Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Atta Aug 2017
Hening, pikirku
Aku sendiri di kerinduan malam
Bunyi kota malang melintang di pikiranku
Suara penyanyi jalanan memecah sunyi

Hening, pikirku
Aku sendiri di gelapnya ibu kota
Bunyi senyap pedagang memekik di telingaku
Suara hentakan kaki berirama melawan arus

Hening, kataku
Aku sendiri tanpa arah
Bunyi dentuman keras degup jantungku
dan
Suara muramnya hatiku memenuhi pikiran

Hening, ku terdiam
Bisingnya ibu kota malam ini
Itu semua untuk mengitung harapan
Seberapa besar kesempatanku untuk bersamamu
Sampai aku mengabaikan gemilangnya malam ini
Sampai aku melupakan kesempatan lainya

Bising, aku tersadar
you kno, when you're in love everything becomes blurry.
ALYA Apr 2016
Cinta bukan melulu soal siapa yang lebih dulu. Yang telah lama singgah bisa jadi sama rapuhnya dengan yang sekedar lalu-lalang.

Cinta bukan melulu soal detak jantung yang berdegup kencang, bukan melulu soal pupil yang melebar. Yang telah kehilangan nafasnya bisa jadi yang semenjak dahulu telah menyimpan asa.

Cinta bukan melulu soal hukum tawar-menawar. Saat sudah kehabisan apa yang ditawarkan, terkadang cinta dengan naifnya tetap menyambut dengan tangan terbuka. Persetan dengan hukum ekonomi, yang memberi kurang bisa jadi telah memberi seluruh yang mereka miliki.

Cinta bukan melulu soal mengabaikan ketidaksempurnaan. Justru cinta menerima seutuhnya, segala kesempurnaan maupun ketidaksempurnaan. Setiap gores dan luka, bukalah mata dan terimalah mereka dengan utuh. Yang terlihat baik bisa jadi membuatmu menutup mata atas keburukan mereka.

Cinta bukan melulu soal apa yang terlihat, karena bisa jadi indera kita dibuatnya luluh lantak di hadapannya.
“Tak ada cinta yang muncul mendadak, karena dia anak kebudayaan, bukan batu dari langit.”
—Pramoedya Ananta Toer,
'Bumi Manusia'
Gina Sonya Mar 21
Kepada ia yang anggap suara rakyat gonggongan anjing, aku harap matimu dikoyak anjing.

Kepada ia yang ketuk palu di gedung berisi maling—mengabaikan kami yang mau hidup tanpa takut maling mengambil hak kami—aku harap dosamu tak terampuni.

Kepada ia yang bersenang-senang dalam gelembung—mencemooh kami yang sedang berkabung—aku harap Tuhan beri hukum dan kepalamu digantung.

Tidakkah kamu malu wahai bandit yang nuraninya saru? Tidakkah kamu takut dosa mencabik kamu sepanjang waktu? Tak perlu kutanya pun jawabanmu aku sudah tahu. Sudah pasti hatimu begitu busuk.

Semoga, tubuhmu terkoyak sampai jadi debu. Semoga kepalamu tergantung dan jiwamu membusuk.

Kepada kalian bandit-bandit negeri, aku harap neraka menyambut kalian saat mati nanti.
Semoga pemerintah dzolim mati bersama najis

— The End —