Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Alvian Eleven Dec 2024
Should we be grateful ?!
We can eat three times a day.
Meanwhile people in Gaza are starving.

Should we be grateful ?!
we can drink coffe , fruit juice and cold drinks
Meanwhile people in Gaza are thirsty.

Should we be grateful ?!
We can sleep using a warm blanket in our comfort room.
Meanwhile people in Gaza are freezing in flooded tents.

Should we be grateful ?!
We can freely use wifi.
Meanwhile people in Gaza have difficulty getting internet.

Should we be grateful ?!
We can freely use electricity.
Meanwhile people in Gaza have to charge their cellphones using solar panels.

Should we be grateful ?!
We can relax and enjoy the beauty of nature.
Meanwhile people in Gaza are trapped in dangerous chaos.

Should e be grateful ?!
We can go to any places we like.
Meanwhile people in Gaza don't know where to go.

Should we be grateful ?!
We have money to buy anything.
Meanwhile people in Gaza have difficulty getting donations.

Should we be grateful ?!
We can buy all the necessary things.
Meanwhile people in Gaza cannot buy anything because prices are increasing.

Should we be grateful ?!
Our children can play in the park and go to school.
Meanwhile children in Gaza are exhausted from queuing for water and food in the sweltering heat.

Should we be grateful ?!
Our children can sleep peacefully while having sweet dreams.
Meanwhile children in Gaza cannot sleep because of the sound of non stop bombardments.

Should we be grateful ?!
Just because our lives are still pretty normal.
Meanwhile the lives of Gazans are far below normal.


November 2024

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Dec 2024
The watermelon emoji can cause your social media accounts to be suspended or blocked.
If you post watermelon emojis too often it means you are considered to be breaking the rules.
The rules are actually a way to silence the truth.
Any posts about Gaza or Palestine will be subject to censorship even if only a watermelon emoji.
Maybe because they are allergic to watermelon.
Especially triangle watermelon facing downward.


December 2024

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Dec 2024
Orang orang Indonesia suka makan Indomie.
Anak anak kos kere selalu makan Indomie.
Warung warung burjo juga selalu menyediakan Indomie.
Begitu juga aku yang seumur hidup selalu makan Indomie.

Indomie juga disukai orang orang Gaza.
Indomie menjadi makanan penyelamat mereka.
Indomie terus dikirimkan truk truk yang mengangkut bantuan.
Indomie dimasak dan dibagikan di tempat tempat pengungsian.

Tapi zionis zionis sinting malah menghancurkan Indomie.
Mereka mencegat truk yang mengangkut berdus dus Indomie.
Diambil secara paksa lalu diinjak injak hingga hancur semua Indomie.
Padahal seharusnya orang orang Gaza yang kelaparan bisa makan Indomie.

Banyak foto dan video yang menampilkan aksi penghancuran Indomie.
Tentu saja aku marah melihat zionis zionis sinting menghancurkan Indomie.
Orang orang Indonesia benar benar marah melihat hancurnya berdus dus Indomie.
Sosial media penuh komentar kemarahan tak terima melihat dihancurkannya berdus dus Indomie.


November 2024

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Mar 23
Humanity ?!...
Humanity what ?!...
I see no humanity.
I only see hypocrisy.


March 2025

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Jan 29
Oh Habibti.
Why are you so beautiful ?
Your smile seduces my heart.
Your gaze brightens my soul.
You are the most beautiful woman in Gaza.
I want to make you my beloved wife.
Oh Habibti.


January 2025

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Dec 2024
Setelah 07 Oktober adalah normal baru.
Orang orang Gaza tak lagi punya kehidupan.
Kehidupan telah dihancurkan kekacauan.
Kekacauan panjang yang penuh penderitaan.

Tiap hari Hassan dan keluarganya terlunta lunta.
Menyusuri jalanan tanpa tahu harus kemana.
Tenda dan barang tertinggal di pengungsian yang hancur diserang.
Itulah normal baru Hassan.

Berkali kali Asmaa mendapat kabar buruk.
Murid muridnya telah tewas satu persatu.
Dia hanya bisa menangis teringat mereka.
Itulah normal baru Asmaa.

Samara sedih ketika anaknya ulang tahun.
Dia tak bisa membuat kue **** seperti biasanya.
Yang dia buat hanyalah lumpur berbentuk kue ****.
Itulah normal baru Samara.

