Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Noandy Jun 2016
Hiruk-pikuk menjual dirinya
Pada hening yang mengekang
Ia mulai merindukan
Wujudnya

Diam-diam,
Diintipnya cermin
Yang tergeletak di ujung
Taman bunga
Sudah sebagian layu,
Tua, takhayul, dan
Ngeri,
Tapi di sanalah satu-satunya tempat
Di mana perwujudan
Berani menampakkan diri sejujur-jujurnya

Maka dipanjatkannya
Beribu pekikan isyarat namanya:
Hiruk-pikuk
Ramai
Gegap-gempita
Gelegar.

Dan diintipnya cermin itu
Dilihatnya wujudnya:
Masih tiada.
Ia telah dihilangkan.
Hanya ada bising
Yang terus bergulir.

Kau tahu dirimu
Adalah keberisikan,
Siapa suruh menjual diri pada hening?
Moonity Nov 2018
Upaya faal semesta
Beginilah adanya
Insan di dalamnya
Begitulah hadirnya

Katamu semesta tiada pernah salah
Dan aku percaya padamu, pada semesta

Bahkan ketika waktu terus pergi
Dunia lantas berevolusi
Kalakian musim bersilih
Keyakinanku padamu tak lantas lenyap

Lain halnya dengan waktu, dunia, musim, dan cinta

Katakan
Kau dan aku, apa kita pernah mengkhianati buana?
Sehingga menjadi kami adalah kesulitan berarti

Arkian, cinta ubah wujudnya jadi bersyarat
Insan, iman, susila, keharusan

Sedang cinta terlampau luas layak angkasa
Semesta tak salah, aku percaya
Begitu juga cinta
—dari : yang tak lagi percaya kisah kasih.
Amira I Dec 2018
Tuan, sore ini akasa terlihat kelabu.
Semilir anila terasa membeku.
Aku berada di antara dua perasaan;
sukacita dan dukacita.
Sukacita? Ya, karena sebentar lagi graksa datang dengan gagahnya; mengejutkan semua makhluk di bumi.
Seperti kedatanganmu.
Lalu, dukacita? Ya, graksa yang gagah itu bisa hilang wujudnya dalam sekejap. Kemudian membawa hujan yang meninggalkan wresthi di permukaan bumi.
Seperti kepergianmu.
ZZ Mar 2018
Terlalu banyak yang ingin tumpah
kucoba baris tapi tetap saja membuncah
berusaha aku memendam
tapi ada legam yang tak mau redam

entah wujudnya apa
tak ada sengaja kuminta adanya
kuingin dingin tapi yang kubuat malah api
tetiba lupa pada semua hangat jemari

sampai angin malam menumpuk rindumu lagi
dan mendera napasku lagi
pantaslah kau marah, mungkin saatnya ini aku bebenah
mencari maaf sebelum senja memerah
15 Maret 2016

— The End —