Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member

Members

Nigeria.    SUCCINCT BIO: I love poetry with passion. poetry flows in my blood and my pen keeps bleeding. I write romance, fictions, religious, criticisms, nature, fate, …
25/M/Nigeria   

Poems

Tatlong bituing* patungo sa *Norte
Sa Silangan at Kanluran
Ang dugong hindi bughaw
Kalayaa'y sagisag.

Nagdadalamhati ang Perlas
Pagkat ito'y tanyag
Sa sari't saring anumalya
Pawang sa pulitika't
Maging sa simpleng eskinita.

Tuwid na daan ang sabi ng Hari
Itong kaibigan ko nga
Pumaskil pa sa Facebook
"Tuwid na daan patungo sa kamalian."

Maulop ang daan patungo sa katuwiran
May limitasyon sa bawat miyembro ng lipunan
Kasapi rin tayo sa eskandalong may hithit
Uhaw nga sa salapi, sirang plaka naman.

Kinalakhan ko ang dungis ng bayan
Nasanay na lang bagkus tuloy lang ang pangarap
Sabi nila'y tatsulok ang patakaran
Ang mayayama'y tataas
Mahihirap ay *
lulusong sa putikan

Mayroong tama sa bawat nasaksihan
Ngunit hindi ko maitatangging
Ako'y kasapi ng masalimuot na kasaysayan
Ngunit kung tanging mali
Ang pupukaw sa paningin
Aba't wala akong mararating.

Mahirap na nga
Makitid pa ang isip
Mayaman na nga
Hindi pa nasusuka sa kurapsyon.

Batu-bato raw sa langit
Bagkus ang tamaa'y sa lupa rin ang bagsak
Tayo na't sumulong
Pagkat ang giyera'y walang urungan.

Walang nararapat na panigan
Pagkat ang tama'y
Hindi na dapat pinag-iisipan
Kung ang prinsipyo nati'y
Lalang para sa kaluwalhatian
Nasisiguro ko, ito'y may magandang patutunguhan.
Wala akong maisip. Wala lang. Sulong Pilipinas
"Tagu-taguan, maliwanag ang buwan
Sona-sonahan, madilim na naman.
Pagbilang kong tatlo, nakatago na kayo
Mapagod man kayo, tuloy pa rin ang laban ko
Isa.. dalawa.. tatlo.. Game?"*

Pag si Juan ang nagsalita,
Nag-aalitan ang madla.
Pag tikom ang bibig,
Siya'y bulag raw sa maralita.

Pag nilatag ang naplantsa,
Lalatiguhin ng administrasyon.
Pag walang plataporma,
Ihahagis sa bangin ng suhestisyon.

Kalaban pala nati'y ang sariling atin,
Demokrasya nga'y may sapin pa rin sa bibig
Mga bolang itim, saang lupalop ang padpad
Mapait ang kapayapaan,
Dakila ma'y kanilang binabagsak din.

Walang nakatitiis sa bayang nagpapapansin
Masakit nga naman sa bulsa ang tunay na bayanihan
Dugo'y dumanak makamtan lamang ang demokrasya
Sobra-sobra nga lang ang danak ng iilang raleyista.

Sadsad sa suliranin ang Inang tinakwil
Mga anak sa lama'y namasyal pa sa ibang bayan
Hindi na matapus-tapos ito'y pagdadamayan,
Damay sa kurapsyon, damay sa pagtitwakal ng mga Inakay.
Yuyuko na lang ang nasa langit
Pagkat nagapi ang mga tunay na Anak --
Ang lipunang ginahasa ng iilang ganid,
Paulit-ulit na, ang hapdi ng kamusmusan.

May iilang nagtatanong,
May iilang walang pagtataka,
Musmos sa bayan, wala namang pag-usbong
Kaya't iba na lang ang nakikinabang
Puspos sa distansya
Ng kamalian ng nakaraan.

Hugas-kamay ang iilan,
Simpleng hindi batian,
Wika nga ba ng pagkakalimutan?
Parang away-kalye, away-bata
Aso't pusa, sa lipunang
ang hepe'y sila-sila lang din.

