Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Detha Apr 2016
Cinta bukan melulu soal siapa yang lebih dulu. Yang telah lama singgah bisa jadi sama rapuhnya dengan yang sekedar lalu-lalang.

Cinta bukan melulu soal detak jantung yang berdegup kencang, bukan melulu soal pupil yang melebar. Yang telah kehilangan nafasnya bisa jadi yang semenjak dahulu telah menyimpan asa.

Cinta bukan melulu soal hukum tawar-menawar. Saat sudah kehabisan apa yang ditawarkan, terkadang cinta dengan naifnya tetap menyambut dengan tangan terbuka. Persetan dengan hukum ekonomi, yang memberi kurang bisa jadi telah memberi seluruh yang mereka miliki.

Cinta bukan melulu soal mengabaikan ketidaksempurnaan. Justru cinta menerima seutuhnya, segala kesempurnaan maupun ketidaksempurnaan. Setiap gores dan luka, bukalah mata dan terimalah mereka dengan utuh. Yang terlihat baik bisa jadi membuatmu menutup mata atas keburukan mereka.

Cinta bukan melulu soal apa yang terlihat, karena bisa jadi indera kita dibuatnya luluh lantak di hadapannya.
“Tak ada cinta yang muncul mendadak, karena dia anak kebudayaan, bukan batu dari langit.”
—Pramoedya Ananta Toer,
'Bumi Manusia'
Noandy Feb 2016
Aku kerap melihat segerombolan
Anak kecil
Menengadah takjub
Pada keburukan rupa arakan
Berpuluh awan mendung.

Mereka terus menatap seolah
Tiap gumpalnya adalah punuk di punggung
Malaikat
Yang akan menghujani mereka
Dengan berpuluh hadiah kecil
              Kecil
                      Kecil
Andai aku anak kecil
                                   Bocah
Aku mungkin tahu apa yang
Disembunyikan
Tiap guratan murung awan itu.

Mungkin,
Aku akan dapat melihat hujan
Sebagai sesuatu yang lebih indah
Daripada isak tangis ketiadaan.

Sekarang,
Kita sudah tua
Murung lagi muram.
Akankah kita berlinang,
Dan sirna setelahnya?
Loveeyta Sep 2019
Hembusan angin menderu rayu,
Tak henti aku mendengar cerita tentang bagaimana kau sangat mencintai hidupmu,
Bagaimana kau selalu melihat kebaikan dalam segala keburukan.
Bagaimana kau selalu memaafkan dalam segala kecerobohan.

Sial, bagaimana ada orang seperti kamu hadir di dunia?
Tidak pernah mengkhawatirkan tentang kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi,
Tidak seperti aku.

Kembali aku menoleh ke matamu,
Yang katanya bintang pun tidak bisa bersinar se terang itu.
Ku pertajam lagi tatapku,
Meyakinkan diri bahwa bintang pasti menang,
Dia pasti menang atas dirimu.

Sial, aku salah lagi.
Kamu menang atas segalanya.

Termasuk atas diriku.

— The End —