Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Hinawan niya ang sarili
Buhat sa duguang mga kamay.
Ang amang pinipitaga’y
N-a-p-a-t-i-r-a-p-a!
Humahalik sa balkonaheng may agiw.

Siya’y nangingilak ng barya sa lansangan
May retasong kasuotan
At latang kumakalansing pagka nagkalaman.
Siya’y may mapungaw na mata,
Musmos na kaawa-awa.

Ang relikyang isinusumpong sa salamin,
Panghilamos niya sa umaga’t
Pampunas sa sugat
Na hindi mahilum-hilom sa selda.

Kinitil niya ang pagtutungyayaw
At ang laso’y sinipat sa pagkatao.
May ilaw na nakabubulag –
Yapak ay sa entablado,
Naroon ang susunod na paghuhukom.
kingjay Feb 2019
Unang pagtingin ay hindi lang paghanga
Sa nag-uumpisang ganda ni Dessa
Nangingimi pa na ngumiti
Kapag maglalakad ay kailangan akayin

Diwata sa katauhan ng dalagang-bukid
Karaagan na nais iguhit
Ipagdasal sa mga patron at santo nang hapit
Sana'y makarating ang dinadaing

Tanglaw ng bituin sa umaga
Nakasisilaw na silab
Nang nag-aalinlangan na sa nadarama
bakit inaalala pa ang larawan niya

Pakawalan ang salarin
nang nadakip ng tinatakasang damdamin
Aniban sana ng Reyna-
Abogado na magdedepensa

Kung mangyari na masiil
at wala na makapagtataguan
ipagtatapat sa hukuman-
sa pusong hukom
na nagkasala sa pag-iibigan
Penyair itu melangkahi pengemis pincang yang lelap itu.
Kasurnya adalah trotoar dan mimpinya ntah apa.
Jangan bahas mimpi jadi jutawan dengan kemeja dasi rambut klimis.
Mimpi basah saja harus sembunyi sembunyi.
Kan takut toh masturbasi di pinggir kali ?

Soalnya guys,
coli itu pun harus pake tangan kanan
selain soal tekanannya yang konstan ..

KALAU TANGAN KIRI KIRI KIRI,
Disangka PKI !
Ini perihal dosa Illahi saudara saudari!



Lalu pengemis itu Menatap angannya setinggi bintang di lantai 53 menara menara ibu kota.
Mengelus ngelus perut kurusnya.
Alhamdullilah, hari ini bisa santap sisa paha ayam dari restoran kebarat baratan itu.

Mungkin baginya, Tuhan menjelma dalam bentuk tempat sampah.
Menyediakan pangan sisa sisa umat kesayangan-Nya.
Dan dia, umat yang lupa ia punya.

Pagi datang.
Ia terus berjalan tanpa alas kaki.
Sekelibat melihat lamborgini, berkawal polisi.
Presiden mungkin ah?
Nomor satu, atau duah?

Dia tidak pernah berharap pada Tuhan.
Atau presiden.
Mungkin ia harus tetap berjalan saja.
Atau mungkin ia harus berharap pada ratu adil.
Entah kapan ia munculnya.

Apa ketika jari-jari kakinya lepas.
Hingga tidak bisa melangkah lagi.
Atau lelah menguasai tubuh.
Hingga enggan melangkah lagi.
Atau seluruh kakinya patah
Pun ia tidak peduli lagi?

Apa ratu adil sedang sibuk memasang konde besarnya
Takut takut tidak terlihat cantik saat hadir sebagai pahlawan kesiangan.
Atau ratu adil sedang sibuk
Memutuskan hukuman adil untuk penyair ini yang mempertanyakan kuasa Ilahi dia punya?
Atau mungkin ratu adil berhati dingin.
Seharusnya iya karena mana mungkin beliau yang welas asih membiarkan hambanya pontang panting,
malah sibuk mengurus penyair mengkritik program kerja-Nya tahun ini.

Yah ..

Memperhatikan pengemis itu terpincang-pincang lebih asyik daripada mengurus Tuhan.
Presiden. Atau ratu adil.

Apakah Mas Aristoteles meramalkan distopia pada nusantara?
Pertama kali saya bacakan di Paviliun Puisi, edisi Dys/Utopia pada 6 April 2019.
Surya Kurniawan Jul 2018
Spasi
Kamu tak elok lagi
Berganti walau bagaimana pun
Malam tetap Pagi, Hidup atau Mati
Sambil mengangkat gelas tinggi-tinggi
Dan bersulang demi hidup abadi
Tapi kamu tidak mati bunuh diri
Malah asik bermobil ke tiang lengkung
Melambai pada kami dibalik selubung

Kamu bersembunyi dibalik pohon-pohon
Menguntit yang kabur dari hukuman
Meloloskan yang bertahan
Sambil bersin-bersin tak keruan
Berkelakar getir,
Tetap bebal menolak satir

Aku dan kamu beralonim
Sedang kamu berseloroh dengan Elohim

— The End —