Batu-bato pik, naglalaro ang iilan
Bukas tataya na naman sa lotto
At pag natalo'y iiyak na lang,
Bibigyan ng tsokolate,
Pangako para sa matamis na pag-iibigan
Ngunit balat lang pala,
Mapagbalatkayong himagsikan
Tapos, hahanap ng Darna
Pagkalunok ng bato ng kamanhidan.
Diadema L Amadea Jun 2021
aku susun susun batu
kujadikan sebuah benteng
cukup kuat untuk beberapa waktu

malam malam ada yang mengunjungiku
datang datang memakai lonceng
cukup gaduh jadinya tidurku

coba kututup telingaku
sial! tambah keras itu suara lonceng!
sulit tidur, akhirnya kubangkit untuk cari tau

dari benteng, kuambil sepotong batu
terlihat sesosok manis tersenyum lebar
bukan main, tidak karuan hatiku


kutanya,
"kenapa kamu kesini?"
"aku ingin mengajakmu main, sepertinya akan seru"
"aku tidak mau, aku lelah"
"ayolah, nanti kita memetik buah beri liar di hutan"
"aku lelah, lagipula siapa kamu?"
"nanti kamu aku gendong. aku gabungan dari semangka dan tembakau, salam kenal"
"aku tidak tanya kamu itu apa tapi siapa kamu!"

lalu sosok itu mengambil beberapa batu yang ada di benteng
"aku gabungan semangka dan tembakau, ayo ikut!"
tanpa lama, sosok itu mengambil tanganku dan dibawanya lari menuju dalamnya hutan
lalu aku? akupun juga heran kenapa tidak ada penolakan
rambutnya yang tertiup angin hutan dan terkena cahaya matahari yang samar samar masuk dari banyaknya daun membuatku tersenyum sembari ikut berlari bersamanya

"sudah sampai!"

sosok itu tersenyum lebar dan puas

"katanya kamu akan menggendong aku, mana?"
"hehe maaf, lupa. habis saking semangatnya sih.. tunggu sini ya aku akan memetik beri"
"aku tidak ikut?"
"tidak usah, kamu istirahat di bawah pohon itu saja nanti aku menyusul"

akupun duduk dan bersender dibawah pohon besar itu
terlihat antusias sekali, padahal hanya memetik beri

"lucu"

kalimat itu keluar dengan mudah dari mulutku
tunggu, kenapa aku pikir dia lucu?
dia hanya gabungan semangka dan tembakau
itu aneh, dasar gila

"ini sudah selesai, ayo makan"

nyaman sekali berada dekatnya
senang sekali melihat matanya
iya mata itu yang sesekali ikut tersenyum saat sosok itu menatapku
aneh lagi, rasanya hatiku mau runtuh saat itu

"sudah kenyang, ayo main lagi"
"tidak mau, aku kan bilang aku capek"
"oh baiklah, sini"

sosok itu membawa kepalaku ke pangkuannya dengan lembut dan tiba tiba

"eh?!"
"sudah tidak apa apa, kamu tidur saja nanti aku yang berjaga"
"tidak mau aku takut, aku belum kenal kamu"

kecupan manis dan sedikit pahit meluncur di bibirku
tuhan! aku seperti mau meledak

"tidak usah takut, aku pemegang rekor"
"hahahaha rekor apa? ngaco!"

suaraku mulai terbata bata namun tidak ingin terlihat gugup

"sudah ya kamu tidur saja, istirahat"

kembali ia mengusap ngusap rambutku
nyaman
hangat
tenang


"brukkk!"

suara keranjang jatuh tepat beberapa meter dibawah kakiku
aku bangun melihat sekitar

"kemana?"

semangka tembakau sudah lenyap dari pandanganku
ingin kuberanjak pulang namun tertahan

"aku masih ingin menunggu"
"tunggu, untuk apa?"
"untuk temu bodoh"
"apa gunanya temu?"
"tapi aku masih ingin menunggu"
"aku rindu"

suara suara sialan itu menyeruak didalam kepala

kududuk didekat pohon besar sambil menunggu
memakan beri yang masih tersisa sedikit di keranjang


tidak terasa sudah larut
suara suara binatang, hmm ataukah monster itu sudah bersahut sahutan

"aku takut"
"tapi aku masih ingin temu"
"aku harus menunggu"

begitulah kebodohan aku
malam malam
di hutan
sendirian
menunggu orang siapa?

akhirnya aku membangun benteng lagi
di hutan itu
walau bukan di dekat danau yang banyak suara katak dan bunga lili tapi aku coba berusaha membangun benteng lagi untuk sekedar menunggu sosok itu datang

kususun lagi
benteng barupun terbentuk
cuma bedanya
sedikit tidak nyaman karena banyak sekali batang batang pohon tajam masuk ke sela sela batu
tapi aku tetap menunggu
kususun lagi
sampai tertutup
aku masih menunggu untuk temu
belilah majalah bobo untuk melihat cerpen oki dan nirmala di swalayan terdekat!