Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
 
senjakala Jul 2019
Sebenarnya, kamu ingin berpulang, atau hanya mengulang?
Aku bukan jalan pintas; pun bukan sosok yang bisa membawamu terbang ke atas, tetapi aku bisa menjadi seorang gadis yang bisa mencintaimu tanpa batas.

Kamu berulah, aku mengalah.
Kamu benar-benar meninggalkan aku, maka aku akan menghapusmu tanpa ragu.

Terima kasih;
untuk semua waktu yang berlalu,
untuk segala rindu yang palsu,
dan harapan yang kamu hempaskan.

Aku tak akan mencari pengganti, bukan karena kamu tak terganti, melainkan karena aku akan mulai meniti langkahku seorang diri.
senjakala Jun 2019
Jangan takut sendirian,
sebab semuanya aman.
Indah pada waktunya,
semesta punya rencana.
senjakala May 2019
Berhenti membuat gundah,
katakan kamu punya rasa.
Jika tak berani berkata,
maka sudahi saja lah.
senjakala May 2019
Di saat aku tak mengharapkan kehadiranmu, kamu datang dengan wajah sendu, seakan mengungkapkan rindu, mengisyaratkan tak ingin melepasku.
Apa-apaan kamu ini—berulang kali jadikan aku Yang Tersisih; tak pernah malu membuat aku ragu.

Biasanya, aku yang bertanya kepada diriku sendiri;
Apakah aku, yang harus selalu memperjuangkan dirinya?
Apakah aku, yang harus selalu menjadikannya nomor satu?
Apakah aku, yang harus selalu menghujaninya dengan kasih sayang?

Apakah aku, yang harus selalu memberikannya perhatian?
Apakah aku, yang harus selalu mewujudkan impiannya?
Apakah aku, yang harus selalu memanjakannya dengan cinta?
Apakah aku, yang harus selalu jatuh dan merindu?

Apakah aku, yang harus selalu—
... dan segala pertanyaan lainnya masih kusimpan dalam hati.
Kita sudahi sampai di sini, karena sebentar lagi, tangis tak mampu berhenti.
Kita akhiri sampai di sini, sebab aku tak ingin dia lagi.

Aku bertahan, dengan senyuman.
Kubiarkan dia bepergian, tanpa tahu arah pulang.
Kubiarkan dia terjaga, tanpa tahu aku menunggunya pulang.
Kubiarkan dia berkelana, tanpa tahu aku menahan kerinduan.

Kubiarkan dia ...
... pergi.

Di saat aku sudah berhenti—menutup hati, berjuang pergi, berjanji tak akan kembali—kamu datang tanpa permisi, membuat hatiku lagi-lagi perih; pertanda aku masih di sini, setia menanti.

Jangan tertawa, aku tak sedang bercanda.

Bagaimana, jika kita ubah sudut pandang kamu menjadi aku?
Bagaimana, jika kamu berada di posisi aku?
Bagaimana, jika kamu menjadi aku, yang senantiasa menjaga rindu, menantikan kehadiranmu, tanpa tahu, di mana kamu?

Bagaimana?

Di saat kamu membutuhkanku, maka cari aku, meski kamu harus tahu, aku mungkin saja tak sedang menantikan kehadiranmu.
Di saat kamu menginginkanku, maka kejar aku, meski kamu harus tahu, aku bisa saja sudah tak lagi menginginkanmu.

Jangan mengira, aku akan selamanya setia, menunggumu berubah rasa di setiap langkah.
Jangan menduga, aku akan selalu ada, setiap kamu membutuhkan aku ada di sisimu selamanya.
Jangan membual, karena aku tak lagi kenal dirimu dalam khayal.

Saat menjadi aku, jangan lupakan kebiasaanku menanyakan kabarmu, meski kamu menjawab hanya di saat kamu membutuhkanku.
Saat menjadi aku, jangan lupakan kebiasaanku menjadi pendengar, meski kamu tak sadar, aku memperlihatkan tatapan nanar saat melihatmu liar.

