Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
31 Oktober 2016
Dini hari, Jakarta-Surabaya, Pukul 00.45


30 menit yang lalu, kau bertanya kepadaku,
"apa yang membuatmu bahagia?"
secangkir kopi, malam dan hujan jawabku
lalu kau mengernyitkan kedua alismu dan bertanya,
"kenapa? kopi itu pahit, malam itu sendu dan hujan hanya membawa pilu"

"Karena aku menyukai kejujuran pada kopi,
Ia jujur akan dirinya. ia yang pahit rasanya. ia yang hitam parasnya. tanpa bersandiwara. tapi itulah hal yang mencandu darinya.
Karena aku menyukai kesederhanaan malam,
Ia tak perlu harus bersinar, ia cukup indah dengan bintang di dalamnya tanpa dengki ingin menjadi siang.
Karena aku menyukai keikhlasan hujan,
Ia tetap ikhlas menjatuhkan dirinya meski banyak yang memaki dirinya dan berharap ia tak pernah datang."

kau termenung kembali,
dahimu berkerut memikirkan sesuatu
"apakah hanya itu?" tuturmu lagi
dan aku hanya tersenyum,

"aku hanya ingin menjadikan diriku seperti mereka, tidak berlebih pun tidak mengapa, hanya ingin menjadi dan merasakan kejujuran seperti kopi, kesederhanaan seperti malam dan keihklasan seperti hujan."*

kau tersenyum mengejek
"Kau terlalu naif" tandasmu dan aku hanya tergelak,
seperti itulah aku, jawabku
pada akhirnya, kau turut tergelak jua bersamaku
menutup pembicaraan dini hari kita kala itu.
kepada kamu yang telah mengajarkanku mengenai kejujuran, keikhlasan dan kesederhanaan, terima kasih telah menjadi kopi, malam dan hujan bagiku.
Megitta Ignacia Jul 2019
berhenti sebentar
amati tangga kehidupan
beberapa melesat kencang
beberapa berleha-leha
beberapa meronta terpenjara
bersandiwara mencengkram erat muslihat
beberapa berhenti berkoar
betah hanya memandang 1 arah
acuh membangun bata perbatasan
agar ujungnya jiwa tak lagi rapuh

kulihat semuanya budak
diantara kerumunan manusia
golongan batasnya
pendapatan pengeluaran
semua saling bertukar jerit
"memangnya kau siapa?"
220719 | 8:51 AM di kamarku, kamarku sendiri, masih di kota kesayangan Bandung, mau ke Majalengka airport. Tuhan jaga keluargaku amin.
Gadis kecil berpipi bulat senang menari di taman.
Kadang sendiri, kadang bersama kawan.
Suatu hari gadis kecil berpipi bulat bertemu seekor singa.
"Jangan dekati dia! Dia sedang terluka!" Teriak seorang teman.

Gadis kecil berpipi bulat memperhatikan Raja Hutan.
Luka bekas sayatan menganga lebar di dada.
Ia bermandikan darah dan air mata.
Gadis kecil berpipi bulat terkesima.

"Tuan Singa, Tuan Singa! Siapa yang melukai anda?" Tanya gadis kecil berpipi bulat penasaran.
Seekor singa dengan bulu kecokelatan lebat sekilas mendongak, lalu kembali tergolek lemas.
Sekilas bola cokelat mengintip dibalik mata sipitnya.

"Tuan Singa, Tuan Singa ! Apa anda kesepian atau ingin mencari mangsa ?"
Tanya gadis kecil berpipi bulat penasaran. Ia terpesona dan ingin mengobati Raja Hutan.
Tapi bisa saja ia disantap sekali lahap.
Gadis kecil berpipi bulat tetap tidak beranjak.

                  Semoga gadis kecil berpipi bulat tidak dalam bahaya.

[Jakarta, 17 Juni 2019.]

__


Gadis kecil berpipi bulat menemani Tuan Singa bercerita.
Seekor betina pernah singgah dan mempermainkan luka.
Tuan Singa pandai bersandiwara!
Sesekali tertawa di selipan duka.
Gadis kecil berpipi bulat melihat.

Gadis kecil berpipi bulat menemani Tuan Singa bercerita.
Tuan Singa pernah kesepian dan ketakutan.
Takut menengok ke belakang dan diterkam dosa.
Seekor raja hutan meninggalkan banyak korban, pun selamatkan diri sendiri ia lupa.
Gadis kecil berpipi bulat terdiam.

"Semudah itu manusia mati dan semudah itu manusia hidup." Dongeng Tuan Singa.

Si Raja Hutan lelah, dan mulai menyanyikan lagu "Bangunkan Aku ketika September Usai" dari Hari Hijau.
Gadis kecil berpipi bulat menikmati senandung minor luka pengantar tidur.

"Tuan Singa, aku mengantuk. Tapi izinkan aku menemani tuan sampai tuan tidak butuh aku lagi, ya.
Selamat tidur dan bermimpi.
Semoga mimpi malam ini indah."
Ucap Gadis kecil berpipi bulat sebelum pulas.

[ Jakarta, 22 Juni 2019 ]

——

Gadis kecil berpipi bulat sudah terjebak.
Gawat.
Raja hutan mempermainkan teka-tekinya.
Gadis kecil berpipi bulat sibuk mengobati hingga lupa ia pun melukai diri sendiri.

“Tuan singa. Tuan singa.
Apa yang tuan inginkan?
Sebuah hati lagi, atau aku beranjak pergi?”

[5 Agustus 2019]

——

Raja Singa sedang terluka.
Ia gelisah.
Tapi gadis kecil berpipi bulat tidak bisa mengobati.
Atau,
bukan dia, yang sang raja cari ?

[19 September 2019]

_

Cukup.
Waktunya telah tiba.
Gadis kecil berpipi bulat harus pergi.
Semoga kamu bisa tidur.

[04 Oktober 2019]
Saya tulis untuk seorang Singa yang pernah saya kenal.
Safira Azizah Sep 2019
Benih investasi
adalah basa-basi
yang ditaburkan pada bedeng mimpi
lalu dibiarkan bersemai, menjadi
omong kosong yang menjulang tinggi.

Dalam pendar pariwara
diksi-diksi bersandiwara
demi sebuah pasti yang tiada
dibubuhi bukti yang mengada-ada

hanya ada pundi-pundi
bersembunyi di balik senyum keparat
yang gilang gemilang
begitu girang lagi gemirang.

Investasi, investasi
masa kini, masa nanti
omong kosong tetaplah
omong kosong.

— The End —