Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Apna wahi h jo humari khamoshi padh sake,
Verna andaje tho begane bhe lga lete hai...
Aajtak kisi ke saamne nhi fatti ik ko chor ke aye khuda kya hua h mujhe (madad-E-khuda)
Deaneira Nov 2019
yang sering kali merasa tidak dianggap.
bahkan digubris eksistensinya.
yang sering kali merasa dirinya selalu dinomorsekiankan.
bahkan kadang dilupakan.
yang sering kali merasa dirinya terlalu lama jatuh, tak ada yang bantu, dan lupa untuk bangkit.
terlalu sering menanam harap dalam jiwa lain. yang mana seharusnya dipertanyakan;
pantaskah yang ia harapkan menampung harapannya?

sering kali ia luput dari apa yang dia ucap,
sering kali juga berselisih paham dengan orang terdekatnya.
kadang juga lupa diri untuk berterima kasih pada orang lain,
bahkan lupa untuk mengucap tolong.

selama hidupnya..
sering kali juga merasa bahwa ia bernafas hanya untuk melayani diri insan lain.
sampai ia lupa..
kalau dirinya juga pantas untuk mendapat yang setimpal dengan apa yang ia berikan.

ia selalu berpikir,
“bukan, ini bukan salah dunia. melainkan ini salahku karena aku terlalu tinggi hati terhadap sekitar.”
tapi ia lupa kalau tubuhnya juga harus dipikirkan.
kadang ia tak henti memikirkan seisi dunia.
bahkan tak henti memikirkan apa salahnya,
dimana letaknya,
hingga akhirnya kedua bola yang seharusnya dapat menikmati indahnya langit pagi..
berkantung hitam di sekitarnya.

paut wajahnya tidaklah sempurna.
dipipinya, keningnya, bahkan dagunya, ada bintik-bintik yang ia selalu juluki:
“hilang satu, tumbuh seribu”.

saat menatap refleksinya,
yang sering ia direndahkan adalah fisiknya.
sering kali ia marah karena merasa tak pantas dipandang publik.
ia juga sering marah karena merasa dirinya tak kunjung cocok dalam menata penampilannya.

lelah? sangat.
betul-betul sudah ingin angkat tangan jika ia ditanya akan perasaannya terhadap dunia dan sekitarnya.
pintanya hanya satu, sederhana, tapi sulit didapatkan:
bernafas lega.
tanpa beban dan tanpa kewajiban.
tapi ia tau seorang manusia takkan pernah lekang dari kedua hal itu.
banyak yang ingin ia capai, banyak yang ingin dia mengerti.
tapi ia merasa pintunya selalu dihalangi atau bahkan dikunci saat dia sedang berusaha membuka..

hal lain yang ia mau? pulang.
tentu pulang ke ‘rumah’ tapi bukan sekedar bangunan yang ia cari.
melainkan ia juga mencari suasana yang dapat membuatnya hangat dan nyaman..
sulit bagi dirinya untuk membangun rumah sendiri,
berat tanggung jawabnya,
besar pula modalnya.

ia juga sering mengingatkan dirinya untuk bertahan.  
ia selalu berkata,
“tahan.. sebentar lagi selesai.”
yang mana ia tahu bahwa sesungguhnya ini semua tak ada ujungnya.
hidup hanyalah untaian tali yang perlu ia selesaikan sendiri lika likunya.
walau seringkali badai menimpanya dan seringkali ia lupa kalau ia hanyalah sebuah ciptaan yang jauh dari kata ‘sempurna’..

tapi setidaknya ada satu hal yang ia syukuri:
ia masih bisa selamat diantara ombak keras yang menerjang.
NURUL AMALIA Nov 2018
ada banyak cara untuk mengeluh
ada banyak cara untuk merajuk
ada banyak cara untuk jahat sekalipun
tapi ada banyak cara untuk melakukan hal baik
NURUL AMALIA Aug 2017
"Aku selalu menunggu
Bahkan kita hanya dibedakan dengan sedikit perbedaan waktu
aku ingin melihatmu
Tapi aku akan silau dan aku bahkan tak berhak
kamu adalah apa yang seharusnya tidak ku lihat
kamu lebih pantas menerima cahaya yang mengelilingimu itu
Sementara aku berada di sisi lain
yang selalu berharap agar kamu selalu bahagia"

— The End —