Berbotol botol minyak goreng dibeli Mai.
Semuanya diisi ke dalam tanki mobilnya.
Setelah itu dia melintasi jalan Al Rashid yang penuh kehancuran.
Itulah normal baru Mai.

Mustafa sering duduk di tepi pantai.
Terus terusan termenung sedih sambil menangis.
Teringat gadis pujaannya yang tewas mengenaskan.
Itulah normal baru Mustafa.

Fadi sering kelelahan berjalan kaki jauh.
Mencari cari solar panel untuk mengecas laptop.
Dan juga tempat yang menjangkau internet.
Itulah normal baru Fadi.

Tiap hari Mariam selalu kelelahan.
Dia harus mengantri air dan mencari kayu bakar.
Setelah itu mencuci , memasak dan membersihkan tenda.
Itulah normal baru Mariam.

Tiap pergi ke pasar Heba selalu merasa jengkel.
Harga telur , ayam dan sayuran semakin naik tinggi.
Sementara dia kesulitan mendapatkan donasi.
Itulah normal baru Heba.

Yousef sering ikut nelayan ke laut.
Naik perahu sambil membawa jala untuk mencari ikan.
Tapi hanya sebentar di laut kapal perang datang menggempur.
Itulah normal baru Yousef.

Tiap melihat foto dirinya Mohammed selalu sedih.
Badannya kurus kering dan pucat kulitnya.
Akibat sering kelaparan dan kekurangan gizi.
Itulah normal baru Mohammed.

Abdullah selalu kesulitan mendapatkan donasi.
Dia sudah senang jika bisa membeli mie dan kopi.
Baginya itu menjadi suatu kemewahan.
Itulah normal baru Abdullah.

Tiap teringat kebun olive miliknya Ali selalu sedih.
Kebun warisan keluarganya itu sudah terbakar habis.
Tak ada lagi yang tersisa selain hanya kenangan saat musim panen.
Itulah normal baru Ali.

Melanjutkan sekolah online memang melelahkan.
Tiap hari Tareq harus berjalan jauh untuk mengecas laptop.
Dia juga sering kesulitan mendapat koneksi internet.
Itulah normal baru Tareq.

Gas dan bensin sulit didapatkan.
Satu satunya bahan bakar hanyalah minyak goreng.
Ayahnya Omar menjualnya di pinggir jalan.
Itulah normal baru ayahnya Omar.

Khaled dan keluarganya sering kelaparan.
Uang donasi tak menentu dan tak ada bantuan makanan.
Satu satunya yang bisa dimakan hanyalah makanan ternak.
Itulah normal baru Khaled.

Tiap melihat foto dirinya Eman sering menangis.
Wajahnya tampak kusut dan kecantikannya memudar.
Bibirnya yang kering tak bisa lagi tersenyum.
Itulah normal baru Eman.

Musim dingin Aya sangat menderita.
Dia meringkuk kedinginan di dalam tenda yang kehujanan.
Tak ada selimut atau apapun yang menghangatkan.
Itulah normal baru Aya.

Tiap hari Walid pergi kemana mana.
Naik kereta keledai mengantarkan orang orang.
Sambil berhati hati menghindari drone terbang.
Itulah normal baru Walid.

Kamera Nassar tampak kusam.
Tiap hari dia selalu menyusuri jalanan berdebu.
Yang dia potret hanya rombongan pengungsi dan mayat mayat bergelimpangan.
Itulah normal baru Nassar.

Ketika ramadhan Fatema merasa sedih.
Dia tak punya bahan untuk membuat kue.
Yang dia punya hanyalah sisa tepung penuh belatung.
Itulah normal baru Fatema.

Kakeknya Ashraf terbaring lemah di dalam tenda.
Sering berteriak ketakutan saat mendengar suara.
Ledakan demi ledakan bombardir pesawat jet dan helikopter.
Itulah normal baru kakeknya Ashraf.

Khalil sering menggerutu.
Tiap pertandingan El Classico dia tidak bisa nonton.
Yang bisa dia lakukan hanya membaca berita sepakbola.
Itulah normal baru Khalil.

Huda merasa lelah meneruskan kuliah online.
Sementara dia sering terkenang dengan kampusnya yang telah hancur.
Dan juga teman temannya yang telah tewas.
Itulah normal baru Huda.

Ketika musim panas Kareem sangat menderita.
Dia kepanasan di dalam tenda yang sempit.
Sementara di luar matahari benar benar terik.
Itulah normal baru Kareem.

