Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
fatin Oct 2017
menangis dan berontak jiwa muda
melawan prejudis dan komunis
minda anak kecil pula dijajah
katanya ini untuk masa depan
namun mereka lupa dan sentiasa lupa
dunia ini sifatnya selamanya sementara

diktator terus tersenyum
korupsi negeri negeri menjadi bukti mereka kuasa besar
kapal empayar tidak lagi membawa selamat
malah
--membawa mangsa untuk segala seterusnya

rakyat pula umpama anak kecil
terumbang ambing dan terus merengek
gaduh rebutkan yang tak pasti
cuma ada beberapa yang berani, kan kedengaran suaranya
lalu mereka itu dibunuh
agar senyap
agar tiada masalah ditelinga

kelihatan belia itu duduk
menongkat dagu
keluh resah dan bimbangnya kedengaran
berat nafasnya
--lalu berapa lama lagi?
tanda soal yang tidak berjawab di minda nya
umpama terdampar di laut dengan pelampung
menanti untuk diselamat
tapi masih tak pasti.

seru untuk semua yang ada;
yang masih berkudrat
yang masih waras akalnya
--lalu berapa lama lagi?

-f 1029pm oct 2nd
Diadema L Amadea May 2021
hah
bajingan

aku ingin seperti itu
tapi kita seperti ini
mungkin memang seterusnya harus seperti ini
paham tidak si aku begini juga karena meragu

ah bajingan!
nabilah Jun 2020
-
Dia habiskan beberapa malam untuk menangis
Sendiri ditemani kesedihannya yang tak mau pergi
Mengutuk diri karena lemah hati
Hangatnya hilang lantaran yang dirasa hanya dingin
Jatuh seribu kali, bangun seribu satu kali
Dia bantu dirinya sendiri untuk berdiri
Sudah tugasnya menjadi selalu terlihat gigih
Kesepian sudah menjadi teman baik
Hampa seakan sudah memiliki tempat khusus dalam diri
Tidak apa-apa menjadi lemah malam hari
Asal kembali tertawa besok pagi
Dan seterusnya begitu lagi
Tidak sabar menanti rasa yang akan mati
Erenn Jun 1
Kata orang, jiwa yang ditakdirkan
tak selalu bertemu di musim bunga—
kadang mereka bersua dalam runtuhan
dalam perit luka yang hampir sembuh
di antara senyap dua jiwa yang pernah patah

Kau hadir bukan seperti guruh
tetapi seperti dendang yang lama ku lupa
suaramu—
bahasa yang tulangku sudah mengerti
senyumanmu—
pintu yang pernah ku mimpikan
jauh sebelum aku berani mengetuk

Kita tak berselisih
Kita teringat
Seperti bintang lama yang masih berkedip
seperti hujan yang mengulang jejak di jendela
yang pernah dikenalnya dalam dunia lain

Saat kau genggam tanganku nanti
ia bukan sekadar hangat—
ia kenangan
Dari ribuan malam yang telah kita lalui
di kehidupan yang lebih lembut
di mana kau tak pernah perlu pergi
dan aku tak perlu menunggu

Aku menyayangimu sebelum aku tahu wajahmu
Dan saat aku akhirnya menatapmu
aku menangis—bukan kerana bahagia
tetapi kerana segala hayat
yang pernah ku cari
dan tidak menjumpaimu

Kita adalah sedih di balik lagu lama
alasan rasi bintang enggan pudar
nama yang laut bisikkan
pada bulan yang selalu diam

Dan walau dunia melupakan kita
walau di hayat seterusnya kita hanya bayang
jiwaku tetap membawa lukamu
dan degup nadiku
akan sentiasa satu detik lambat
menunggumu menyusulnya

Kerana saat semesta menulis namamu
ditulis juga namaku di sebelah—
bukan dengan dakwat
tapi dengan kerinduan
Selamanya.


Erennwrites

— The End —