Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Alvian Eleven Dec 2024
Setiap hari kubuka Tiktok.
Selalu kulihat banyak video.
Terus diposting orang orang Gaza.
Bercampur antara duka lara dan suka cita.

Anas sang jurnalis di Jabalia.
Menyiarkan berita bombardir pesawat jet.
Menghancurkan rumah dan sekolah.
Mayat anak anak tergeletak dimana mana.

Hamada sang juru masak di Khan Yunis.
Bersemangat memasak shawarma ayam.
Lalu dia membagikan untuk anak anak.
Mereka tertawa gembira bisa makan enak.

Motasem sang jurnalis di Beit Lahia.
Mendatangi beberapa tenda pengungsi.
Anak anak di dalam tenda tenda itu.
Semuanya kurus kering kelaparan.

Mona sang relawan di Al Mawasi.
Sibuk membagikan bahan bahan kebutuhan.
Beras , tepung , minyak , gula , mie.
Para pengungsi senang menerimanya.

Bisan sang jurnalis di Al Maghazi.
Bertemu banyak rombongan pengungsi.
Mereka kelelahan berjalan jauh.
Sandal dan sepatu mereka sobek semua.

Tito sang badut di Gaza Utara.
Selalu enerjik menghibur anak anak.
Bermain , bernyanyi , berjoget.
Tertawa gembira bersama sama.

Dr Mohammed di rumah sakit Kamal Adwan.
Merasa kelelahan dan ketakutan.
Sendirian mengurusi orang orang terluka.
Sementara rekan rekannya ditangkap semua.

Said sang relawan di Al Nuseirat.
Tanpa lelah memasang tenda tenda.
Memasak makanan dan membagikan barang.
Untuk pengungsi yang terlantar.

Saleh sang jurnalis di Khan Yunis.
Menemukan anak lelaki saat tengah malam.
Menangis sendirian di kuburan ibunya.
Tidak mau kembali ke tenda hingga pagi tiba.

Dahlan sang relawan di Deir El Balah.
Mengadakan acara nonton kartun bersama.
Anak anak berkumpul dan merasa gembira.
Nonton kartun sambil makan popcorn.

Ahmed sang jurnalis di Al Nuseirat.
Merasa kasihan melihat anak anak di dalam tenda.
Mereka kepanasan saat siang terik.
Dan kebanjiran saat hujan deras.

Samaa sang gadis pemain biola di Tel El Hawa.
Duduk di bawah pohon sambil memainkan biola.
Anak anak yang melihatnya tampak tenang.
Terlarut melupakan semua penderitaan.

Youmna sang jurnalis di Shujaiya.
Bertemu anak anak yang terlantar.
Mereka memungut makanan dari sampah.
Dan meminum air dari comberan.

Alaa sang tukang cukur di Al Nuseirat.
Mencukur rambut orang orang tanpa bayaran.
Dia cukup senang mendapat sedikit imbalan.
Rokok , roti , kopi atau ucapan terima kasih.

Hossam sang jurnalis di stadion Yarmouk.
Meliput banyak pengungsi yang berdatangan.
Mereka kelelahan , kelaparan , kehausan.
Terlantar tak punya tenda.

Renad sang gadis cilik di Deir El Balah.
Selalu ceria memasak berbagai makanan.
Dia memasak maqluba tanpa ayam.
Harga ayam naik tinggi tak terbeli.

Doaa sang jurnalis di rumah sakit Al Nasser.
Mengunjungi anak anak yang terluka.
Ada yang tangan dan kakinya buntung.
Ada yang kulitnya mengelupas terkena fosfor.

Israa sang guru di Al Bureij.
Mengajak rekan rekannya membuka tenda sekolah.
Mereka memberi alat menulis dan menggambar.
Anak anak senang bisa sekolah lagi.

Hind sang jurnalis di rumah sakit Al Aqsa.
Menyiarkan berita yang mengerikan.
Tenda tenda di sekitarnya hancur berantakan.
Terbakar terkena bombardir pesawat jet.

Samih sang pemuda pemain oud di Deir El Balah.
Penuh semangat bernyanyi sambil memainkan oud.
Sementara teman temannya lincah menari dabke.
Menghibur orang orang yang mengungsi.

Samara sang jurnalis di Al Zaitun.
Mendatangi tenda tenda para pengungsi.
Banyak anak anak yang kulitnya gatal.
Penuh borok dirubungi lalat.

Abdullah sang petani di Khan Yunis.
Nekat menyelinap kembali ke kebunnya.
Agar dia bisa memanen sekarung buah olive.
Cukup untuk dibagi para pengungsi.

Faiz sang jurnalis di Rafah.
Meliput jalanan yang sepi.
Tak ada apapun selain mayat mayat berlumuran darah.
Tewas bergelimpangan diserang quadcopter.