Shayma kesal laptopnya rusak.
Dia tak bisa lagi menonton film dan anime yang sering dia unduh.
Sementara tukang servis laptop baru saja tewas.
Itulah normal baru Shayma.

Tiap pergi ke pasar ayahnya Lubna merasa sedih.
Sayuran dan buah buahan harganya naik tinggi tak terbeli.
Padahal dulu bisa dipanen banyak di kebun sendiri.
Itulah normal baru ayahnya Lubna.

Malak sering sakit sakitan.
Tak ada yang bisa dia lakukan selain hanya terbaring lemah.
Kehilangan semangat untuk melakukan apapun.
Itulah normal baru Malak.

Tiap sore Zaina selalu kelelahan.
Dia terus keliling tempat pengungsian menjual falafel buatannya.
Tapi hanya sedikit orang yang punya uang untuk membeli.
Itulah normal baru Zaina.

Saat merasa suntuk Dima sering menyesal.
Dia tidak membawa koleksi novelnya yang tertinggal di rumah.
Satu satunya penghiburan hanyalah mengingat berbagai cerita koleksi novelnya.
Itulah normal baru Dima.

Anak anaknya Hussein selalu kelelahan.
Tiap hari mereka menghabiskan waktu berjam jam.
Hanya untuk antri pembagian air dan makanan saat panas terik.
Itulah normal baru anak anaknya Hussein.

Tiap hari Reem selalu kelelahan kurang tidur.
Apalagi saat menstruasi dia benar benar menderita.
Sobekan tenda yang kasar dia jadikan pembalut.
Itulah normal baru Reem.

Amal telah kehilangan semangat dan harapan.
Tak sanggup meneruskan kuliah online di tengah kekacauan.
Rencana melanjutkan kuliah ke Eropa sudah dia lupakan.
Itulah normal baru Amal.

Dr Ghassan sering kebingungan.
Pasokan obat obatan di rumah sakit Al Quds semakin habis.
Sementara tiap hari puluhan orang dan anak  yang terluka terus berdatangan.
Itulah normal baru Dr Ghassan.

Ahmed dan keluarganya kelelahan bertahan hidup.
Berkali kali mereka pindah tempat pengungsian.
Setelah tenda tenda dibombardir pesawat jet dan helikopter.
Itulah normal baru Ahmed.

Saat tengah malam Aboud sering bersedih.
Dia menyesal tidak bisa menyelamatkan rekan rekannya di rumah sakit Al Shifa.
Mereka tewas dieksekusi massal hingga Aboud merasa sedih mengingatnya.
Itulah normal baru Aboud.

Tiap malam Mahmoud sering meratapi nasib.
Dia kehilangan segalanya tak punya apa apa lagi , tak punya siapa siapa lagi.
Dia sering mempertanyakan kenapa dirinya masih hidup.
Itulah normal baru Mahmoud.

Sham mengalami trauma parah.
Tatapannya kosong dan sering menangis.
Teringat keluarganya yang tewas dilindas tank.
Itulah normal baru Sham.

Saat malam yang dingin Sondos selalu menghangatkan diri.
Dia membakar tumpukan buku kuliahnya dengan rasa kecewa.
Baginya hukum internasional dan hak asasi manusia cuma ilusi belaka.
Itulah normal baru Sondos.

Tiap malam Bayan dan Layan tidak bisa tidur.
Di tengah bombardir pesawat jet tanpa henti mereka terus memandangi langit.
Berharap keajaiban akan mengubah keadaan.
Itulah normal baru Bayan dan Layan.

Normal baru menjadi masa kini yang menyakitkan.
Terlalu menyakitkan untuk dijalani selama setahun lebih.
Tak ada yang tahu kapan berakhirnya kekacauan panjang yang tak berkesudahan.
Terus menerus menghancurkan kehidupan dan mengancam masa depan.


November 2024

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Dec 2024
Setiap hari kubuka Tiktok.
Selalu kulihat banyak video.
Terus diposting orang orang Gaza.
Bercampur antara duka lara dan suka cita.

Anas sang jurnalis di Jabalia.
Menyiarkan berita bombardir pesawat jet.
Menghancurkan rumah dan sekolah.
Mayat anak anak tergeletak dimana mana.

Hamada sang juru masak di Khan Yunis.
Bersemangat memasak shawarma ayam.
Lalu dia membagikan untuk anak anak.
Mereka tertawa gembira bisa makan enak.

