Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
NURUL AMALIA Sep 2016
Aku terlalu kecil
Sekecil titik di atas kertas kusut
Aku hanyalah satu dari ribuan
bahkan tak terlihat
Terlindung dalam cangkang sempit dan tipis
Bersembunyi di balik daun yang mulai berubah warna
Rumah pertamaku
akhirnya aku terlahir
sebagai sesuatu yang aneh
Aku si buruk rupa
Tubuhku dipenuhi bulu
Merangkak lemah menyusuri ranting
Menggerogoti daun disekitar
membuatnya berlubang
melarikan diri dari burung
Bergulat dengan semut rangrang
Membuat saya jatuh ke tanah
Hingga buluku rontok berserakan
Hanya cacing yang menyapa
Mereka membenci saya sangat
Aku bisa terbunuh, tidak semuanya menerimaku
sampai aku terjebak dalam dimensi lain
Aku si  ulatbulu kesepian yang bersembunyi
Bertapa di dalam kantung usang yang kecil
Mencoba untuk membunuh waktu
Berjuang dalam kegelapan untuk mencapai keindahan
Sudah cukup persinggahanku
Mengarungi kerasnya penantian panjang yang membelenggu
Aku terlahir kembali
menjadi berbeda dan mereka menyukaiku
kebahagiaan berlimpah tiba
terbang tanpa batas dengan kedua sayap yang cantik
pergi ketempat yang indah yang kumau
Merinda  Jan 2019
Sang Waktu
Merinda Jan 2019
Aku adalah sang waktu
Pejalan klise dari masa lalu
Aku adalah sang waktu
Tak pernah terbayang apalagi tersentuh
Aku adalah sang waktu
Hujan dan badai tak pernah hentikan laju
Aku adalah sang waktu
Sering dilupakan namun tak kenal pilu
Aku adalah sang waktu
Langkah tak berdaya siap membunuhmu
Aku adalah sang waktu
Menggerus detik yang kian rapuh
Aku adalah sang waktu
Tak diharapkan namun seketika membelenggu
afteryourimbaud  Jun 2018
Mahuku
afteryourimbaud Jun 2018
Apa yang ku mahu

Hanya ku yang tahu



Biar ada datang membelenggu

Akan datang angin menyatu



Lari,lari pergi saja diriku

Jauh ke puncak aku tetap berlalu



Aku jiwa lama termangu

Bosan, letih jadi diriku



Kerna ada saja yang rasa tahu

Lebih dari rohku.


16 April 2012
Aliya N Raissa May 2018
ada rasa haru, mungkin rindu
saat ku pejam mata
karena disitu, sentuhmu membelenggu
dekapmu masih erat
kecupmu masih di bibirku
memori yang berputar
berlari secepat angin
yang merambah rambutku
saat ku terduduk diboncengmu
aku tidak memandang kebelakang
aku tidak akan memandang kebelakang
namun sejumput rasa tertinggal
tak ingat untuk dibawa pergi bersama pisahmu
dan kini yang tersisa, hanya belaka
Penunggang badai Feb 2021
Sejak kapan kita menjadi pendiam dan enggan tuk bertukar kabar?

Sudah lama rasanya tidak membersihkan debu yang makin tebal, bersarang (yang kuyakin) di masing-masing satu ruang kecil nan sempit di hati kita. Aneh rasanya mengingat dulu masing-masing dari kita pernah saling menguatkan satu sama lain dikala masa kejatuhan, saling membahagiakan di tengah badai yang bergemuruh.

Pada akhirnya, waktu seolah memaksa kita melanjutkan perjalanan dengan cara berpisah, saling memilih arah yang berbeda. Seolah memberi isyarat bahwa kau dan aku memang tidak diciptakan untuk bersama. Dan benar, waktu membuktikan ucapannya. Kita lambat laun mewujud bumi dan langit, hitam dan putih, atau bahkan air dan api.

Memilih tunduk dengan titah sang waktu, dengan ego yang kau Tuhan-kan, mulai berjalan tanpa beban meninggalkan semua kenangan, termasuk aku yang tertahan di persimpangan jalan. Sedangkan aku; dengan perasaan kalut yang membelenggu hati, coba berjalan memikul sisa-sisa petualangan kita, menjinjing sekantong mimpi yang kala sedih maupun bahagia pernah kita kumpulkan bersama-sama.

Berteman sunyi, terus berjalan meski sepi sendiri.

— The End —