Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
katamu, aku hanya butuh percaya.
katamu, aku tak perlu menyita waktuku dengan adanya kamu di tiap detikku.
katamu, aku pun sudah fasih memahami isi kepalamu.
dan, ya, aku memilih untuk percaya.

nyatanya, tidak semudah bak sang matahari yang rela menyembunyikan teriknya sepanjang malam untuk memikat sang bulan.
kamu hanya tidak tahu seberapa dalam lukaku, kemarin.
kamu hanya tidak tahu seberapa besar rasa sakitku, hingga saat ini.

entah bagaimana,
entah karena apa,
terbesit oleh pikirmu untuk melakukan itu.

apa ini karenaku?
atau memang suratan takdir untukku?
bagaimana dengan semua katamu?
bagaimana dengan semua percayaku?
semukah?
Jack  Jun 2022
Kamar Mimpi
Jack Jun 2022
Terbangun aku di kamar mimpi,
dulunya kau ada di sisi,
kini sepi,

mata dan minda tempat ku jelajah,
menerokai diri mu tanpa lelah,

kembara kita tiada henti,
kerna, tiap kali kita bersua,
kucupan dan senyuman manis menghiasi pipi,

ku susun aksara ini,
untuk mereka tahu,
bertapa indahnya kau di mata ku

cereka tiada noktah atau koma,
kerna di sini,
kau kekal selamanya.

Bila kau tiada,
Jumantara ku gelita
Malam ku sunyi tanpa suara,
renjana pada roh ku kian lemah.

ku berharap kita bersua lagi,
dengan renjana sama dengan ku,
kau bagaikan sahmura,
menghiasi kamar mimpi,
dengan ukiran kirana di bibir,

kerna

Gian aku kepada sanubari mu,
tiada henti
Yulia Surya Dewi  Mar 2018
Koma
Yulia Surya Dewi Mar 2018
Daun kuning berjatuhan
Angin dingin menghantarkan salam dari Tuhan
Aku melihat pepohonan yang menari
Semua tampak indah menyejukkan hati

Aku hanya diam..
Diam tak tahu harus kemana
Kabut putih menutup mataku
Mendorongku yang berdiri terpaku
Imajinasiku kabur
Aku akan jatuh

Dan...

Dimanakah aku?
Diruangan serba putih aku terbangun
Menatap dengan pandangan memudar
Siapakah kamu?
Gadis kecil berlari dan tertawa
Berlari menjatuhkan bunga-bunga
Membuka pintu diujung ruangan

Aku berjalan...
Berjalan membuka pintu yang sama

Wanita cantik berambut pirang
Cantik rupawan mengalahkan Godiva
Seorang gadis kecil memeluknya erat

Dia...
Dia yang selama ini kucari
Dia yang selama ini kunanti

Aku mencoba...
Mencoba untuk menyentuhnya
Jari-jarinya yang ramping menepisku
Aku berpikir dia membenciku
Namun tidak
tidak...
Dia berkata padaku,
"Kembalilah, ini belum saatnya"

Kematian bernegosiasi dengan kemungkinan
Kemungkinan untuk meraih kehidupan
Di alam bawah sadar
Aku akan kembali menemukannya

-Kediri, 18 Maret 2018
Jack  Jul 2023
Juwita
Jack Jul 2023
Tujuh lapis langit,
Tiga lapis bumi,
Petualang mengembara,
Jauh dari tanah,
Menjelajah samudera,
Rindu pada darat,
Ku lepaskan pada laguna,
Hujan di libas badai,
Sanubari hati ini
Impikan haruman cindai,
Oh Juwita,
Tiap detik pasti rindu,
Lafas tiada noktah ataupun koma,
Hanya ombak dan bayu berlagu,
Awan berarak syahdu,
Bintang malam menjadi arah,
Ku harap,
Aku tidak sesat ke jalan yang salah.
Penunggang badai Feb 2021
Ahh, judul...
Kuliat ia akhir-akhir ini begitu menyebalkan
Begitu merangah, berusaha mencolok
Aku tidak yakin dia melakukannya dengan tidak sadar
Aku tahu dia menginginkan sesuatu

Kuasa!
Aha, itu sudah pasti kuasa
Kuliat ia begitu sombong hanya karena posisinya yang sedikit diatas
Memandang rendah kata-kata serumpun yang ada di bawahnya
Acuh melihat titik dan koma yang baginya tak ada apa-apanya

Hanya karena font yang sedikit tebal dan size yang agak besar
Membuat masyarakat kata memilihnya untuk mewakili suara mereka
Pun merasa tak sebanding dengan apa yang dimiliki ‘Si Congkak’ itu
Kata merasa rendah, titik koma tak berdaya
Dan mereka... Kalah atas kedaulatannya sendiri

