Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
arby 3d
Night by night
sometimes full moon, sometimes none at all.
Last night, the sky cried.
Tonight, it exhales something warmer, softer.
Spotify becomes my escape,
letting the songs take over like an old soul
tuning in to who I used to be.

How do I feel?
Neither sad nor happy.
Just… peaceful.
Let the next song play, let me sit with this quiet.

I turn down the lights.
Coffee in one hand, slow good music in the air
I tell myself, this is enough for now.
If I were a martabak, the topping would be cheese:
simple, sweet and savory, not asking for attention.
If I were an animal, I’d be a firefly
glowing only when it’s dark enough to be seen.
If I were a flower,
it’d be the kind that blooms when no one’s watching.

Maybe being alone doesn’t always mean being lonely.
Maybe this stillness is growth with softer shoes.
If someone ever asked where I’ve been all this time,
I’d smile and say,
“I’ve been learning how to be enough,
even without a crowd to clap for it."
arby Apr 29
Aku menyusuri jalan,
kembali ke tempat itu, memesan kopi yang sama,
mengulangi rutinitas kecil yang entah kenapa terasa menenangkan.

Kadang aku terjebak hujan,
di perjalanan berangkat, atau saat hendak pulang.
Tapi aku tak benar-benar sendiri,
selalu ada kisah-kisah kecil yang menemani,
seperti sore itu:
sebuah keluarga kecil menepi di tengah derasnya hujan,
anak mereka bersembunyi di antara dua tubuh yang hangat.

Aku terdiam, menunduk,
berdoa dalam hati:
“Semoga rezekimu dilapangkan Dek.
Semoga orang tuamu suatu hari bisa membawamu pulang
dengan nyaman tanpa perlu basah seperti ini.”

Aku jadi ingat,
aku pun pernah berdiri di tempat yang sama.
Hujan membasahi tanah yang sebelumnya tandus,
bersama seorang anak sekolah,
dan beberapa orang asing yang memilih meneduh,
diam-diam berbagi waktu di bawah atap yang sama.

Kala itu, jas hujan ada di sepedaku,
tapi aku tetap memilih tinggal.
Entah kenapa, terasa penting:
melihat hujan membasahi tanah yang dulu kering.

Karena aku percaya,
kering tak selamanya,
dan kita semua di waktu yang sama,
sedang bertumbuh.
Apr 26 · 64
Poncosari
arby Apr 26
Tanpa alas kaki, kita merasakannya:
pasir hitam yang mendebarkan,
menggoda telapak kita seperti kenangan masa kecil,
di sore yang belum sepenuhnya reda,
pukul dua, mentari masih garang.

Aku dengan hitam yang selalu kupilih,
kau dengan merah muda yang tak pernah gagal memancarkanmu.
Percakapan kecil teranyam di antara suara ombak,
sementara anak-anak dan orang dewasa bermain
dalam pemandangan yang tak bisa kutukar dengan apa pun.

Ini bukan hyperthymesia,
tetapi setiap detailnya menetap,
hangat mentari, percikan air laut,
tawa-tawa kecil yang melayang bebas di udara.
Dalam diam aku membisikkan,
damai sekali.

Pantai ini, di ujung Poncosari,
dulu hanya milikku sendiri,
sepi yang kutemani dalam sunyi.
Kini aku di sini lagi,
tapi tidak lagi sendiri,
aku berbagi damai itu denganmu,
membiarkan kenangan tumbuh,
mengakar di pasir hitam ini,
tempat di mana dunia terasa cukup,
hanya dengan kita berdua.
Poncosari - Bantul, Indonesia.
Apr 21 · 69
Twenty-Six
arby Apr 21
I didn’t have it all figured out,
but I kept walking anyway.
Some days I wandered,
others; I ran toward things
that didn’t always stay.

I met people who stayed for a season,
laughed in places I couldn’t pronounce,
got lost,
and somehow; found pieces of myself
in coffeeshops and streets,
even in silent rooms
where I sat with my thoughts.

I learned
not just from books,
but from heartbreaks,
quiet kindness,
and questions without answers.

