kamu yang membuatku teringat kembali rasanya jatuh cinta
kamu menghargai setiap aksiku
kamu memandangiku bak perhiasan yang berharga
kamu jua lah yang membuatku berharap ketika ku kembali ke dunia nyata
Favian Wiratno Jun 2018
Dirimu bagaikan api yang membara
Panas jika disentuh sembarang,
Tapi indah jika aku menatapnya dengan benar.

Dirimu bagaikan lautan yang luas
Tenggelam jika tidak berhati-hati,
Tapi bisa membuatku menghargai keindahanya.

Bagiku dirimu adalah keindahan
Tapi bagimu diriku hanyalah sepotong cerita masa lalu.
maudy Dec 2017
entah hari ini atau kemarin
koridor senja coba aku leati
sepi memang hari mulai gelap
semilir sisa angin hujan menggelitik

aku terbiasa menopang diri sendiri
berjalan sendiri tak pernah menjadi debat
lembap dinginnya bagai selimut di malam hari
yang menusuk matahari pagi

entah ekspektasi belaka atau hanya egoku
tidak, aku tidak pernah sekedar bertanya
segala tanya atau tidak kutulis itu tulus
karena aku tumbuh dengan menghargai

aku bisa jadi salah
kupu - kupu menggeliat di perutku sempat hilang
namun, di koridor gelap itu
mengapa mereka datang lagi
senayan, 2015.
Elle Sang Sep 2018
Kalau bisa sebenarnya aku ingin mencintaimu dengan sederhana saja
Seperti mendapatimu belum sepenuhnya sadar di sampingku, lalu mengecup lembut keningmu.
Tak peduli waktu yang terus memburu,
jarak yang tak terlipat oleh rindu yang demikian banyaknya.
Namun sayangnya.. hidup tak bisa sesederhana itu

Kalau bisa sebenarnya aku ingin mencintaimu dengan sederhana saja
Bersandar kapanpun yang ku inginkan tak perlu lebih dulu mengundang temaram,
Mendekat kapanpun bibirku rindu di kecup,
Memeluk kapanpun aku rindu detakmu yang cepat.
Namun sayangnya, ingin tak bisa semuanya terpuaskan.

Kalau bisa sebenarnya aku ingin mencintaimu dengan sederhana saja
Siap sedia di sampingmu membisikkan bahwa kamu tak pernah sendirian,
Kamu tak akan ku biarkan gundah tanpa kawan.
Namun sayangnya, kita bukan ikatan pasti.

Maka sayangku, dengan segala kerumitan dan keadaan yang tidak menguntungkan inginku
Aku berusaha tetap mencintaimu
Dengan keberadaanmu yang jarang aku jadi menghargai setiap pertemuan,
Dengan temaram yang menyenangkan aku mencoba berteman dengan gulita.

Dengan ikatan yang tak pernah ada aku berusaha setia
Bukankah itu intinya?
Aku tak akan pernah mencintaimu dengan terpaksa
Kamu tak merantai kaki-kakiku,
Kamu tak menutup mataku,
Aku bisa pergi kapanpun yang aku inginkan.

Namun lihatlah sayang, aku tetap tinggal di sisimu.
Nabiila Marwaa Nov 2020
entah ekspektasi belaka atau hanya egoku
aku tidak pernah sekedar bertanya
segala tanya atau tidak kutulis itu tulus
karena aku tumbuh dengan menghargai

aku bisa jadi salah
kupu - kupu menggeliat di perutku sempat hilang
namun, di koridor gelap itu
mengapa mereka datang lagi

— The End —