Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
aviisevil Oct 2016
Jo wahan hai wo yahan hai
Jo yahan hai wo wahan hai
Par-e-dil gumshuda
Na Jane kahan hai
Ek chota sa to ye jahan hai
Hum to isse bhi bant chale
Dil to ek chota sa makam hai

A us ***** ko bhi sath le chalein
Jispe uska kudha mehrban hai
Ye to ek aeine ki zaban hai
Jane teri ankhein kahan hai
apne ko hi kyu karta hai khafa
Tujse zada insan to asman hai
Koi lakeer zisko na bant sake
Usse bant diya tune jahan hai

ab to diwaron me hi tu fanaa hai
agar ek dusre ke liye hi marna hai
to pyar me marne me kya gunha hai ?

rok na sake koi usse
jisko khaboien ki panaa hai
Jo pyar me bana hai
lakeeron ke uss par bhi to ek sapna hai
udhar bhi to koi shayad apna hai

agar ek dusre ke liye hi marna hai
to pyar me marne me kya gunha hai ?


ye jo rasta tumne chuna hai
akele pad jaoge tum beete kal
ye jo hai tumhari addat
ki ab to ibadat bhi gunha hai
kya tumne kabhi dheere se suna hai
wo ek muskaan ki shararat
jiska arth bhi tumko mana hai
dekh le us fakeer ki nazakat
jo tere mere khoon ki milawat
us lakeer ki ahat pe kurban hai


agar ek dusre ke liye hi marna hai
to pyar me marne me kya gunha hai ?
pukul empat sore tadi
seorang pria tua penuh keriput diwajahnya
pergi melangkahkan kaki rentanya
keluar dari pondok jati tempat semalam ia terlelap
lengkap dengan pakaian rapih kebesarannya, sepatu boot dan tak lupa topi baret miliknya

diambilnya sepeda jengki bercat kusam
dengan sedikit bercak karat pada besi besinya
yang disandarkan oleh empunya pada pagar kayu depan pondok

digiringlah sang sepeda jengki menuju jalan sambil melangkah
menuju tempat tujuannya
selang beberapa saat, ia tunggangi sepeda jengki itu
ia kayuh sambil berpeluh pada dahi sampai ke tubuh
berbulir menetes tak ada ragu

lirih ia dendangkan lagu
yang telah ia hafal selama hidupnya
saat ia masih muda
yang dapat memacu semangatnya dulu
saat akan hendak pergi berperang bersama kawan-kawannya dulu

sesampainya ia di Jalan Kusumanegara
di depan taman berpagar tembok putih
di-remnya sepeda jengki kusam itu
tepat di tepi seorang wanita yang sudah terduduk rapi menggelar dagangannya

"Saya beli kembangmu, cukup lima ribu saja." itu katanya
sang wanita penjual lekas membungkuskan permintaannya dengan senyum dibibir

sembari memberikan bungkusan kembang kepada pria bersepeda jengki itu, ia lalu bertanya "Kalau boleh saya tahu, untuk siapa kembang ini Bapak beli?" ujarnya santun hormat

sang pria bersepeda jengki terdiam, ia lalu tertawa kecil
tawa khas seorang di usia senjanya

"Saya mau jenguk kawan seperjuangan saya, hari ini 20 Desember, tepatnya 68 tahun yang lalu, ia berpamitan ingin menuju dunia Qadim milikNya saat kami sedang berjuang untuk Negara" jawabnya

Pria bersepeda jengki itu lalu undur diri, dititipkannya sepeda tua miliknya
pada sang wanita penjual kembang, ia lalu berjalan kaki
memasuki gerbang tembok bercat putih
bertuliskan Taman Makam Pahlawan Kusumanegara
Daerah Istimewa Yogyakarta
dengan langkah mantap dan juga senyum mengembang di wajah keriputnya

" Assalamu'alaikum, Aku njaluk sepuro yo Di Mas, Kepriye kabarmu? Ayo gek tak ceritani kabar Indonesia saiki! "
terinspirasi saat berada di kota Yogyakarta melihat Para Veteran di kawasan Alun-Alun Selatan Kota Yogyakarta di sore hari, saya rindu suasana Yogyakarta :)

— The End —