Motasem sang jurnalis di Beit Lahia.
Mendatangi beberapa tenda pengungsi.
Anak anak di dalam tenda tenda itu.
Semuanya kurus kering kelaparan.

Mona sang relawan di Al Mawasi.
Sibuk membagikan bahan bahan kebutuhan.
Beras , tepung , minyak , gula , mie.
Para pengungsi senang menerimanya.

Bisan sang jurnalis di Al Maghazi.
Bertemu banyak rombongan pengungsi.
Mereka kelelahan berjalan jauh.
Sandal dan sepatu mereka sobek semua.

Tito sang badut di Gaza Utara.
Selalu enerjik menghibur anak anak.
Bermain , bernyanyi , berjoget.
Tertawa gembira bersama sama.

Dr Mohammed di rumah sakit Kamal Adwan.
Merasa kelelahan dan ketakutan.
Sendirian mengurusi orang orang terluka.
Sementara rekan rekannya ditangkap semua.

Said sang relawan di Al Nuseirat.
Tanpa lelah memasang tenda tenda.
Memasak makanan dan membagikan barang.
Untuk pengungsi yang terlantar.

Saleh sang jurnalis di Khan Yunis.
Menemukan anak lelaki saat tengah malam.
Menangis sendirian di kuburan ibunya.
Tidak mau kembali ke tenda hingga pagi tiba.

Dahlan sang relawan di Deir El Balah.
Mengadakan acara nonton kartun bersama.
Anak anak berkumpul dan merasa gembira.
Nonton kartun sambil makan popcorn.

Ahmed sang jurnalis di Al Nuseirat.
Merasa kasihan melihat anak anak di dalam tenda.
Mereka kepanasan saat siang terik.
Dan kebanjiran saat hujan deras.

Samaa sang gadis pemain biola di Tel El Hawa.
Duduk di bawah pohon sambil memainkan biola.
Anak anak yang melihatnya tampak tenang.
Terlarut melupakan semua penderitaan.

Youmna sang jurnalis di Shujaiya.
Bertemu anak anak yang terlantar.
Mereka memungut makanan dari sampah.
Dan meminum air dari comberan.

Alaa sang tukang cukur di Al Nuseirat.
Mencukur rambut orang orang tanpa bayaran.
Dia cukup senang mendapat sedikit imbalan.
Rokok , roti , kopi atau ucapan terima kasih.

Hossam sang jurnalis di stadion Yarmouk.
Meliput banyak pengungsi yang berdatangan.
Mereka kelelahan , kelaparan , kehausan.
Terlantar tak punya tenda.

Renad sang gadis cilik di Deir El Balah.
Selalu ceria memasak berbagai makanan.
Dia memasak maqluba tanpa ayam.
Harga ayam naik tinggi tak terbeli.

Doaa sang jurnalis di rumah sakit Al Nasser.
Mengunjungi anak anak yang terluka.
Ada yang tangan dan kakinya buntung.
Ada yang kulitnya mengelupas terkena fosfor.

Israa sang guru di Al Bureij.
Mengajak rekan rekannya membuka tenda sekolah.
Mereka memberi alat menulis dan menggambar.
Anak anak senang bisa sekolah lagi.

Hind sang jurnalis di rumah sakit Al Aqsa.
Menyiarkan berita yang mengerikan.
Tenda tenda di sekitarnya hancur berantakan.
Terbakar terkena bombardir pesawat jet.

Samih sang pemuda pemain oud di Deir El Balah.
Penuh semangat bernyanyi sambil memainkan oud.
Sementara teman temannya lincah menari dabke.
Menghibur orang orang yang mengungsi.

Samara sang jurnalis di Al Zaitun.
Mendatangi tenda tenda para pengungsi.
Banyak anak anak yang kulitnya gatal.
Penuh borok dirubungi lalat.

Abdullah sang petani di Khan Yunis.
Nekat menyelinap kembali ke kebunnya.
Agar dia bisa memanen sekarung buah olive.
Cukup untuk dibagi para pengungsi.

Faiz sang jurnalis di Rafah.
Meliput jalanan yang sepi.
Tak ada apapun selain mayat mayat berlumuran darah.
Tewas bergelimpangan diserang quadcopter.

Hassan sang dosen di Al Rimal.
Tanpa lelah melakukan kuliah online.
Para mahasiswa bersemangat melanjutkan kuliah.
Tak peduli dengan kekacauan , kesulitan dan keterbatasan.

