Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
 
 Sep 2016 Ayu Prameswari
Kata
Her voice tastes just like
Childhood memories
Joyfully lonely
Vividly sweet with a sour pinch of grazed knees
It burns with flavour
And I think I want to love her
It could be the coffee talking
▶️Micheal Kiwanuka X The Final Frame
 Sep 2016 Ayu Prameswari
Kata
Ugh
 Sep 2016 Ayu Prameswari
Kata
Ugh
Apparently it feels like
Everything you’ve ever lost
Come back to you
Craving. Fearing. Wanting
Failed attempts at imagining it
The struggle between
Letting your mind wonder
And trying not to lose it
 Sep 2016 Ayu Prameswari
brooke
you will be able to say
once in a while
during the brief
jaunts in our underwear
the glimpses of green lace
under a white cotton shirt
that moved across my shoulders
on the hardwood floors, our heels
stomp and slide, and my thighs
quiver under weight and laughter
you caught me and I turned
turn to hold your neck


but I pause to bring you close
to hold you, as if you were
a vase of baby's breath and ferns
to look you over and wonder how
one moment I was sitting here writing
this on the couch on a september evening
and how you are here now,
with a strange familiarity
and the watch on your wrist
softly clicks forward
but I can hear it from
inside the glass, atop the second hand
sweeping over the ticked surface
reflecting the sweet blue daylight,
the warmth of your body and
the gentle harmony of two people
who have found eachother.
(c) Brooke Otto 2016

sounded better inside my head in moving pictures.
 Sep 2016 Ayu Prameswari
Kata
Heavy
 Sep 2016 Ayu Prameswari
Kata
The Smallest Coffins Are The Heaviest
I'm not ready to bear such a weight
Never will I be
Please get better.
Little boy,
one day when you wake up and peer outside,
I hope you see flowers screaming in color and children dancing.
Little boy,
someday when you look up the sky
I hope you don't see gray,
but bright, bright, blue.
Little boy,
I hope the loudest noise you will ever hear
is your own laughter.
Little boy,
I hope one day you look at yourself
and don't see ruins,
but buildings standing tall,
guarding the city.
Little boy,
hope.
Seteguk apapun, semua tak akan berakhir*

Aku adalah seorang pemabuk yang selalu menguarkan harum arak kemanapun aku pergi. Anggur, dan berbotol-botol ***** telah kutenggak pagi ini. Dan hanya hari ini pula aku ingin bicara, tentang segenggam racun yang kalian semua suntik ke dalam nadi dan pembuluhku.

Topeng
yang dengan bangga kalian pakai
tak ubahnya ketelanjangan
hanya mengumbar malu dan aib

Tawa
yang sesenggukan kalian jeritkan
hanyalah tangis jiwa kalian yang memudar
memutihkan kejujuran dan kebajikan


Oh, beginikah cara kerja dunia
berduri dan berbatu, sama saja
disetiap lajurnya
kemanapun aku pergi, dijejali
mulutku dengan dusta dan hanya dusta
belaka

Menghitamnya jiwaku, seandainya
bagai langit malam
tak ada chandra di ufuknya

Sudah selayaknya aku berkabung atas jiwaku, dimana dia merintih penuh sesal dan tanya. Apakah lalu lalang motor dan diesel itu memusingkan kepala atau hanya sebuah kesibukan belaka. Dan dengan itu pula jiwaku berakhir, terdiam, dalam kematian.

Kukubur dia dengan layak, diantara nisan-nisan lain disekitarku, yang diberi nomor, sesuai urutannya. Jiwaku tersungkur di nomor tujuh. Beruntung sekali!
Kukubur dia, pelan sekali dengan tertidur. Tak berharap bangun lagi di keesokan pagi. Kutaburi bunga-bunga dan prosa yang harum, dan kusiram dengan sebotol Martini dan bir.

Harum. Seharum embun yang kau injak ditepian jalan.
Wangi. Sewangi sukmamu yang kuingat telah pergi.

Aku adalah pemabuk. Yang selalu menenteng sebotol arak, bermabuk di tepian jalan kehidupan. Mengambil jeda diantara kalimat-kalimat mencela dan busuk, yang tergelincir masuk ke dalam telingaku.

Botol-botol inilah sang penawar, berminum pula para nabi terdahulu menyesali umatnya, sedangkan aku?

Menyesali kalian.
 Sep 2016 Ayu Prameswari
Noandy
Hiruk-pikuk menjual dirinya
Pada hening yang mengekang
Ia mulai merindukan
Wujudnya

Diam-diam,
Diintipnya cermin
Yang tergeletak di ujung
Taman bunga
Sudah sebagian layu,
Tua, takhayul, dan
Ngeri,
Tapi di sanalah satu-satunya tempat
Di mana perwujudan
Berani menampakkan diri sejujur-jujurnya

Maka dipanjatkannya
Beribu pekikan isyarat namanya:
Hiruk-pikuk
Ramai
Gegap-gempita
Gelegar.

Dan diintipnya cermin itu
Dilihatnya wujudnya:
Masih tiada.
Ia telah dihilangkan.
Hanya ada bising
Yang terus bergulir.

Kau tahu dirimu
Adalah keberisikan,
Siapa suruh menjual diri pada hening?
Next page