Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Surya Kurniawan Nov 2017
Tak tahu mengapa tiba-tiba Fatima terjatuh. Orang-orang pikir dia tertidur. Mereka mencoba membangunkan, namun sia-sia. Disentuh dengan hati-hati, tak juga berhasil.

Fatima dengan sepasang burka berkeliling di dunia ide. Mimpi-mimpi yang awalnya ilusi, kini nyata. Dia menari-nari diatas kesedihannya. Fatima mondar mandir mencari-cari sepasang burkanya. Burkanya yang satu dipasangkan di kepala pak Kucing.

Pak Kucing adalah teman yang baik. Artinya dia menemani Fatima dalam ide dan materi. Pak Kucing berkata bahwa Fatima adalah gadis yang cantik. Fatima terharu mendengarnya, tetes-tetes air matanya jatuh membasahi burkanya.
Pak Kucing menghibur, dengan membacakan teka-tekinya;

"Tiba-tiba, orang-orang merasa sia-sia berhati-hati. Mimpi-mimpi kini menari-nari, mondar-mandir mencari-cari tetes-tetes teka-tekinya"
Aridea P  May 2017
All I Ask
Aridea P May 2017
Dia yang memberikan irama obrolan begitu hangat di penghujung fajar,
Aku terlarut di dalamnya
Aku meminta lagi irama itu di fajar selanjutnya

Aku adalah oasis yang membantu melepaskan dahaganya,
kala ia berkelana di gurun nan tandus
Namun setelah segar kembali ia menyumbat mata air dengan pasir
Lalu ia berkelana kembali
Tuk mencari oasis selanjutnya, tuk menyumbat yang lain-lainnya

Dia lalu kembali ke jalan berkerikil menuju rumahnya
Dikala ia harus memilih di antara menyimpan kucing yang ia temukan di dalam sebuah peti emas di pinggir jalan
Atau dia akan pergi dengan peti emas dan meninggalkan kucing itu tak bertuan
Jaanam Jaswani  Feb 2015
kejebur
Jaanam Jaswani Feb 2015
Terbatas; terkunci; sendirian.
Mataku menyerap gambar-gambar di dalam lingkunganku,
Dan sekali-kali saya menemukan tanganku mencoba bergenggam
Masa depan yang punya saya;
Mungkin hanya di pikiranku.

Saya adalah seekor kucing kecil di pingir jalan;
Diabaikan, kotor, jelek.
Bordered; locked; alone.
My eyes absorb images in my circumscribe,
And at times I find my hands trying to grasp
The future that I own;
Maybe just in my mind.

I'm a small cat at the side of the road;
Ignored, *****, ugly.
Sundari Mahendra Nov 2017
Hai kamu...ya kamu...
Kucingku melihatku maju mengendus
Hmmm....kamu mau disayang kah
Kataku sambil mengelus-elus kepalanya

Errrrr....tertanda gembira
Baiklah sayang aku terus membelai
Errrrr....kepalanya menengadah
Baiklah ku cium kepalamu

Hitam warnamu tapi tak sehitam hatimu
Sungguh kau laksana anak yang baru
Mengerti sedikit, bergerak sedikit
Tidak marah atau membuat kesal

Kucingku....bicara dari hati ke hati
Mengerti mengapa aku menyayanginya
Merasakah setiap usapan dan kata2 sayangku
kepadanya....
si pembawa vespa

ku dengar suara bising dari dalam rumah ku
suaranya semakin mendekat
oh ternyata dikau
si pembawa vespa itu..

malam itu sangat dingin
karna hujan habis mengguyur alam semesta

aku dan si pembawa vespa
menyusuri sepanjang jalan
sambil ia berkata
"lihat itu ada kucing pakai kerudung bawa samurai"
Sito Fossy Biosa Sep 2020
MALAM yang indah, bulan sabit tiba-tiba hilang dari pandangan.

KLISE; bunyi burung malam dibarengi meong kucing-kucing kecil, bunyinya seperti +-@$"'=,/::!

aku diam, aku tak sanggup gugup atas dua jiwa yang sudah ditelan bersama potongan tuna setengah segar. kutukan penantang tuhan. nging
oklasasadu is a diction that was deliberately created by Sito Fossy Biosa to express his frustration with God, disappointment, against God, and the concept of Godhead. ⊙a concrete poetry project⊙
Elle Sang  May 2018
Ketaton
Elle Sang May 2018
Sambil mengendarai mobil, aku melirik calar yang menghiasi tangan kananku. Merah seakan salah satu kucingku baru saja mengamuk. Tapi hanya aku dan sebilah pisau di kamar yang tahu itu bukan hasil karya seekor kucing melainkan binatang yang jauh lebih biadab, depresi.
Lampu dijalanan berubah merah, sambil melihat sekeliling aku tersenyum mengamati hiruk pikuk yang sedang terjadi.
Aku jadi rindu perasaan utuh yang lambat laun terkikis waktu dan kalimat-kalimat bernoda.
"Kurang kuat iman sih"
Tak ada kaitannya dengan imanku, sayang.
"Mungkin cuma ada di kepalamu saja."
Dan kepalaku adalah satu-satunya tempat dimana aku tak bisa lari.
"Memang penyebab depresimu apa?"
Karena 1095 hariku tercemar darah, puntung rokok, pecahan gelas, dan caci makian tiada henti. Tak semudah itu untuk keluar hidup-hidup dari kandang singa, harus ada luka yang aku tanggung seumur hidup.
"Apakah kau gila?"
Aku bukan gila, aku baik-baik saja. Hanya ada bagian di dalam sana yang mati dan tak bisa diperbaiki lagi.
Lampu hijau dan klakson dari mobil membangunkanku dari suara-suara itu.
Tapi ketika sudah melaju dengan kecepatan yang nyaman ada satu suara yang muncul lagi, menoreh hatiku.
"Aku tak habis pikir bagaimana seseorang bisa nekat melukai dirinya sendiri sedangkan masih banyak yang bisa dilakukan"
Kalau kau tak paham, tak mengapa.
Tapi aku melakukan itu bukan untuk mati, aku lelah tak merasa apapun karena ada bagian di dalamku yang memang sudah mati.
"Kau mirip banteng ketaton"
Ya, aku marah kalau kau seenaknya menyebut aku gila.
Aku terluka kalau kau seenaknya main hakim sendiri.
Calar itu adalah sebuah pengingat bahwa aku masih hidup.
Untuk mereka, korban kebiadaban depresi.
Kalian tidak sendiri.

— The End —