Padahal judul hanya tak sadar
Bahwa kuasa yang dimilikinya itu bukan karena dirinya sendiri
Ia lahir karena keresahan kata
Yang terombang-ambing bagai kapal di ganasnya lautan
Menggantung bagai kepompong, terpenjara dalam ketidaksempurnaan
Melayang-layang bak daun jatuh ditiup angin, tak tentu arah
Mendambakan hidup yang bahagia dan tenteram untuk merdeka

Karena ketakutan kata-lah
Judul hadir sebagai jawaban
Agar kata dilirik pembaca
Agar kata digunakan dalam ruang diskusi
Agar kata hidup dalam kepala
Mengakar kokoh dan menjadi abadi

Judul adalah cerminan pemimpin di negeri ini
Seperti kacang yang acuh pada kulit, lupa diri
Bahwa dirinya ada untuk mendengar keresahan
Bukannya malah menjadi dalang kerusuhan
Bahwa dirinya ada untuk mengerti suara yang dimarjinalkan
Bukannya malah membuang muka, lalu lantas pergi meninggalkan

Lihatlah ibu yang telah melahirkan
Yang terpinggirkan mengandung harapan
Yang menanti dengan merapal doa disetiap malam
Anak baik jadilah baik
Wahai kalian yang duduk manis di kursi tahta

Bangkitlah!
Kata-kata dan rakyat jelata yang dipandang sebelah mata
Mendengarlah!
Wahai judul "Si Congkak" juga para pemimpin negeri yang berlagak sok kuasa
Hanifah  Apr 2020
JANTUNG SEMESTA
Hanifah Apr 2020
Jantung semesta.
Ku sebut ia jantung semesta.
Pengatur detak jantung antara hidup dan mati.
Manusia penguasa rasa.
Yang datangnya ditunggu dan hilangnya dibenci.
Masih dalam keadaan koma di ruang ICU
Kristina  Jul 2015
Ensomheden
Kristina Jul 2015
Mine drukne indvolde afskyr deres beholder.
Gennem nervebanen sendes stødende gnister af had.
Hvor vil de overbevise og kalder på den sødmede gift
hvor vil de have dens spreden af koma lignende afkom.

Først ubehagen,
så oppustet smerte der brister som en ballon
og brændsel med selvantændelige kræfter.
Den springer og opkast omsluger horisonten
af mennesker,
klipper,
udviskede farver.

Ujævne striber af rød er udfyldte billeder
der drypper en anelse ro på mine øjne,
det leder
det fører
ind gennem nervebanens flod.

To mørke eller fire
i hvert fald én
gør døsig
gør modig
gør opgivenhed
udholdenhed.

De dage der kommer er vel taget imod
i skrigen og styrke og tomhedens sod.

Selskrevne ord fordamper salt.
Efterladt,
afsluttet,
genfortalt
i latterlige evig kedsomhed
der udfylder fyldte *** af bevidsthed
hvor pladsmanglens rod eliminerer sig selv.
Usammenhængende lort skaber lyrik
gør intet som helst
og findes for ingenting.

Jeg læner tilbage og betragter et snitteværk
en udhugget skulptur.
Stærke farver vender tilbage i kindrødt
gennem abstrakt maleri
og så rammer svien af blomster og fryd
på eksperimenter af målrettet kunst.

Skammende lys i hvid og i sort.
Nøgterne syner synes skarpe for blikket
og lukker en port.
Brosten for brosten lægges på ny
og en fejl af en vej af smil og meditativ.
judy smith Mar 2017
The streets of Paris were clogged by rallies and demonstrations on the Sunday of fashion week. At the Trocadero, a pro-rally for embattled French conservative presidential candidate Francois Fillon, blocking the route between the Valentino and Akris shows; at Bastille, an anti-Fillon demonstration.

The French elections — and ever-increasing security — were providing a tense backdrop to the autumn-winter collections, much like Donald Trump, Brexit and Matteo Renzi did on the fashion circuit of New York, London and Milan this season. Politics and the changing of the guard, women’s rights and diversity may make fashion seem irrelevant until you add up the value of the industry to the world economy. In Britain it is £28 billion ($45bn) — and that is small fry next to France and Italy.

Perhaps politics and social change have influenced the French designers for there was much less street style this season and a lot more tailored, working clothes on the catwalk. They used mostly masculine fabrics but worked in such a graceful way. You need only look at Haider ­Ackermann, Chanel, Alexander McQueen, Christian Dior, Lanvin, Akris and Ellery to see this — lots of great wearable clothes.