Mahmoud sang jurnalis di Shujaiya.
Menutup hidungnya sambil melakukan liputan.
Mayat mayat membusuk menjadi tulang belulang.
Dimakan anjing anjing liar yang kelaparan.

Abdallah sang relawan di Deir El Balah.
Sibuk mengurusi banyak kucing liar.
Dia mengobati dan memberi makan.
Lalu membelai belai dan bermain main.

  Mousa sang penyelamat sipil di Beit Hanoun.
Merasa putus asa tidak bisa menolong.
Orang orang yang terluka tertimpa bangunan.
Merintih rintih kesakitan menunggu kematian.

Fadi sang relawan di Al Maghazi.
Terus bergerak bersama rekan rekannya.
Mereka memasang solar panel , mengebor sumur dan membuat.
Para pengungsi memuji kerja keras mereka.

Yousef sang petugas medis di rumah sakit Al Quds.
Merasa ketakutan naik ambulance.
Drone pengebom terus mengejar.
Meledakkan jalanan yang dilewati.

Menna sang pelukis di Al Shati.
Menyuruh anak anak untuk mengantri.
Sementara dia melukis wajah mereka satu persatu.
Lukisan semangka , Handala dan bendera Palestina.

Nofal sang jurnalis di Shujaiya.
Mewawancarai seorang pria kurus penuh luka.
Pria itu baru saja dibebaskan dari penjara.
Terus disiksa hingga mengalami trauma.

Maha sang jurnalis di Deir El Balah.
Bersantai di pantai sambil memandangi senja.
Sementara anak anak muda di sekitarnya.
Penuh semangat bermain sepakbola.

Naji sang sopir taxi di kota Gaza.
Menyetir mobilnya pelan pelan sambil menangis.
Dia sedih melihat seluruh kotanya hancur lebur.
Tak ada yang tersisa selain puing puing reruntuhan.

Fatema sang relawan di Al Shati.
Berkumpul bersama anak anak perempuan di tenda besar.
Mereka duduk di tikar sambil membaca ayat ayat Al Quran.
Terdengar merdu hingga meneguhkan keimanan.

Ouda sang jurnalis di Jabalia.
Bertemu seorang pria yang naik kereta keledai pelan pelan.
kereta keledai itu mengangkut mayat anak anak yang berlumuran darah.
Ada yang kepalanya pecah , ada yang perutnya hancur.

Nour sang jurnalis di kota Gaza.
Tertawa senang melihat anak anak muda di sekitarnya.
Mereka bermain parkour melompati puing puing reruntuhan.
Lalu mengibarkan bendera Palestina di atas atap yang hampir roboh.

Khaled sang jurnalis di Beit Hanoun.
Tergesa gesa meliput pengeboman drone di jalanan.
Ledakan bom menghancurkan mobil hingga ringsek.
Orang orang di dalam mobil tewas mengenaskan berlumuran darah.

Ashraf sang insinyur elektronik di Al Nuseirat.
Tampak senang memamerkan barang barang buatannya.
Kipas angin , lampu meja , charger ponsel hingga kulkas.
Semuanya dibuat dengan rongsokan yang dia temukan.

Lubna sang jurnalis di rumah sakit Al Shifa.
Meliput kengerian setelah pembantaian massal.
Ratusan mayat membusuk bergelimpangan dimana mana.
Semuanya hancur tak berbentuk setelah dilindas tank dan buldoser.

Firas sang relawan di Al Bureij.
Naik truk bersama rekan rekannya ke tempat pengungsian.
Begitu tiba mereka langsung membagikan sepatu , mantel dan jaket tebal.
Anak anak senang tak lagi kedinginan.

Jumana sang janda di Al Mawasi.
Menangis teringat suaminya yang tewas tertembak quadcopter.
Dia juga lelah berusaha bertahan hidup tanpa suaminya.
Sementara anak anaknya masih kecil semua.

Rami sang pemuda kreatif di Al Nuseirat.
Mengumpulkan banyak kardus bekas dari tempat sampah.
Setelah itu dia membuat beraneka mainan kardus untuk anak anak.
Mobil mobilan , motor motoran , kapal kapalan dan lainnya.

Wedad sang gadis remaja di Al Mawasi.
Termenung sedih sambil memegang kunci tua dan kunci baru.
Kunci tua itu milik neneknya yang terusir dari rumah sejak 1948.
Kunci baru itu miliknya sendiri yang terus dibawa setelah rumahnya dihancurkan.

