Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
pukul empat sore tadi
seorang pria tua penuh keriput diwajahnya
pergi melangkahkan kaki rentanya
keluar dari pondok jati tempat semalam ia terlelap
lengkap dengan pakaian rapih kebesarannya, sepatu boot dan tak lupa topi baret miliknya

diambilnya sepeda jengki bercat kusam
dengan sedikit bercak karat pada besi besinya
yang disandarkan oleh empunya pada pagar kayu depan pondok

digiringlah sang sepeda jengki menuju jalan sambil melangkah
menuju tempat tujuannya
selang beberapa saat, ia tunggangi sepeda jengki itu
ia kayuh sambil berpeluh pada dahi sampai ke tubuh
berbulir menetes tak ada ragu

lirih ia dendangkan lagu
yang telah ia hafal selama hidupnya
saat ia masih muda
yang dapat memacu semangatnya dulu
saat akan hendak pergi berperang bersama kawan-kawannya dulu

sesampainya ia di Jalan Kusumanegara
di depan taman berpagar tembok putih
di-remnya sepeda jengki kusam itu
tepat di tepi seorang wanita yang sudah terduduk rapi menggelar dagangannya

"Saya beli kembangmu, cukup lima ribu saja." itu katanya
sang wanita penjual lekas membungkuskan permintaannya dengan senyum dibibir

sembari memberikan bungkusan kembang kepada pria bersepeda jengki itu, ia lalu bertanya "Kalau boleh saya tahu, untuk siapa kembang ini Bapak beli?" ujarnya santun hormat

sang pria bersepeda jengki terdiam, ia lalu tertawa kecil
tawa khas seorang di usia senjanya

"Saya mau jenguk kawan seperjuangan saya, hari ini 20 Desember, tepatnya 68 tahun yang lalu, ia berpamitan ingin menuju dunia Qadim milikNya saat kami sedang berjuang untuk Negara" jawabnya

Pria bersepeda jengki itu lalu undur diri, dititipkannya sepeda tua miliknya
pada sang wanita penjual kembang, ia lalu berjalan kaki
memasuki gerbang tembok bercat putih
bertuliskan Taman Makam Pahlawan Kusumanegara
Daerah Istimewa Yogyakarta
dengan langkah mantap dan juga senyum mengembang di wajah keriputnya

" Assalamu'alaikum, Aku njaluk sepuro yo Di Mas, Kepriye kabarmu? Ayo gek tak ceritani kabar Indonesia saiki! "
terinspirasi saat berada di kota Yogyakarta melihat Para Veteran di kawasan Alun-Alun Selatan Kota Yogyakarta di sore hari, saya rindu suasana Yogyakarta :)
Megitta Ignacia Jul 2019
membingkai itu ada tujuannya
dilapisi kaca biar tidak terkotori
aku mengamplas ingatan yang sempat luntur
terbawa pada lamunan utuh & seruan sendu
silam, bertumpu berapi-api enggan berkeputusan asal
sampai kini, aku masih patuh pada prinsipku

kamu memintaku,
namun hatiku berprasangka itu rancangan induk
bukan asli pemintaanmu
kupilih menepikan diri
diam-diam berharap kamu bercerita lebih dalam
tapi nihil, malah indukmu maju
aku mau, tapi apa keputusan ini benar
pepetan restu, tekanan waktu
dihimpit ketakutan indukmu atas cemooh
orang, siapa? tetangga? saudara?

keengganan bersepaham
kuuji kamu dari belakang
menantang setara, seimbang, sejajar
lontaran kata pengundang debat
berlindung atas wejangan duda muda yang baik
"dua jenis prinsip tujuan pernikahan"
satu, untuk memulai keluarga baru
dua, untuk menyatukan keluarga
dengan kesadaran kupilih yang bertolak denganmu
karena saat itu aku belumuran ragu
sejauh mana kedewasaanmu?

kamu gagal pada tesmu,
tapi aku tetap bertahan kala itu,
setelah semua berjarak, mungkin kamu sadar ikatan pernikahan bukanlah hal main-main
kubedah diriku, ada setitik kekecewaan
seumpama semesta menghajarku dengan keras
tapi Ia tidak melepaskanku pada maut
disadarkanNya pula, inilah jawaban doa
"jauhkanlah aku dari yang jahat & dekatkanlah dengan yang baik"
jari manisku takkan tersemat cincin duri sebab ranting emas berbunga daisy telah memekarkan diri
230719 | 19:35 PM udah di kost Bali lagi, minum kopi sambil makan roti canai, ini luapan emosi, tentang transformasi ke arah yang baik. Tuhan menjaga kita semua.
gadisunja May 2022
Pernah, satu hari dari banyak hari lebaran, aku pergi ke Indomaret sendirian. Jarak rumah dengan tempat itu tidak jauh, tapi perjalanan ke sana terasa lamban. Tahu kenapa? Sebab aku pergi dengan sembunyi-sembunyi hihii. Tujuannya hanya satu, untuk berburu es krim corong Wall's Moo.

Kalau dingat-ingat, rasa es krimnya memang tidak sepremium Magnum. Wall's Moo hanya menyuguhkan rasa susu dan itu sudah lebih dari cukup bagi kami kaum anak lugu tahun 2009-2010.

Sesampainya di rumah, aku sama sekali tidak disambut marah oleh orang-orang rumah. Mbak Chandrani menghampiri.
"Habis jajan yaa? Beli apa?"
"Iya, beli Wall's Moo satu."
"Cuma satu ya? Yasudah nda apa-apa, lain kali harus ingat kalau ada angka 3 setelah angka 2 dan angka 1 sebelumnya, ya?"
"Hah? Maksudnya apa, Mbak?"
"Lain kali, kalau kamu merasa ada cukup uang untuk jajan apa aja, cobalah ambil tiga atau nda sama sekali.
Supaya apa? Supaya selalu ada cukup ruang di hati untuk biasa berbagi."
Belakangan aku mengerti, kalau es krim yang kubeli hanya satu, kebahagiaannya hanya aku sendiri yang  bisa rasa. Kalau es krim yang kubeli ada tiga, kebahagiannya bisa dirasakan semua.

— The End —