Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Nita Apr 2021
Alangkah indahnya cuaca hari ini
Keriuhan hampir memadati isi angkutan kota
Burung-burung menari di angkasa
Kupu-kupu ikut serta di sana
Di pertigaan jalan ada polisi
Tiang listrik penuh pamflet bertulisan jasa skripsi
Pikiranku terus mengembara
Jauh tak tahu ke mana
Kata ibu bersabarlah, hari esok akan segera tiba
Jack Jul 2023
Tujuh lapis langit,
Tiga lapis bumi,
Petualang mengembara,
Jauh dari tanah,
Menjelajah samudera,
Rindu pada darat,
Ku lepaskan pada laguna,
Hujan di libas badai,
Sanubari hati ini
Impikan haruman cindai,
Oh Juwita,
Tiap detik pasti rindu,
Lafas tiada noktah ataupun koma,
Hanya ombak dan bayu berlagu,
Awan berarak syahdu,
Bintang malam menjadi arah,
Ku harap,
Aku tidak sesat ke jalan yang salah.
Coco Sep 2019
Silau mobil menabrak kelopak mataku
Bersandar pada jendela kenangan
Sambil tangan berpeluk pada ruang hampa

Aku melewati bekas tapakan kita, lagi
Aku langsung mengembara melewati waktu

Masa itu, kita duduk berdampingan
Sangat jelas diingatanku
Didalam bis, kita mengobrol
Kau duduk bersandar di bangku mu
Dan aku yang bersandar di jendela

Kau hanya fokus padaku
Menatap ku dengan sabar sambil mendengarkan cerita ku
Bahkan, kalau boleh jujur, pada masa sekarang pun aku masih ingin tatapan itu, lagi

Bagaimana kau tersenyum melihatku berimajinasi
Menyambut segala harapanku

Tuan, aku ingin melihatmu lagi
Adakah celah kesempatan itu?
Masihkah kau sama seperti isi memori ku?
Hope u get the feeling
Safira Azizah Apr 2021
Sukab yang naif dan tidak tahu diri,
aku masih hidup dan terpaksa
melayangkan surat ini kepadamu.

Aku mengelayap, mencari jalan pulang dengan nyawa yang sudah tak menempel di badan. Semenjak air bah tumpah ruah dari atas bukit kapur, nyawaku entah tersangkut di mana.

Mengapa aku masih hidup itu misteri. Mungkin karena cintamu yang sialan itu. Idih, menyatakannya saja membuatku mual dan jijik.

Akibat cintamu, hidupku terselaput kegelapan. Tapi lihatlah, bintang jatuh bertebaran di atas gelombang laut dan bayangannya terpantul-pantul, berbinar dan indah. Aku melihat wajahku dan bola mata yang tampak terang di antara kelegaman malam.

Apakah, akhir-akhir ini, batinmu kalut juga, Sukab?

Pemandangan di samudera membuat manusia menerawang jauh ke masa lalu dan sempurna melemparkan pikiran kepada dekapan kenangan. Persis seperti omong kosong yang kau selalu bicarakan dulu.

Bagaimana tentang akhir  hidup? Surga manakah yang sudi menerima kita? Akankah kita kembali atau mengembara lebih jauh lagi? Bisakah kau hitung dan bertaruh dengan dadu tentang nasib?

Aku tidak suka kira-kira,
aku mau jawaban yang pasti.

Jawab aku, Sukab.

— The End —