Hassan sang dosen di Al Rimal.
Tanpa lelah melakukan kuliah online.
Para mahasiswa bersemangat melanjutkan kuliah.
Tak peduli dengan kekacauan , kesulitan dan keterbatasan.

Mahmoud sang jurnalis di Shujaiya.
Menutup hidungnya sambil melakukan liputan.
Mayat mayat membusuk menjadi tulang belulang.
Dimakan anjing anjing liar yang kelaparan.

Abdallah sang relawan di Deir El Balah.
Sibuk mengurusi banyak kucing liar.
Dia mengobati dan memberi makan.
Lalu membelai belai dan bermain main.

  Mousa sang penyelamat sipil di Beit Hanoun.
Merasa putus asa tidak bisa menolong.
Orang orang yang terluka tertimpa bangunan.
Merintih rintih kesakitan menunggu kematian.

Fadi sang relawan di Al Maghazi.
Terus bergerak bersama rekan rekannya.
Mereka memasang solar panel , mengebor sumur dan membuat.
Para pengungsi memuji kerja keras mereka.

Yousef sang petugas medis di rumah sakit Al Quds.
Merasa ketakutan naik ambulance.
Drone pengebom terus mengejar.
Meledakkan jalanan yang dilewati.

Menna sang pelukis di Al Shati.
Menyuruh anak anak untuk mengantri.
Sementara dia melukis wajah mereka satu persatu.
Lukisan semangka , Handala dan bendera Palestina.

Nofal sang jurnalis di Shujaiya.
Mewawancarai seorang pria kurus penuh luka.
Pria itu baru saja dibebaskan dari penjara.
Terus disiksa hingga mengalami trauma.

Maha sang jurnalis di Deir El Balah.
Bersantai di pantai sambil memandangi senja.
Sementara anak anak muda di sekitarnya.
Penuh semangat bermain sepakbola.

Naji sang sopir taxi di kota Gaza.
Menyetir mobilnya pelan pelan sambil menangis.
Dia sedih melihat seluruh kotanya hancur lebur.
Tak ada yang tersisa selain puing puing reruntuhan.

Fatema sang relawan di Al Shati.
Berkumpul bersama anak anak perempuan di tenda besar.
Mereka duduk di tikar sambil membaca ayat ayat Al Quran.
Terdengar merdu hingga meneguhkan keimanan.

Ouda sang jurnalis di Jabalia.
Bertemu seorang pria yang naik kereta keledai pelan pelan.
kereta keledai itu mengangkut mayat anak anak yang berlumuran darah.
Ada yang kepalanya pecah , ada yang perutnya hancur.

Nour sang jurnalis di kota Gaza.
Tertawa senang melihat anak anak muda di sekitarnya.
Mereka bermain parkour melompati puing puing reruntuhan.
Lalu mengibarkan bendera Palestina di atas atap yang hampir roboh.

Khaled sang jurnalis di Beit Hanoun.
Tergesa gesa meliput pengeboman drone di jalanan.
Ledakan bom menghancurkan mobil hingga ringsek.
Orang orang di dalam mobil tewas mengenaskan berlumuran darah.

Ashraf sang insinyur elektronik di Al Nuseirat.
Tampak senang memamerkan barang barang buatannya.
Kipas angin , lampu meja , charger ponsel hingga kulkas.
Semuanya dibuat dengan rongsokan yang dia temukan.

Lubna sang jurnalis di rumah sakit Al Shifa.
Meliput kengerian setelah pembantaian massal.
Ratusan mayat membusuk bergelimpangan dimana mana.
Semuanya hancur tak berbentuk setelah dilindas tank dan buldoser.

Firas sang relawan di Al Bureij.
Naik truk bersama rekan rekannya ke tempat pengungsian.
Begitu tiba mereka langsung membagikan sepatu , mantel dan jaket tebal.
Anak anak senang tak lagi kedinginan.

Jumana sang janda di Al Mawasi.
Menangis teringat suaminya yang tewas tertembak quadcopter.
Dia juga lelah berusaha bertahan hidup tanpa suaminya.
Sementara anak anaknya masih kecil semua.

Rami sang pemuda kreatif di Al Nuseirat.
Mengumpulkan banyak kardus bekas dari tempat sampah.
Setelah itu dia membuat beraneka mainan kardus untuk anak anak.
Mobil mobilan , motor motoran , kapal kapalan dan lainnya.

Wedad sang gadis remaja di Al Mawasi.
Termenung sedih sambil memegang kunci tua dan kunci baru.
Kunci tua itu milik neneknya yang terusir dari rumah sejak 1948.
Kunci baru itu miliknya sendiri yang terus dibawa setelah rumahnya dihancurkan.

