Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Dhia Awanis Oct 2016
Kurasa lebih baik begini; sama-sama melupa dan melaju

Karena melihat bagian darimu yang muncul dimana-mana—di pertigaan jalan, di kemacetan berkilo-kilometer yang menyiksa, di sudut kota yang hiruk pikuk, di sela-sela tugas yang menumpuk, di setiap lagu-lagu pengantar tidur—tidak adil rasanya kau masih juga muncul di pikiranku

Seolah-olah sebagian dari egomu ingin berteriak kalau kau masih ada; bahwa aku tidak boleh bernafas bebas tanpa menghirup aroma tubuhmu
YC Jun 2017
Aku telah buat kesalahan.
Kusebut itu kau.
Kau; kesalahanku,
yang dengan sengaja kulakukan hanya demi keegoisanku.
Setiap kata 'aku sayang kamu' yang kau terima, tak pernah ada dalam ketulusan.
Setiap peluk yang kau rasakan, tak pernah ada dalam kenyamanan.
Semua kulakukan hanya agar kau percaya bahwa rasaku itu nyata.
Brengsek! Aku mengutuk diriku sendiri.
Meski kau hidup dalam kebohongan, aku selalu berupaya.
Membuka hatiku sedikit demi sedikit, hanya agar kau tak terluka.
Namun Tuhan Maha Adil, dan aku hampir melupa.
Saat aku berupaya, kau menggores luka.
Kau bertindak suka-suka, dan aku diam saja.
Sesekali kuangkat bicara, dan kau tutup telinga.
"Terserah" kataku. Dan kuakhiri semuanya.
Kini, berulang kali kau memintaku tuk kembali, tetapi enggan untukku mengulangi.
Kita hanya akan sama-sama menyakiti,
Dan menyayangi diri sendiri.
Afeksi cita Jun 2020
•••
Tak jarang jiwa ini meragu
Akan pikiran ini dan itu
Tak jarang sukma ini terbelenggu
Oleh rasa yang tak menentu

Ada detik ku ingin melupa semua
Ada saat ku ingin menikmati semua
Ada malam ku ingin mengakhiri semua
Namun, ada juga hari ku ingin meresapi semua rasa

Rasa yang tak menentu
Ntah apa yang ditunggu
Mungkin karena diri terlalu lama terbelenggu
Hingga dia datang saat itu,
Memberi sebongkah cita dalam hidupku
•••

— The End —