Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Aridea P Oct 2011
Sejak lama ku memulainya
Mengotori kertas dengan sebercak tinta
Menciptakan puisi yang amat indah
Penuh makna akan liriknya

Dengan goyangan tangan
Jari-jari ku memegang tinta
Melukiskan suara hati ku
Yang menangis ditinggalkannya

Hati ku merintih kesakitan
Tergores luka dan tertusuk panah
Mengaku hati ku masih mencintanya
Meninggalkan puisi cinta hingga menutup mata

Created by Aridea Purple
D Apr 2019
"Dalam segala manis dan tragisnya perkawinan,
Kami sebagai perempuan, mati berkali-kali
Dan lahir pula kembali—
Tentu juga berkali-kali

Disaat kau menyaksikan puluhan katup bibir yang mengatakan “Sah.”
Disaat itu pula,
Kau seakan disadarkan
Bahwa kau tak lebih dari pisau yang harus terus diasah

Bukan supaya tajam untuk dapat menikam,
Namun supaya siap mencacah manis-pahitnya peristiwa kehidupan menjadi dadu-dadu kecil
Lalu menanyakan untuk menyerapnya kembali
Untuk diri sendiri

Kau,
Mati dan lahir lagi,
Bukan sebagai isteri,
Namun seutuhnya sebagai wanita yang mengayomi
Sampai akhirnya kematian itu berdiri di depan pintu
Untuk menjemputmu lagi

Disaat kau duduk dan melihat pandangan puluhan manusia
Yang seakan-akan mengatakan,
“Berpandailah dengan urusan dapur.”
Mereka dengan bodohnya menutup mata kepada fakta

Bahwa sekarang, kau adalah busur
Yang dengan senantiasa akan mengarahkan kemana anak-anak panahmu melaju
Kau, bertulang rusuk dan adalah tulang rusuk
Bukan tulang rusuk dari lanangmu,
Namun dari rumah segala rumah

Disaat insan keci itu menangis lahir,
Disitulah Tuhan dengan segala kuasa-Nya menyemukakanmu
Dengan kelahiran yang absolut.
Mutlak. Nyata. Tanpa majas atau embel-embel.

Kau, bukan hanya wanita bersusu yang menyusui;
Walau serapanmu terhadap puji-kejinya kehidupan
Akan juga diserap oleh ‘anak panah’ mu
Melalui air susu dan tutur katamu

Disaat kau melahirkan anak manusia,
Tentunya tanpa tanda tanya,
Kau betul-betul
Lahir kembali."
Zindagi us khuda ki banai bisaat hai jis k hum sab mohre hai..
Uske dar tak k raaste me.. Nashukro k liye kohre hi kohre hai

Jo behtar khel jayega wohi jeet jayega..
Par ye hoga tabhi Jab woh behatreen akhlakh apnayega


Khelte khelte kai to fanah ** gaye..
Kai Sikandar..****** jaise tabah ** gaye..
Maiyyat se khali haath bahar le kar is duniya se wida ** gaye

Rubaru apne kafan se jo jeete ji ** gaye..
Mukammal jahan unhi ko mila..jo khuda ki panah me ** gaye

Zindagi me jinhone ilm rakha us khuda ko Yaad karna..
Namaze adda kari..Gurbani paddi.. Granth padde..Hukumname diye..
khuda ne hosle itne buland kr diye..Apne noor se sabhi manzilo..Jannat k raaste unhi k liye Roshan kar diye

Zindagi me Naam..Shoharat unhe bahut mili..jinme alfazo se khelne ha hunar aa gaya..
Sir chad k jinke ye inayat na boli..woh us khuda ko tah umra bha gaya😊
Surya Kurniawan Jun 2017
Jika dingin rasanya untuk meneriaki hujan, betapa basah dan sedih yang dibawanya pulang
Tak usah kau menjeritkan gundah kepada api yang tak sanggup menghanguskan rindu dan pengharapanmu
Jangan pula kau tiupkan dustamu pada angin, karena ia melesat pergi bagai anak panah yang kabur dari busur
Lihatlah sungai yang mengalir, dia akan menghanyutkan laramu diantara daun-daun sesembahan itu.

Alam akan membawamu pergi, seperti air yang meresapi tanah dan membumbung ke angkasa.
Kepada nyala api kecil di ujung lilin.
Farewell Lil Angel

Help those grieving parents, O Ahura.

Lost they have, their little angel, O Mazda.

Take her in your loving arms O Zarathushtra.

Sarosh panah baad.

Armin Dutia Motashaw

— The End —