Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Dalam kerlap kerlip dunia malam
Debuman musik keras menggema dalam telinga
Menggeliat diantara tubuh para adam
Mengumbar buah dada
Menebar wewangian erotis
Menarik para lebah mendekat
Jalang bukan sembarang jalang
Mendesah indah hanya bermodalkan tubuh molek
Selembar uang sengaja tersangkut dalam lingerine
Senyuman diberikan
Membuat libidoku tak terbendung lagi
Mengoyak pakaian minim yang menghalang akses untuk menjelajah tubuhmu
Kau mendesah lagi
Melodi indah mengiringku menuju surga dunia
Peluh yang menyatu malam itu menjadi saksi
Betapa indahnya tubuhmu bak bidadari
Kuhantam titik titik nikmat dalam tubuhmu
Kau bernyanyi, nyanyian erotis terindah yang pernah kudengar
Kutatap wajahmu, rona merah dan peluh menyatu
Wajah sempurna
Penglihatanku berkabut
Sekelebat cahaya putih menyilaukan terlihat
Ketika kita bersama menikmati indahnya surga dunia
Benih benih janin tak sanggup kubendung lagi
Kau pun mendesah lagi
Ah, kau memang bukan sembarang jalang
KA Poetry Oct 2017
Puisikan
Semerbak hujan
Merangsang ingatan
Menggantikan kelam

Menunggu Sang Surya datang
Namun lelah menunggu ketidakpastian
Kini yang tersisa luapan tangisan
Hingga merasa distorsi yang tidak terbendung

Membius raga dengan memori kelam
Rasa ingin sendiri
Terbang menuju dunia baru
Meninggalkan realita
25/10/2017 | 20.56 | Indonesia
ga Sep 2017
Pernahkah aku menjadi kembang apimu
Meletup-letup berirama
Mempesona penuh warna
Memantik rindu tak kunjung reda

Pernahkah aku menjadi senyummu
Segaris indah warna merah
Membentuk sudut surga
Di atas pipimu yang merona

Pernahkah aku menjadi bungamu
Harum mewangi walaupun sepi
Senyum melekat tiada henti
Bermekaran di relung hati

Atau

Apakah aku ini sedihmu
Terbendung oleh pelupuk
Membasahi mata cokelatmu
Tumpah menyusuri sudut matamu
Pernahkah aku menjadi "aku" bagimu
Megitta Ignacia Jul 2019
di ruang 3x3 meter
kusesap lagi secangir kopi yang sudah tak lagi hangat
masam terkecap, pahit tersisa
buih-buih krema berjejer rapi di ujung mulut cangkir
menggetarkan diri
menciptakan nada detak jantung yang semakin tinggi
dan mengundang semut-semut emosi pada ujung jemariku

didekap
dibekap
kebencian bersarang pada ekor jiwaku yang semerawut
semakin hari, semakin menjadi-jadi

amarah yang tak terbendung
perkara hati bukanlah sebatas ruang
bukan juga sekedar sudut yang bisa disinggahi, diacak-acak, lalu ditinggal begitu saja tanpa dibereskan
ibumu saja marah kalau kamarmu berantakan

debaran  demi debaran
candu pada cairan pekat ini terkadang mengundang rasa kantuk
bagai lorong tanpa ujung
pikiranku melayang masuk ke masa lampau

amarah dan kebencian mengombangambingku
belum reda kesalku
kutuk bertaburan dari bibirku
ada rangkaian rencana cela yang menari-nari di kepalaku

apa warasku pergi?
apa warasku pergi?
apa warasku pergi?


benci ini tak perlu lagi disiram
terjebak realita semu, mantra-mantra sukar dipahami tetapi nyata efeknya
betapa sulitnya meracik ramuan ketenangan jiwa

kalau kamu jahat, lalu aku balas jahat
apa bedanya kamu dan aku?
aku tidak mau sepertimu
bukan pilhan pasif, dengan sadarku
warasku ada
aku pemenang petak umpetnya!
040719 | 00:55 AM pertanyaan tadi malam, seperti rokok yang kubakar diujung meja, kubiarkan mati dihisap angin.
KA Poetry Apr 6
Hari Sabtu,

Mendung, gelap layaknya dirimu yang sedang termenung di antara dua sandar.
Saat dimana semesta menyaksikan, keindahan yang tak tertandingi.
"Iri" dirasanya. Yap, betul sekali.
Dirinya sudah membuat cemburu Sang Semesta.

Setiap harinya itu yang kurasakan.
Entah kurang bersyukur atau tidak, rasanya ingin sesekali memiliki.
Hanya aku dan kamu, membuat cemburu sekitaran kita berdua.
Mungkin menyenangkan, tidak tahu apa yang engkau rasakan.

Suatu hari nanti kuyakin, hari itu akan datang.
Hari dimana engkau melihatku sama seperti ku melihat dirimu.
Hanya rasa rindu dan sayang yang tak terbendung,
Liar pikiran yang berlari-lari di dalam kepalaku.

Kamu diantara gulungan para ombak.
Nampak indah untuk dinikmati.
Hanya kamu sayang,
Yang mampu melakukan itu semua.
06/04/2024, Jakarta. K.***

— The End —