I collected memories
like messages I never sent.
Some drafted.
Some still written.

And still,
I keep moving
not chasing the finish line,
just turning the page
to whatever
comes next.
Mar 27 · 167
Melompati Ketinggian
arby Mar 27
Lari dan lompatlah setinggi yang kau bisa,
agar kau jatuh di tempat yang layak kau perjuangkan.

Bahkan jika bumi menarikmu dengan gravitasinya,
jangan ragu melawan, teruslah melompat.

Selama harapan masih bersemayam di dada,
tak ada yang terlalu sepele untuk diperjuangkan.

Terlebih, jika itu membawa kebaikan,
maka berlarilah, melompatlah dengan keyakinan.
Lewati batas, tantang ketinggian,
namun ingat, kita manusia,
tak selamanya di ketinggian.

Karena itu, jangan lupakan daratan,
tempat di mana kaki berpijak,
dan diri menemukan keseimbangan.
Mar 23 · 173
Menyeruput Senja
arby Mar 23
Tempat yang sebelum Ramadan sepi kini ramai,
malam yang tadinya tenang kini lebih bising.
Aku tahu ini berbeda,
tapi kali ini, aku menghadapinya dengan lebih santai.

Aku hanya perlu mencari sudut lain,
di mana aroma kopi tetap menghangatkan,
angin masih berhembus pelan,
dan suasana tetap memberi ruang untuk diam.

Tak ada yang perlu tergesa,
tak ada yang perlu dipertahankan.
Ketenangan bukan soal tempat,
tapi bagaimana aku menikmatinya.

Jadi biarlah semuanya berjalan,
biarlah kota berdenyut dengan ritmenya.
Aku cukup duduk, menyeruput kopi,
dan menikmati sore ke malam seperti biasa.
ramadhan
arby Mar 9
Tidak usah berpura-pura,
kita memang punya cerita yang berbeda.
Kisah ini tak perlu dipaksakan,
seperti hutan yang tak lagi meneduhkan kota.

Aku;
tak sedang asri,
berpolusi,
tapi bukan berarti tak bisa tumbuh lagi.

Pohon-pohon memang pernah tumbang,
daunnya luruh bersama waktu,
tapi akar masih tertanam,
dan hujan selalu tahu caranya kembali.

Aku mungkin bukan hutan yang sama,
tapi hijauku tak pernah benar-benar hilang.
Di antara debu dan musim yang berubah,
akan selalu ada tunas kecil yang bertahan.
arby Mar 7
Ketika rindu lebih besar dari lelah,
kau biarkan malam memelukmu lebih lama.
Ketika kecewa lebih tajam dari kantuk,
kau temukan sunyi sebagai pelarian.

Bergadang bukan sekadar menunda pagi,
bukan pula kebiasaan tanpa arti.
Kadang ia jadi obat asmara,
kadang ia jadi ruang paling jujur bagi yang terluka.

Di balik layar, tawa dan kata berpendar,
menghidupkan rindu yang tak bisa dipeluk.
Di balik sepi, air mata jatuh tanpa suara,
melepas kecewa yang tak sempat diungkap.

Malam tak pernah bertanya kenapa,
tapi selalu menerima tanpa syarat.
draft from 2020
Mar 6 · 132
Singgah
arby Mar 6
Malam tak bertanya,
angin tak memberi jawaban.
Aku duduk, segelas kopi di tangan,
mengamati dunia yang terus berjalan.

Asap kendaraan, langkah-langkah asing,
tawa yang tak kukenal,
mereka semua berlalu,
sementara aku menatapnya dan menghela napas panjang.

Ada getir di ujung lidah,
ada sunyi yang tak butuh suara.
Tapi di sela tegukan terakhir,
aku tahu, hidup hanya singgah dan tak berhenti di sini.
arby Mar 4
Aku sedang membangun
batu demi batu, langkah demi langkah.
Kupikir kau akan tetap di sini,
menjadi bagian dari yang nanti kita sebut “rumah.”

