Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Favian Wiratno Aug 2018
Cinta kembali muncul saat itu
Bersamaan dengan senyuman pasangan itu
Tatapan mata mereka bertemu saat itu
Yang satu pernah mencintai
Yang satu pernah dicintai
Cinta kembali muncul saat itu
Bersamaan dengan semburat oranye diujung barat dunia
Digantikan dengan gelapnya malam bersama terangnya bintang.
Tik tok tik tok
Suara jarum jam menggema dalam ruangan kosong tanpa makna
Menggerogoti memori memori lampau
Menghadirkan sebuah kenangan
Tik tok tik tok
Sunyi, sepi tanpa kehadiranmu
Senyumanmu
Kerinduanku
Menjalar disetiap nadiku
Tik tok tik tok
Engkau pria ku
Tegakah kau membuatku menunggu
Menunggu hal yang tak pasti
Bagai matahari dan bulan yang berdampingan
Tik tok tik tok
Bahkan eksistensimu melebihi suara jarum jam
Yang selalu menggema direlung hati ku
Yang bahkan kosong melompong
Tik tik tik tik
Kini tak terdengar lagi
Jarum jam sudah lelah
Waktu sia sia
Terkelupas bersamaan dengan hujan yang membasahi hati
Dhia Awanis Oct 2016
Kita pernah ada di suatu masa dimana rindu merupakan hal yang merapuhkan, sekaligus menguatkan di saat yang bersamaan

Kita pernah ada di suatu masa dimana hari-hari terisi oleh caci maki dan argumentasi—yang kini kusadari lebih baik mendengar suara ketusmu ketimbang tidak sama sekali

Perihal mimpi-mimpi, janji, serta harapan yang kandas di tengah jalan, aku turut berdukacita karenanya
stephanie Jul 2020
(Disclaimer: gue udh lama ga nulis jadi maaf ya kalo aneh he he he)

6 tahun. Itulah lama kita berteman.


Umurmu 14 tahun ketika kamu menyapaku dan mengajak berkenalan di ruang kelas 8B. Namamu bagus, Thevin. Tapi entah mengapa orang disekitarmu memanggilmu Ncek. Akupun mulai mengenalmu sebagai Ncek, teman pertamaku di kelas itu. Entah apa yang membuat kita menjadi akrab; aku yang sering memintamu untuk menemaniku berjalan ke Citraland sampai kamu jatuh sakit, atau kamu yang sukarela mengambil novelku yang dibuang ke tempat sampah oleh Pak Eko.

Umurmu 16 tahun ketika kita kembali berteman. Diujung masa SMP (dengan bodohnya) kita bertaruh untuk tidak berbicara lagi setelah lulus. Namun lewat Aji, kita memutuskan untuk berteman lagi, bahkan jauh lebih dekat dari sebelumnya. Kamu melindungiku dari patah hati dan aku mendengar kisahmu mengenai hatimu yang patah.

Umurmu 19 tahun ketika persahabatan kita terasa retak. Aku yang terlalu rapuh dan kamu yang menjaga aku dan dia secara bersamaan membuat semuanya semakin mustahil. Sahabatku menjadi sahabatnya; hal itu terngiang-ngiang didalam kepala. Aku memutuskan untuk menjadikanmu musuhku, orang yang sepihak dengannya. Padahal kamu hanya ingin menjadi sahabat yang baik bagi kami berdua.

Sekarang, umurmu 20 tahun. Kamu bukanlah orang yang sama seperti Thevin yang mengajakku berkenalan 6 tahun yang lalu, namun rasanya kamu masih familiar. Kamu terasa seperti kota Jakarta yang terus berubah namun aku tau aku akan selalu pulang ke rumah.

Dirgahayu Thevin. Selamat datang di masa dewasa.

Dimana kamu akan tertawa lebih keras bersama teman-temanmu. Bercerita lebih banyak kepada ibumu. Berusaha lebih sabar menjaga kedua adikmu. Berbicara lebih dalam bersama ayahmu. Menangis lebih banyak karena masalah yang menimpa. Memaafkan diri lebih dari menyalahkan diri.

Semoga tahun ini seorang Thevin dapat lebih mengenal dirinya sendiri!
Gina Sonya Mar 20
Berbagai hidangan tertata rapi di atas piring. Kamu duduk menghadap aku di meja makan ini. Kamu masih di sini.

Kerutan di ujung bibir tak akan mampu aku tahan, senyumku lepas bersamaan dengan pujian basa-basi yang kamu lontarkan atas upaya yang aku lakukan.

Matahari kembali hadir. Pagi hari datang lagi dan lagi.

Jika semua itu datang lagi, dengan berani akan aku hadapi hari yang menanti.

Akan aku tata berbagai hidangan di piring-piring. Aku sajikan makanan terbaik untuk menyambutmu di pagi hari.

Jadi, aku mohon bukalah matamu sekali lagi. Lantunkanlah tawa hangatmu untukku berkali-kali.

Dan akan aku sanggupi semua harap yang kamu warisi. Akan aku sanggupi karena kamu sudah banyak memberi.

Kamu beri aku rumah, kamu beri aku ruang melepas penat. Kamu tanamkan aku moral, kamu jauhkan aku dari aral. Kamu membangun mangkuk kaca berisi cinta, berharap aku tambahkan isinya dengan jutaan cerita.

Inginku, cerita kami terus abadi seperti bait-bait dalam puisi. Kamu dan aku. Cuma ada kamu dan aku serta semua hal yang kamu beri. Namun semua yang kamu beri begitu ringkih, begitu mudah hangus dilahap oleh api.

Cerita kami terpaksa berhenti. Menyisakan kenangan yang tidak bisa bertambah lagi.

Kobaran api meretih-retih mengisi sunyi. Tak tahu lagi aku bedanya nyala api dengan dendam yang meretih lirih.

Mimpi buruk membangunkan aku setiap hari. Aku bangun dan menata diri untuk menghadapi hari yang aku harap segera berakhir.

Aku harap kamu masih di sini.
Awal kisah ini adalah akhir, akhir kisah adalah awal. Kisah ini ditulis dalam format fictogemino. Jadi, setelah membaca tulisan ini dari awal sampai akhir, silakan baca dari paragraf akhir sampai paragraf awal.

— The End —