Ku ingin s'lamanya Mendengar indahnya suaramu Melihat rupawan wajahmu Ku ingin sekali saja Menyentuh hangat tubuhmu Menggenggam erat tanganmu Memeluk erat tubuhmu Mencium pipimu
Kakak... Ku ingin s'lamanya Mengagumi dirimu Mencintai ragamu Memiliki jiwamu
Kau kah itu? Bayangan yang kabur Lepas dari ragamu Kau kah itu? Yang memetik senar Dan mulai berlagu Kau kah itu? Yang buat ku tersenyum Tiada henti di setiap waktu Kau kah itu? Yang buat mataku S’lalu tertuju padamu Kau kah itu? Yang buat ku gila Tak henti memikirkanmu My King… Kau kah itu? Yang kini ku rindu Selalu… Kau kah itu?
/1/ Merindu berarti meranggas Bak guguran detik demi detik Pada tangan pedih di petang hari Merindu berarti meradang Saat senandung semu Dari semua kisahmu Menorehkan luka Pada jejak lisanku Yang tak kunjung bermuara Karena kita yang bertualang Hanyalah jiwa dalam deru Jerit
/2/ Siapa yang tinggal dalam gelap Jika bukan sekumpul hantu Dan kepulan sisa ragamu Yang denyut nadinya Sangat susah untuk kuraba Untuk apa membunuh diri Bila ternyata Tak pernah hidup Di cinta hingar bingar Di pilu tak berpijar Sumbu tubuhmu Akankah menyala lagi Apabila ku dekap dalam ratap?
/3/ Terbitnya kabut Setelah fajar Takkan bisa Gantikan Kenanganmu dalam redup
indahnya kota jogjakarta pada malam itu tidak seberapa indah dengan binar mata dan senyum lekuk bibir mu pada malam itu, bising klakson mobil pada kemacatan malam itu bahkan bukanlah perihal yang menggangu. nyaman, bahkan bagiku semua tenang. teringat jelas bagaimana kita menelusuri kota jogja sambil mendengarkan lagu saat kau menggengam tanganku erat, bagaikan takut kehilangannya. untukmu Tuan, sosok yang selalu memberikan ku kehangatan di malam hari disaat semua bergetar kedinginan. tubuh dan ragamu yang amat ku kasihi, terima kasih sudah memperlihatkan indahnya dunia yang pernah jahat ini. padamu Tuan, aku mengundangmu untuk sejenak meletakan kepala mu dibahuku dan menikmati malam yang indah, berdua.
tuanku telah meninggal sudah tak dapat lagi ia ucap sajak-sajak getir perlawanan atas tuhan apalagi senandung bintang atas kita
tuanku telah meninggal sentuhannya dingin tubuhnya kaku sajaknya menjadi pisau dan gurauannya antarkan duka
ia tetap tertawa dalam kematiannya karena jasadnya dapat terus hidup sebagai manusia lain yang bagiku, entah siapa yang bahkan tak kukenali danurnya
jika bisa aku ingin mengembalikan tubuh itu padanya akan kugali kuburan dalam hatinya kutarik keluar jenazahnya dan kubangkitkan, dalam sebuah peluk dan angan
akan kubiarkan ia merasuk pada tubuh tak berhati, tak berjiwa itu pada tubuh hidup gentayangan itu
Senyummu, tersimpan manis di benakku. Tatapmu, terkenang indah di pikiranku. Gerikmu, terbayang di memoriku. Tetapi, Hatikku, kosong tersimpan di ragamu. Perasaanku, terbawa oleh sosokmu. Memoriku, hanya kamu.
Rasa tanpa tuan ini takkan diam Tidak akan hilang karena hanya berganti Entah itu lebih berwarna Atau tambah kelabu Aku juga tidak mau tahu Yang jelas petualangan denganmu Rasanya berbeda Menyadarkanku bahwa ada sesuatu yang tidak mungkin Bukan, bukan ragamu, hanya hal bersamamu Denganku mungkin menjadi sulit untuk dilakukan Karena aku takkan minta hatimu Dan aku sudah menyerah tentangmu
••• Tak apa.. Dalam hidup pasti akan ada cela Tak apa.. Biarkanlah mereka semua tertawa
Hidup memang tidak akan pernah sempurna Namun, hidup akan selalu menyimpan cerita Dan selalu ada makna indah tersirat di dalamnya Yang akan menuntunmu untuk belajar dewasa
Dirimu hanyalah milikmu Ragamu akan selamanya menjadi milikmu Begitu pula dengan sukmamu, Yang akan selalu terikat dan melekat pada jiwamu
Mereka yang mencela Hanya melihat yang ada di depan mata Namun, dirimu lah yang tahu semua di balik realita Biarkan mereka puas mencela tanpa rasa iba
Namun, kau harus percaya Tiap nyawa memiliki kebaikannya Tiap jiwa memiliki indah benderangnya Dan tiap insan, pasti memiliki jalan terbaiknya
Kamu hebat meski tidak sempurna Kamu indah meski tanpa dasar fakta Teruslah berteman dengan semesta, Niscaya kau kan temukan "bahagia" •••