Mosab sang pelukis mural di Rafah.
Membawa banyak peralatan lukis dan cat beraneka warna.
Dengan penuh semangat dia melukis mural di reruntuhan tembok yang lebar.
Yang dia lukis adalah sosok Handala sedang makan semangka.

Dokter Ayaz di rumah sakit Al Awda.
Menangis melihat bayi bayi prematur yang tidur dalam inkubator.
Tak ada kiriman bahan bakar untuk terus menyalakan listrik yang hampir padam.
Bayi bayi prematur itu akan segera mati satu persatu.

Aboud sang pemuda kreatif di Al Maghazi.
Mengajak anak anak membuat layangan besar bendera Palestina.
Lalu mereka menerbangkan layangan besar itu di tepi pantai.
Siapapun yang melihatnya merasa masih punya harapan.

Duka lara yang dialami orang orang Gaza masih terus berlanjut.
Tapi orang orang Gaza masih terus melanjutkan suka cita.
Melakukan apapun yang masih bisa dilakukan.
Menikmati apapun yang masih bisa dinikmati.


November 2024

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Dec 2024
Sebelum 07 Oktober adalah normal lama.
Orang orang Gaza masih punya kehidupan.
Kehidupan yang telah menjadi masa lalu.
Masa lalu yang hanya bisa dikenang.

Hassan selalu senang tiap jumat siang.
Setelah shalat jumat dia bisa makan enak bersama keluarganya.
Lalu bersantai di tepi pantai hingga sore.
Itulah normal lama Hassan.

Tiap hari Asmaa bersemangat mengajar.
Pelajaran bahasa Arab untuk sekolah dasar.
Murid muridnya selalu berisik di dalam kelas.
Itulah normal lama Asmaa.

Samara selalu merayakan ulang tahun anaknya.
Dia membuat kue **** dan memasang hiasan lucu.
Boneka besar menjadi hadiah untuk anaknya.
Itulah normal lama Samara.

Tiap sore Mai selalu menyetir mobilnya.
Pelan pelan melewati jalan Al Rashid yang ramai.
Sambil melihat lihat suasana tepi pantai.
Itulah normal lama Mai.

Mustafa sibuk bekerja siang malam.
Mengumpulkan uang untuk membayar dowri.
Agar dia bisa secepatnya mengawini gadis pujaannya.
Itulah normal lama Mustafa.

Fadi selalu begadang tiap malam.
Saat listrik menyala dia sibuk melakukan banyak hal.
Mengecas laptop , mengetik makalah , mencuci baju dan lainnya.
Itulah normal lama Fadi.

Tiap hari Mariam selalu sibuk.
Pagi hingga sore dia berada di kantor.
Bekerja mengurusi periklanan dan digital marketing.
Itulah normal lama Mariam.

Heba selalu senang belanja di pasar.
Dia membeli daging , sayuran , buah buahan dan bumbu masakan.
Saat tiba di rumah dia langsung bersemangat memasak.
Itulah normal lama Heba.

Saat pagi Yousef sering pergi ke dermaga.
Dia melihat laut sambil menghirup udara segar.
Lalu membeli banyak ikan yang baru ditangkap nelayan.
Itulah normal lama Yousef.

Mohammed bertubuh kekar.
Tiap sore dia rutin pergi ke gym atau latihan tinju.
Terus berolahraga menjaga kebugaran tubuh.
Itulah normal lama Mohammed.

Lulus kuliah Abdullah masih menganggur.
Dia sering berhutang apapun di toko tetangganya.
Saat ditagih seperti biasa dia selalu menghilang.
Itulah normal lama Abdullah.

Keluarga Ali punya kebun olive.
Tiap musim panen dia selalu senang memetik olive.
Sambil makan manakeesh dan zaatar bersama keluarganya.
Itulah normal lama Ali.

Tiap malam Tareq sibuk belajar.
Dia ingin mendapat nilai tinggi saat ujian tawjihi.
Agar keluarganya merasa bangga padanya.
Itulah normal lama Tareq.

Ayahnya Omar bekerja di bengkel.
Dia sering memasang tabung gas untuk mobil.
Sopir sopir taksi tidak perlu membeli bensin.
Itulah normal lama ayahnya Omar.

Tiap menerima gaji Khaled merasa senang.
Dia selalu mengajak keluarganya makan enak.
Menyantap berbagai hidangan sea food di restoran Abu Hasira.
Itulah normal lama Khaled.