Mosab sang pelukis mural di Rafah.
Membawa banyak peralatan lukis dan cat beraneka warna.
Dengan penuh semangat dia melukis mural di reruntuhan tembok yang lebar.
Yang dia lukis adalah sosok Handala sedang makan semangka.

Dokter Ayaz di rumah sakit Al Awda.
Menangis melihat bayi bayi prematur yang tidur dalam inkubator.
Tak ada kiriman bahan bakar untuk terus menyalakan listrik yang hampir padam.
Bayi bayi prematur itu akan segera mati satu persatu.

Aboud sang pemuda kreatif di Al Maghazi.
Mengajak anak anak membuat layangan besar bendera Palestina.
Lalu mereka menerbangkan layangan besar itu di tepi pantai.
Siapapun yang melihatnya merasa masih punya harapan.

Duka lara yang dialami orang orang Gaza masih terus berlanjut.
Tapi orang orang Gaza masih terus melanjutkan suka cita.
Melakukan apapun yang masih bisa dilakukan.
Menikmati apapun yang masih bisa dinikmati.


November 2024

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Dec 2024
Bulan tampak besar dan terang.
Aku memandangnya pada saat tengah malam.
Sambil berdiri di tepi sawah yang sepi.
Dekat rel kereta pinggiran Surabaya.

Kukeluarkan ponselku dari saku celana.
Lalu kupotret bulan yang kupandang.
Setelah itu langsung kuunggah fotonya.
Pada akun Instagramku.

Kulihat ada banyak postingan foto.
Dari akun Instagram orang orang Gaza.
Ternyata mereka juga sedang memandang bulan.
Bulan yang sama dengan yang kupandang.

Maha sedang duduk di atap rumah.
Dia memandang bulan sambil minum kopi.
Tanpa peduli bombardir pesawat jet.
Meledakkan pemukiman di Deir El Balah.

Omar sedang nongkrong dengan temannya.
Dia memandang bulan sambil merokok.
Melepas lelah setelah membantu relawan.
Membagikan makanan di Khan Yunis.

Mariam sedang termenung di depan tenda.
Dia memandang bulan sambil mengenang.
Kehidupannya yang hilang tak tersisa.
Terkubur puing puing rumahnya di Tel El Hawa.

Malak sedang menangis sedih.
Dia memandang bulan sambil mengingat.
Seorang teman akrabnya yang telah tiada.
Tewas terkena tembakan ******.

Dr Abraham sedang duduk di balkon.
Dia memandang bulan sambil mengeluh.
Kelelahan mengurusi orang orang terluka.
Memenuhi rumah sakit Al Nasser.

Saleh sedang melihat sekumpulan anak muda.
Mereka gembira menari dabke dan bermain oud.
Di atas puing puing reruntuhan bangunan.
Sementara bulan bersinar terang di belakang.

Begitulah bulan yang besar dan terang.
Menjadi penghias malam orang orang Gaza.
Yang masih terjebak kekacauan panjang.
Tanpa tahu kapan akan berakhir.


October 2024

By Alvian Eleven
Simpleton Feb 2021
I remember dancing at your wedding
To the sound of gunshots chasing into the sky
The dancefloor hungry for our dabke
Feet pounding in unison
Splitting the Earth open
Outside in the streets
We grew up in
We stamped with hope
But our chained arms around each other's shoulders
Was a wave of grief for the dead
For your father
Abdallah
Everyone loved him so
For your brother Khalid
And his son Saif
It was too early for them to go
At my wedding the line of dancers so short
Our feet battered the ground in accusation
For all the ones it swallowed
I pummeled the unfaithful soil
And on my way home
I hung the swing we played on
Many moons ago
Alvian Eleven Dec 2024
Tonight the air feels very cold.
I'm sitting alone at the terrace of an old cafe.
Drinking coffee while opening my Tiktok account.
As usual I see posts from Gazans.
Various videos about their daily lives amidst the long chaos.

Half an hour ago Fadi uploaded his video.
He was busy with his friends who were members of the volunteer team.
They were installing tents , toilets and solar panels for the refugees in Al Mawasi.
People were happy to see the results of their work.

An hour ago Dahlan uploaded his video.
He held a cartoon movie watching event with his friends who were members of the volunteer team.
The children looked happy watching cartoon movie in a big tent.
They also got pizzas and popcorns to eat while watching cartoon.

Two hours ago Ashraf the electrical engineer uploaded his video.
He looked enthusiastic about making various electronic items.
Table lamp , phone charger , fan and mini refrigerator.
All of which he made with scrap materials he found.

Three hours ago Mousa the civil rescuer uploaded his video.
He felt hopeless couldn't save people who were crushed by building rubble.
They were moaning in pain waiting to die.
While Mousa just cried and couldn't do anything because of limited equipment.

Four hours ago Youmna the journalist uploaded her video.
She was meeting some displaced children.
They were wandering around the street picking up leftover food from the trash.
Also drinking ***** water from the gutter.