Ingatlah satu hal, aku tak akan mencarimu dan berdiri di sampingmu lagi, sebab aku tahu, kamu hanya berlari menemuiku saat kamu kesepian mereka tak ada untukmu.
Ingatlah lagi, aku tak akan menjadikanmu pemilih, karena kali ini aku yang akan memilih.
senjakala May 2019
Memandangmu dari kejauhan, aku memang menjadikanmu harapan, tetapi detik ini kukatakan, aku akan menyimpan, membuang seluruh kenangan, dan melepasmu dari jangkauan.

Aku tergoda, karena kamu ada di saat aku merasa hidupku hanyalah kesialan semata.
Aku terjatuh, karena kamu menemaniku menyusun kembali hati yang sempat patah hingga utuh.
Aku terbuai, karena kamu memberiku seringaian yang menggugah hati.

Aku merasa, menjadikanmu asa, tetapi kusadari kamu terpaksa.
Aku suka, anganku kamu tak memberi luka, tetapi kamu hanya menganggapku sebagai salah satu rentetan angka.
Aku di sini, menantimu kembali, meskipun sejak awal tak pernah di sisi.

Kamu tidak pernah sekalipun mencariku di tengah keramaian.
Kamu tidak pernah sekalipun berbalik dan memelukku dalam diam.
Kamu tidak pernah sekalipun menyuarakan kata suka, yang teramat kunantikan sebagai bentuk kejujuran.

Kamu tidak pernah suka, tetapi mengapa kamu buat aku terlena?
Kamu tidak pernah cinta, tetapi mengapa kamu perlakukan aku bagai punya rasa?
Kamu tidak pernah menoleh, tetapi mengapa kamu buat aku meleleh?
Kamu tidak pernah, hanya aku.

Kesalahanku, menyayangimu sepenuh hati, tanpa tahu kamu mungkin saja membawa luka yang tak mampu kusembuhkan lagi.
Ketidakberuntunganku, memilihmu di tengah keramaian kotaku, membuat hati selalu risau, padahal sudah pasti sekarang kamu sedang tertidur pulas.

Kubiarkan kamu hanya angan yang kini menjadi kenangan.
Akan aku tenggelamkan di dasar samudra terdalam, dalam diam, dan berjanji tak akan kembali menyelam.
Inginku melupakanmu, mengganti presensimu dengan yang baru, meski sulit bagiku.

Aku menjadikanmu yang pertama, tetapi kamu tak melakukan hal yang sama.
Jika suatu hari nanti kamu menoleh ke belakang dan mendapati aku tak lagi berdiri di sana, jangan kamu berusaha mengajakku kembali, sebab aku tak akan memilihmu untuk kedua kali.
senjakala May 2019
Jangan hanya menunggu.
Tak perlu meragu,
sebab di balik sendumu,
ada aku yang merindu.
senjakala May 2019
Ini adalah kisah tentang angan dan kenyataan.
Bukan tentang dia yang tanpa sadar membuatku jatuh cinta, kemudian menghempaskan diriku begitu saja.
Semua begitu indah, sampai suatu hari dia mematahkan sayapku, dan mencampakkan aku kembali ke tanah.

Aku pernah bermimpi; seorang taruna menghampiriku yang sedang duduk sendirian di sebuah taman.
Tanpa kawan; aku memang sedang tenggelam dalam pikiran tentang angan.

Dia mampir dengan maksud menjadi titik akhir dari seluruh penantian panjangku.
Setidaknya, itulah yang aku harapkan menjadi satu alasan pasti mengapa dia datang ke dalam hidupku.

Aku tak peduli siapa dia, setampan apa rupanya.
Aku tak memimpikan seorang pangeran berkuda putih datang membawa emas dan berlian.
Aku pun tak berangan ingin dihujani pujian dan harta kekayaan.
Aku tidak butuh semua itu.

Bohong, pasti ada yang merasa aku hanya melakoni peran.
Atau, memang sudah diucapkan untuk menceramahiku.
Sungguh, telingaku panas.
Aku memang begini, tak suka hal-hal tinggi.
Hanya akan memilih dia yang mencintai sepenuh hati.
Next page