Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Pada suatu hari yang kejam.
Budi mau ke sekolah.
Ganti baju, minum susu, tidak lupa gosok gigi.
“Buk, Budi berangkat dulu ya.”

Ibu pertiwi tidak menjawab.
Budi melongok ke dapur lalu melihat ibu pertiwi.
Tampangnya kusut, pakaiannya berantakan dan matanya sembab.
Budi marah.
Sosok bangsat macam mana yang telah membuat ibu pertiwi sedih !
Di mana bapak pertiwi? Ibu pertiwi sudah jadi janda dan masih dicabuli. Memang anjing !

Jadi siapa yang telah membuat ibu pertiwi sedih?
Apakah si bangsat itu adalah mereka?
Yang menanam beton raksasa dan mengambil semua dengan paksa?

Atau apakah si bangsat itu adalah kalian?
Yang menumpang dan mengotori air udara tanah, menggusur alam atas nama pembangunan?

Atau apakah si bangsat itu adalah dia ?
Yang berjalan angkuh dan tamak. Sesekali mencari peluang, sumber daya mana lagi yang bisa di sikat ?
Babat terus tambang, sekalian laut, hutan, juga hewan!

Atau apakah si bangsat itu adalah saya ?
Bersembunyi di balik hati nurani yang katanya peduli, katanya cinta bumi, saya adalah omong kosong!
Saya tidak benar-benar cinta. Jijik betul merasa ibu pertiwi sungguh berarti, ikut menjerit ketika ia ternodai, mana yang lebih munafik apakah diri saya atau aksi ?

Pada suatu hari yang kejam,
Budi tidak berangkat ke sekolah.
Akal sehat budi meronta ingin lari selamatkan diri bersama ibu pertiwi.
Anak cicit Adam dan Hawa terlalu goblok dan jahat.
Manusia terlalu serakah dan merasa berkuasa.
Lihat itu,
Asap hitam pekat bergerak mendekat.
Mampus kau! Ibu pertiwi sudah sekarat!

Pada suatu hari yang kejam,
malam datang dan manusia mulai buta.
Ibu pertiwi gelap gulita, budi merangkak tanpa arah.
Apa perlu listrik untuk buka mata?
Atau cukup hanya sepercik bara?
Budi bingung. Ibu pertiwi sedih. Bapak pertiwi bodo amat.
untuk pertama kali saya bacakan tanggal 22 Juni 2019 dalam acara “Diskusi Panel: Dimulai dari Kita kepada Lingkungan” oleh Light Up Indonesia, Weston Energy.
Megitta Ignacia May 2019
Us
Raguku telah kau hapus
Namun bungkammu sendiri yang membuatmu mampus
Tak terkesan serius
Mana kutahu kau mau berlabuh atau lanjut terus
Kamu kira aku jenius
Kau saja telah berhenti mengurus
Tiada perhatian, peduli, ataupun aplaus
Gelagatmu tandus
Payah kau, si rakus
Secuil sesal ini membius
Sayangnya tak ada rumus
Hanya bersisa putus
Ah sudah pupus
Tak mau lagi ku terjerumus
Kamu tetap jadi kultus
220519 | 2:54 AM | Kost's A
I can't sleep, feeling awful, incessantly listening to Sal Priadi's melancholist songs with tears running down my cheeck. I'm triggered again, my trauma. This is just how my body cope with a broken heart. Maybe it's just how my oxytocin levels fell down to the floor. I can't stop thinking why you put me in this unfair situation, hurts me, ypu playing victim, making a simple thing that can be fixed easily, massive. In instance you said I am the one who cause this relationship to end, without asking me why I did the thing I did. But yea, whatever, I believe God's way is for good future.
Luc Nov 2017
Sejuk Gila Babi
Ako sudah boleh Mampus
I am Cold and Hungry

— The End —