Five hours ago Doctor Ayas uploaded his video.
He was crying sadly when he saw premature babies who had died in incubators.
Since two weeks ago he and all the medical staffs were forced to leave Al Awda Hospital.
In the end the premature babies died with no one to take care of them.

Six hours ago Hamada the strange chef uploaded his video.
He looked enthusiastic about making chocolate croissant cakes.
After baking all the cakes were distributed to children in refugee camps.
They all ate the cakes with great joy.

Seven hours ago Hind the journalist uploaded her video.
She was covering the news at Al Aqsa hospital.
Many people and children were seriously injured.
Their legs and arms were amputated.

Eight hours ago Samih the oud player uploaded his video.
He was singing while playing his oud guitar.
While his friends were wearing keffiyehs and enthusiastically dancing dabke.
Entertaining people and children in refugee camps.

Nine hours ago Bisan the journalist uploaded her video.
She was visiting a refugee camp in Al Maghazi.
Many tents were destroyed and burnt out.
hit by jet bombardment last night.

Ten hours ago Abdallah the animal rescuer uploaded his video.
He was feeding many stray cats he found.
He was also caring for a cat that was seriously injured.
Hit by fragments of an exploding missile.

Eleven hours ago Omar the tailor uploaded his video.
He was sewing clothes for a little girl.
The clothes were made from thin blanket.
Because the girl's mother didn't have money to buy clothes or fabric.

Twelve hours ago Fatema uploaded her video.
She was teaching to memorize the Quran with her friends.
The children looked enthusiastic about reading verses of the Quran while sitting in a circle on the carpet.
Their voices sounded melodious.

Thirteen hours ago Doctor Mohammed uploaded his video.
he was exhausted taking care of injured people and children in Kamal Adwan hospital.
While only a small supply of medicine remained.
The fuel for the generator was also running out.

Fourteen hours ago Firaz uploaded his video.
He visited the refugee camp in Al Bureij with his friends who were members of the volunteer team.
They seemed enthusiastic about distributing various children's items for winter.
Jackets , sweaters , scarves , shoes and thick blankets.

Fifteen hours ago Tito the clown uploaded his video.
He was dancing and doing acrobatics using his long legs.
While the children who saw him were very happy.
They felt entertained by Tito's energetic attractions.

Sixteen hours ago Hassan the lecturer uploaded his video.
In the tent he was trying to lecture online.
While the wifi was very slow and the laptop battery was almost dead.
But he didn't want to give up.

That's how they go through day after day in Gaza.
I'm tired of seeing the long chaos in Gaza that continues every day without stopping.
What I can do is comment words of encouragement to them.
So that they don't feel abandoned by the world.
And they still have fighting spirit to get through the hard , tiring and dangerous days.


December 2024

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Dec 2024
It's midnight the moon looks big and bright.
I look that moon on the edge of a quiet and dark rice field.
Near the train track on the outskirts of Surabaya.
Which goes towards Sidoarjo.

I'm taking a photo of that moon.
Then I immediately upload it to my Instagram account.
I see there are lots of photo posts from the people in Gaza.
It turns out they were also looking at the moon.

A few minutes ago Maha uploaded her photo.
She was sitting on the roof of the house with her cat.
She looked at the moon while drinking coffee.
Without caring that jet planes were bombarding the neighborhood in Deir El Balah.

Half an hour ago Omar uploaded his photo.
He was hanging out in front of the tent with his friends.
They were looking at the moon while smoking hookah.
Relaxing after helping volunteers in Khan Yunis.

Half an hour ago Mariam uploaded her photo.
She was sitting pensively in front of the tent.
She looked at the moon while remembering her family who had died.
Buried among the rubble of her house in Tel El Hawa.

An hour ago Dr Abraham uploaded his photo.
He was sitting on the balcony of Al Nasser Hospital.
He looked at the moon while complaining.
Tired of taking care of the injured people who were arriving.

An hour ago Saleh the journalist uploaded his photo.
He saw a group of young people dancing dabke and playing oud guitar.
They were standing together on the rubble of a building.
While the moon seemed to be shining brightly behind them.

This big and bright moon really looks beautiful.
Decorating the night of the people in Gaza.
Who are still trapped in the long chaos.
Without knowing when it will end.


December 2024

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Mar 26
Oh Habibti.
Before I planned to marry you.
I had already married Palestine.
I had married Palestine with my deepest soul.
Then I got to know you and realized something.
That you are the human form of Palestine.
Palestine in the form of a beautiful woman.
That's you wearing thobe.
That's you cooking maqluba.
That's you dancing dabke.
That's you pounding olives.
That's you showing resilience.
That's you teaching life.
That's you who made me fall in love.
Oh Habibti.


March 2025

By Alvian Eleven

— The End —