Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Bintun Nahl 1453 Mar 2015
Kepada Kamu.

Kita terlalu sama. Suka menangis diam diam. Kelihatan tegar di luar, padahal hancur di dalam. Ketika kini kulihat tawamu yang terlalu keras, aku tahu bahwa kau sedang tidak baik baik saja. Kau memang ahli bermain peran, tapi tidak di hadapanku. Cobalah hidup jujur terhadap apapun yang kau rasa.

Tuhan tidak menciptakan apapun untuk sia-sia. Hidup tidak melulu soal bahagia, tapi juga sebaliknya. Itu kemutlakan yang tak bisa kau tolak. Seperti sekarang, jangan selingkuhi perasaanmu sendiri, menangislah. Sungguh, tidak ada yang salah dengan jatuhnya airmata. Airmata bukan penanda lemah, sebaliknya itu pertanda agar kau tidak lengah.

Setiap kita memiliki lukanya sendiri sendiri. Juga, memiliki cara sendiri sendiri untuk memulihkannya. Airmata adalah cara lain kau berbahasa dan mengungkap rasa, ketika kau tak sanggup mengolah kata. Biarkan luka terbawa oleh setiap tetes airmata yang menitik sukarela.

Terkutuklah mereka yang percaya ‘anak hebat tidak menangis’ lalu menurunkan kebijakan yang tidak bijak itu pada anaknya. Mereka pasti mati rasa.

Izinkan aku menemanimu, tanpa banyak bicara, memberi petuah yang menjemukan, atau bertingkah konyol agar kau tertawa. Aku hanya akan duduk di sampingmu, menemani selama kau mau. Dan sesekali memberi genggaman, untuk menguatkan.

Note: bahkan airmata adalah buah tawa, saat aku bahagia bisa menemanimu dan mendengar cerita kegiatanmu seharian.
erik diskin Jan 2019
perjalananmu pasti cukup melelahkan, bahkan menjadi buta pun bisa melihatnya dengan baik. ini, disini, rebahkanlah kekhawatiranmu yang semakin hari menjadi gusar dalam doa-doa yang tabah. akan kuganti dari setiap amin yang kamu titipkan pada malam diam-diam. hati yang kemarin kamu pertaruhkan untuk menemukanku dalam mereka laut yang kesulitan kamu pelajari siapa Tuhannya, yang telah bersusah payah kamu coba taklukkan.

tidak apa-apa. tenggelamlah sesekali, mungkin lima, teguk pilunya, dan pelajari dengan bijak. pada akhirnya, jiwamu yang diberi nama manusia akan piawai membawa diri. paling sedikit, penjaga yang tahu kapan dan untuk apa waktunya sepadan dengan raga yang tersedia.

aku akan menerima sebutan sialan, menyebalkan! dalam hidup bagai keputusasaan jarum dalam jerami dengan senang hati, malah. setidaknya, kamu adalah pelaut yang cukup handal karena aku, dari jatuh-bangun-tenggelam-terbentur-salah nama dan angkatan telepon yang kesalnya harus diangkat.

bahkan, syukurku akan terpenuhi menjadi sebuah tetes melengkapi lautanmu. aku adalah satu tetes yang akan cukup membuatmu rumpang kapan saja, yang akan kamu kejar dengan bodohnya kapan saja. katakan saja terdengar ganjil. siapa peduli. aku tidak akan menjadi mudah karena aku adalah pembalut kulit dan hati terlukamu dan akan selamanya menjadi tugasku.

namaku lebih dari sebuah harap. aku tak akan pernah dan ingin menjadi harap, sebab payah adalah nama kedua dari harap. aku adalah, “kamu bisa mempunyai bagian besar dari kue ini.” atau, “tentu saja. aku punya alasan untuk mengemudi dengan hati-hati dan kembali.”

namaku sederhana.
sederhana dan akan selalu nyaman.
setelah hari itu yang penuh prasangka dan tanda tanya dari dunia yang kamu kenal dan tidak.
namaku adalah seorang pelindung dan pahlawan yang gigih nafasnya, nama yang ketika rindumu akan lapar dan kehausan menemui pelepasnya.
aku adalah kemenangan dan hadiah kemurahan hati.

rumah.
Sundari Mahendra Mar 2017
Selamat ulangtahun anakku
Sudah dewasa kau kini....
Bertambah2lah kau bijak
Pandai2lah kau bergaul
Biarlah ucap dan lakumu baik
Orang akan memperhitungkan engkau

Selamat ulangtahun anakku
Dewasa bukanlah jumlah umur
Bukan pula besar tubuh
Apalagi tinggi badanmu
Rendahkanlah hati
Berbagi dan peduli yang lain
Itulah dewasa yang sesungguhnya

Selamat ulangtahun anakku
Terbanglah tinggi setinggi citamu
Lepaskalah segala belenggu
yang mencekam dan menahanmu
Untuk maju dan maju
Menapak dikesuksesan yang menunggu

Selamat ulangtahun anakku
Ingin kuucapkan kata2 ini
Sampai usiaku tinggi
Menggapai Sang Khalik
Amira I Jun 2020
Bulan kembali memutari bumi
untuk ke-enam kalinya di tahun ini.
Bersyukur, hanya itu yang dapat kulakukan
untuk segala nikmat yang masih kurasakan.
Kalau kata Pak Sapardi, dalam sajaknya
« Hujan Bulan Juni ».
Ia itu tabah, bijak, dan arif.
Namun, akankah ia turun kali ini?
untuk merahasiakan, menghapus, dan membiarkan––
––segala sesuatu perbuatan manusia, pun baik dan buruk.
ditulis pada tengah malam pergantian hari pertama ke hari kedua bulan Juni.

— The End —