Wajah Eman selalu tampak cantik.
Dia rutin pergi ke salon melakukan perawatan.
Produk produk kecantikan juga dia beli semua.
Itulah normal lama Eman.

Ketika musim dingin Aya selalu senang.
Dia menghabiskan waktu membaca koleksi novelnya.
Sambil makan burger dan mereguk hangatnya sahlab.
Itulah normal lama Aya.

Tiap hari Walid selalu keliling Elsaraya.
Dia menyopir taksi mencari cari penumpang.
Sementara anak anak jalanan menjual tissue dan biskuit.
Itulah normal lama Walid.

Saat ada orang menikah Nassar selalu diundang.
Dia menjadi fotografer untuk memotret pengantin.
Pernikahan meriah di hotel dan resort tepi pantai.
Itulah normal lama Nassar.

Saat ramadhan toko Fatema selalu ramai.
Orang orang datang membeli berbagai kue buatannya.
Kaak , qatayef , baklava , kunafa dan lainnya.
Itulah normal lama Fatema.

Ketika hujan deras malam hari.
Kakeknya Ashraf selalu mendengarkan radio.
Menunggu lagu lagu Fairuz diputar sambil menghisap hookah.
Itulah normal lama kakeknya Ashraf.

Saat pertandingan El Classico.
Khalil dan teman temannya selalu pergi ke kafe.
Nonton bersama sambil bersorak sorak.
Itulah normal lama Khalil.

Huda kuliah literatur Inggris di Universitas Al Azhar.
Dia senang menghabiskan waktu di kampus.
Nongkrong di kantin atau baca buku di perpustakaan.
Itulah normal lama Huda.

Ketika musim panas Kareem tidak betah di rumah.
Dia sering nongkrong bersama teman temannya di tepi pantai.
Sambil makan jagung , kacang dan minum barrad.
Itulah normal lama Kareem.

Generator di rumah Shayma sering mati.
Biasanya dia keluar membawa laptop nongkrong di kafe.
Mereguk hangatnya mocca sambil mengunduh film dan anime.
Itulah normal lama Shayma.

Ayahnya Lubna punya kebun buah buahan.
Stroberi , jeruk , lemon , semangka dan kurma.
Tiap hari kebun itu selalu diurus secara telaten.
Itulah normal lama ayahnya Lubna.

Malak sering ikut kegiatan.
Pemberdayaan dan kreatifitas anak muda.
Dia belajar coding dan konten multimedia.
Itulah normal lama Malak.

Setelah lulus kuliah Zaina sulit mendapat pekerjaan.
Dia membuka kios kecil yang menjual falalel.
Orang orang selalu datang membeli falafel buatannya.
Itulah normal lama Zaina.

Dima punya banyak koleksi novel.
Dia sering membeli berbagai novel di toko Samir Mansour.
Lalu dia membacanya sambil berbaring di kasur.
Itulah normal lama Dima.

Tiap pulang sekolah anak anaknya Hussein selalu senang.
Mereka dibelikan Playstation agar bisa bermain game.
Ada balapan , pertarungan dan petualangan.
Itulah normal lama anak anaknya Hussein.

Tiap hari Reem selalu enerjik.
Dia menjadi instruktur fitness dan aerobik.
Tak mengherankan kalau tubuhnya tampak langsing dan kencang.
Itulah normal lama Reem.

Masa akhir kuliah Amal sibuk belajar.
Dia ingin segera lulus dengan nilai yang bagus.
Mendapat beasiswa kuliah ke Eropa adalah impiannya.
Itulah normal lama Amal.

Menjadi ahli bedah adalah pekerjaan Dr Ghassan.
Selama puluhan tahun dia menjadi dokter di rumah sakit Al Quds.
Walaupun gajinya tak seberapa tapi dia selalu semangat bekerja.
Itulah normal lama Dr Ghassan.

Ahmed dan keluarganya baru saja pindah ke apartemen.
Apartemen berfasilitas lengkap yang dibangun di tepi pantai.
Kehidupan terasa nyaman tanpa mengalami masalah apapun.
Itulah normal lama Ahmed.

Setelah lulus kuliah medis Aboud langsung bekerja di rumah sakit Al Shifa.
Dia senang bekerja dengan rekan rekannya yang penuh semangat.
Menyembuhkan orang orang dengan berbagai keluhan penyakit.
Itulah normal lama Aboud.

Kehidupan Mahmoud benar benar bahagia.
Dia tinggal di apartemen mewah bersama keluarganya.
Berbagai bisnis yang dia punya terus menerus untung besar.
Itulah normal lama Mahmoud.