Karl Lagerfeld wanted to fly us to other worlds (to abandon the mess here perhaps) in his Chanel space rocket. There were checks, cream, silvery white and grey tweeds, for suits and shorts and dark side of the moon print dresses that cleverly avoided the 60s’ ­futuristic cliches. Silver moon boots, space blanket stoles and rocket-shaped handbags were as space-age-y as it got. There was quiet, seductive tailoring at Haider Ackermann — tapered silhouettes in black wool and leather softened with a knit or the fluff of Mongolian lamb for a blouson or skirt. At McQueen the asymmetric lines of a black coat or pantsuit were ­inspired by the fluid lines of ­Barbara Hepworth’s sculptures, whereas David Koma reclaimed the soaring shoulderline of Mugler’s 80s silhouette for pantsuits and mini-dresses for the brand.

Christian Dior’s uniform-inspired daywear was produced in tones of navy blue with 50s-style navy belted skirts suits, long pleated skirts and some denim workwear. “I wanted my collection to express a woman’s personality, but with all the protection of a ­uniform,” explained Maria Grazia Chiuri before the show.

There was more suiting at ­Martin Grant with voluminous trousers, cummerbunds and men’s shirting. The cut was more mannish at Ellery and Celine with ­Ellery balancing her masculine oversized jacket looks with feminine bustier tops with giant puff sleeves. The mannish look at ­Celine was styled with sharp ­lapels, slim-cut trousers under crushed textured raincoats, whereas ­double-breasted jackets (a trend) and peacoats over loose-cut trousers appeared at John Galliano.

Checks jazzed up the tailoring at Akris where there were more sophisticated double-breasted jackets and swing coats, and at ­Giambattista Valli from among the flirty embroidered dresses a dogtooth coat emerged with a waspie belt and a suit with a peplum skirt.

Stella McCartney displayed her Savile Row skills in heritage checks for her equestrian-themed show. Of course, she is crazy about riding and her prints featured a famous painting by George Stubbs, Horse Frightened by a Lion. It turns out Stubbs was another Liverpudlian, like her dad Sir Paul.

Of course Hermes’s vocabulary started with the horse and there were leather-trimmed capes and coats that fitted an equestrian, or at least country theme worn with woollen beanies and big sweaters, offering a different way of tailoring, in an easier silhouette with a soft colour palette.

The highlight of the week for Natalie Kingham, buying director at MatchesFashion.com was ­Balenciaga. “Great accessories, great coats and great execution of ideas,” she says of Demna Gvasalia’s off-kilter buttoned coats, stocking boot and finale of nine spectacular Balenciaga couture gowns reinterpreted in a contemporary way. “It was wearable, modern and the must-see show of the week.” It was also, she pointed out “the must-have label off the runway with every other person on the front row decked out in the spring collection”.

Although tailoring worked its subtle charms on the catwalk, there were flashes of brightness, graceful beauty and singularity. Particularly bright were Miu Miu’s psychedelic prints, feathered and jewelled lingerie dresses and colourful fun fur coats with furry baker boy hats. Then there was the singular look evoked by Austrian-born Andreas Kronthaler in his homage to his roots, with alpine flowers, Klimt-style artist smocks and bourgeois chintz florals worked in asymmetric and padded silhouettes for Vivienne Westwood — some of it modelled by the Dame herself.

Pagan beauty, the wilds of Cornwall, ancient traditions such as the mystical “Cloutie” wishing tree led to Sarah Burton’s enchanting Alexander McQueen show, which was another of Kingham’s favourites with its unfinished embroideries inspired by old church kneelers and spiritual motifs. “I loved the artisanal threadwork and the spiritual message that was woven throughout,” she says. The artisanal and spiritual she considers an emerging trend around the shows. “It had a slight winter boho vibe but much more elevated.”

Chitose Abe shared that mood for undone beauty with her Sacai collection of hybrid combinations of tweed and nylon for an anorak, and deconstructed lace for a parka, and puffers with denim re-worked with floral lace for evening.

There was more seductiveness at Valentino and Issey Miyake. The latter’s collection shown in the magnificent interiors of Paris’s Hotel de Ville, shimmered with the colours of the aurora borealis and used extraordinary fabric technology to create rippling movement as the models walked.

Valentino was a high point. On a rainswept Sunday Pierpaolo Piccioli cheered us with high-neck Victoriana silhouettes and long swingy dresses in potentially (but not actually) clashing combinations of pink and red in jazzy patterns of mystical motifs and numerology inspired by the Memphis Group of Pop Art. The sheer loveliness of the collection was enough to drown out the world of politics only a few blocks away.Read more at:http://www.marieaustralia.com/short-formal-dresses | www.marieaustralia.com/blue-formal-dresses
a daydreamer  Nov 2018
Titik
a daydreamer Nov 2018
Bukan saatnya, kawan,
Kau tertunduk dengan tangisan
Seakan dunia sudah kiamat.

Mungkin hatimu sedang tertusuk
Oleh buaian para pemberi harapan
Dan setan pembisik di telingamu.

Tapi ingat,
Ceritamu hanya sebatas koma,
Masih ada kalimat panjang
Yang menantimu sampai akhir hayat.

— The End —