Tapi kau memilih jalan pintas.
Bukan karena lelah,
bukan karena bosan,
tapi karena ada tangan lain
yang diizinkan untuk menggenggammu.

Tak perlu alasan,
tak perlu pembelaan.
Kita sama-sama tahu,
ini bukan soal masa yang akan datang
ini soal siapa yang kau beri ruang.

Aku tak kehilangan apa pun.
Aku masih berdiri, masih melangkah.
Dan kau?
Semoga kau menemukan
apa yang dulu tak kau lihat dariku.
arby Mar 3
Riding my motorcycle,
music whispering through my AirPods,
the drizzle kisses my skin,
but I keep going.

Then the rain thickens,
thunder growls like a beast in the sky,
and I don’t speed up.
I let the storm catch me,
daring it to take me,
wishing, maybe, it would.

But deep inside, I fear it too.
Not the dying
but the thought of not dying instantly.
A cruel hesitation,
a war between surrender and survival.

How pathetic, how fragile.
I was only going 20 km/hour,
while I Love You So by The Walters
played like a farewell,
or maybe, a reminder
that I was still here.
Mar 2 · 202
Tahun Ini Berbeda
arby Mar 2
Kuukir semua bayangan tahun-tahun lalu,
menetes air mata ini,
melihat indahnya, harunya,
dan betapa beraninya diriku kala itu.

Sekalipun sekarang aku adalah aku,
namun aku tak lagi sama.
Ada luka yang mengendap,
ada tawa yang tak sekeras dulu,
ada mimpi yang berubah wujud,
ada langkah yang kini lebih hati-hati.

Tahun ini berbeda,
bukan karena dunia berubah,
tapi karena aku yang tak lagi melihatnya
dengan mata yang sama.

Mungkin aku kehilangan sesuatu,
atau justru menemukan sesuatu yang baru?
Entah itu harapan yang lebih tenang,
atau kenyataan yang lebih jujur.

Tapi satu hal yang pasti,
aku masih di sini, melangkah lagi,
menyusun ulang yang patah,
menyambut hari yang belum kutemui.
puisi indonesia
Feb 27 · 120
Mati Lebih Awal
arby Feb 27
Musim hujan tak kunjung reda,
awan hitam semakin berkuasa,
langkah kaki terasa berat,
hati menopang pecahannya.

Jantung memompa tak beraturan,
malam jadi siang, siang jadi malam,
sepertinya ini kelam-ku
terbalik, kacau, kehilangan arah.

Aku berjalan di jalan yang patah,
menjaga nyala yang telah redup,
mencari cahaya di lorong gelap,
namun bayangnya semakin jauh.

Ada yang pergi sebelum waktunya,
atau mungkin sesuatu yang tertinggal?
Sebab detik tak lagi sama,
sejak rasa, mati lebih awal.
indonesia
Feb 23 · 211
Resonansi
arby Feb 23
Burung mengepakkan sayapnya di langit,
padi tumbuh subur bersama,
kelapa melambai sarat buah,
orang berlalu dalam tujuan.

Di awal tahun ini,
kita menanam keindahan,
berharap gema kebaikan tersebar;
Bukan sekadar kebebasan,
tapi menjadikan setiap jiwa
lebih bijak, damai, dan sadar.

Kumimpikan kualitas diri,
antara harap dan asa,
ku evaluasi langkah-langkah,
sebab setiap hari adalah perjuangan.

Para insan berotasi,
sendiri, berdua, atau bersama,
melebarkan sayap, meniti arus,
meneguk manisnya perjalanan.

Hidupkan harap, suburkan asa,
resonansi yang menyejukkan jiwa,
menuntun langkah, meraih mimpi.
ID, Januari 2025
Feb 22 · 201
Embracing The Flow
arby Feb 22
What people seek is shaped by thought,
What they resolve is what they've sought.

Life sways through highs and lows,
tasting sweet and bitter tones,
at times, it's soft, at times, it's tough,
sometimes cold, yet sometimes warm.

Let the waves roam wild and free,
as we embrace our destiny;
To taste the flavors life bestows,
to sense each shade the journey shows.

— The End —