Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Fahali Machi Nov 2013
Ku terlelap seperti lalu lintas jakarta, berjalan dan berhenti, dari padat menjadi kosong. Yang tak tahu pergi kemana. Gambar-gambar yang lewat begitu saja seperti cepatnya kereta. Lampu-lampu jalan yang menerangi aspal hitam. penjual-penjual yang menjual minuman di lampu merah. Pengamen yang bermimpi membuat kemacetan menjadi hal musikal. Keringat-keringat dibalik helm dan jaket kulit. Tawa-canda dibaluti pendingin didalam mobil. Bis-bis kota dengan kepenuhan penumpang. Orang-orang yang mengumpat jika kau dengar dengan seksama, umpatan mereka begitu indah, tak ada seorangpun di bagian dunia lain mampu menirunya. para pedestrian yang semakin tergeser eksistensinya karena tak ada lagi ruang bagi mereka. Stasiun-stasiun yang nampak menakjubkan ketika sepi. Spanduk-spanduk keagamaan yang dipasang sembarangan sama layaknya dengan iklan-iklan yang berteriak ke telingamu tiap radius 10 meter. aku terlelap bagaikan lalu lintas jakarta. Aku tak tahu kemana.
NURUL AMALIA Aug 2017
Disini aku masih di bawah langit milik bumiku
Tapi berbeda tempat dan aroma tanah
Aku merasa di atmosfer era abad pertengahan
Melihat banyak kastil dengan arsitektur tua
Pemandangan yang indah di Montmartre, sebuah kerajaan seni
yang siap memanjakan mataku seketika

Musim gugur menciptakan lukisan indah secara alami
Tempat itu seperti kanvas
Diciptakan oleh kuas ajaib anugrah yang kuasa
Meski Claude Monete dan Renoir sudah tidak ada lagi
Aku bisa melihat perpaduan warna cantik di musim gugur dengan mata telanjang
kuning, oranye, merah dan coklat
Lukisan yang begitu indah

Biarkan aku memakai jaket hari ini
Sebab udara membuatku cukup dingin
Aku berjalan-jalan di pedesaan Prancis
Pohon-pohon gugur di sepanjang jalan
ditemani oleh nyanyian burung yang menyemarakan hariku
Ini sudah waktunya panen
Aku menyukai labu di ladang
Memilih apel dan pir di kebun dekat benteng Talcy

Prancis seperti harta karun emas
Paris di musim gugur bulan ini
Menara Eiffel sudah menungguku
kali ini aku berjalan di atas dedaunan
Begitu renyah di bawah kakiku
Pohon maple di atas saya memayungi meski hari tak hujan
Daunnya yang tersentuh angin berputar-putar
Mengirim mereka untuk menari di udara
Sangat romantis
Aku sedang duduk di bangku kayu
Ah jika September tiba...
Akira Chinen Apr 2016
He woke up with his dreams still wet in his eyes.  His heart greeted him, already awake from being up painting all night long.  He got out of bed and started his usual routine, getting dressed and eating the same dull food he ate day after day.  Today though, it tasted as if it were a meal fit for a king.  He finished his breakfast, gathered his things: keys, wallet, glasses and walked outside.  The sky was moonless and the sun was still hours away.  It was dark and the air was crisp and cold against his skin, on any other day he would have grabbed a jaket,  today though, he didn't mind or even seem to notice.  As he got into his car he was smiling a wide smile.  The angel and devil that would usually be on his shoulders where replaced by the Mad Hatter and Cheshire Cat.  They whispered tales, poems, and songs of her deep beauty  and pure heart into his ears.  His heart jumped and raced with excitement as it listened. They spun stories of her every strand of hair streaked with hues and shades of red mixed with the purest colors of love.  They sang sonnets of the deep magic and wonder and oceans of her eyes.  They recited verses of her lips, as fragile and delicate as the pedals of orchids.  Lips he had never touched or kissed, lips that still somehow burned and satisfied his soul more than any other lovers touch had ever before.  He drove  down the the long road towards work, another day of the same pointless repetitive movement.  Working side by side with people who had died inside along while ago.  Mindless, mind numbing work... but he didn't care.  Not today, no today was different.  He listened as the Cat and the Hatter kept spinning yarn after yarn,  her heart and soul glowing through every word they spoke.  He drove through the darkness, his smile growing ever wider and his heart filling with warmth.

— The End —