Tiap hari Sham senang menghabiskan waktu di rumah.
Berkumpul bersama keluarganya menikmati kebersamaan yang menyenangkan.
Baginya keluarga adalah segalanya.
Itulah normal lama Sham.

Sondos kuliah hukum di Universitas Al Azhar.
Dia mempelajari hukum internasional dan hak asasi manusia.
Dia ingin Palestina yang terjajah mendapatkan keadilan.
Itulah normal lama Sondos.

Melukis adalah hobi Bayan dan Layan.
Mereka paling senang melukis langit seperti lukisan Van Gogh.
Bagi mereka langit menyimpan segala misteri yang tak diketahui manusia.
Itulah normal lama Bayan dan Layan.

Normal lama berakhir setelah 07 Oktober.
Orang orang Gaza tidak lagi punya kehidupan.
Hanya ada masa kini yang menyakitkan.
Dan masa depan yang terancam.


November 2024

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Jan 10
A young fighter from Hebron has become a martyr in the struggle.
His struggle was only because he wanted to be able to go to the beach in Gaza.
In his entire life he had never enjoyed the beauty of the beach and the freshness of the sea breeze.
That was his biggest dream and he died struggling for that.


January 2025

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Dec 2024
In the midst of the long chaos in Gaza.
Also difficulties and limitations in any way.
There is a ten year old little girl named Renad.
Who has an unbreakable spirit.
To do her own food cooking show.
You can see her almost every day on Tiktok.

Renad always looks cheerful.
Laughing in front of the camera while showing the ingredients she will cook.
Onions , eggplants , tomatoes , garlics , fava beans , spices , luncheon and others.
She mixes all the ingredients then cooks them quickly.
Maqluba , mulukhiya , musakhan , manakesh , whatever she can cook.
Then she shows it to the camera.

Renad is always proud to show the food she cooks.
Then she starts eating slowly while explaining the taste.
With an expression full of enjoyment she chews her food.
Making anyone who sees feel wants to taste it.
After that she smiles with satisfaction and says.
BETJANIN !...


December 2024

By Alvian Eleven
Why are there so many beautiful women in Gaza ?...
Nour , Eman , Mariam , Zinah , Aya , Maha , Basma , Sarah and many other beautiful women.
Just five seconds of looking at their photos made me fall in love instantly.
Gazan women have beautiful eyes and charming lips.
Their smiles seemed to brighten the gloom of the soul.
It's very natural that I immediately fell in love and wanted to have a Gazan woman as my wife.
My life would feel perfect if I married a Gazan woman.
The most beautiful one that could possibly be fated for me.


January 2025

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Dec 2024
I love eating ice cream.
But now I only want Ben & Jerry's ice cream.
You know why ?!...
Coz Ben & Jerry supports Palestine and opposes the Israeli occupation.
Ben & Jerry does not want its products to circulate in the Palestinian occupied territories.
Ben & Jerry even dares to sue its parent company Unilever which supports Israel.
That's why from now on I only want Ben & Jerry's ice cream.


December 2024

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Dec 2024
Tengah malam di pinggiran kota Surabaya.
Aku duduk sendiri di teras kafe tua.
Kupandangi jalanan yang lengang.
Sambil kuhisap pelan pelan rokokku.
Dan kuteguk kopiku yang tak lagi panas.

Tapi pikiranku tidak berada di sini.
Pikiranku masih berada jauh di Gaza.
Dimana kekacauan panjang tak kunjung berakhir.
Hingga aku lelah melihatnya setiap hari.
Seperti pertunjukan horor harian tanpa akhir.

Kusambungkan ponselku dengan wifi.
Lalu kulihat layar ponselku yang kusam.
Dan kubuka akun sosial media orang orang Gaza.
Ahmed , Omar , Eman , Mariam , Abdallah , Mohammed dan lainnya.
Seperti biasa mereka selalu memposting.
I'm still alive... I'm still alive... I'm still alive...

Tapi ada akun Facebook yang telah lama membisu.
Akun ini tidak lagi memposting apapun selama berbulan bulan.
Tentu saja aku sangat mengkhawatirkannya.
Dan aku menerka nerka apa yang terjadi padanya.
Apakah dia masih hidup atau sudah mati ?!?...

Akun ini milik seorang gadis bernama Nour.
Dia mengungsi dari Al Rimal kota Gaza.
Aku mengenal dia sejak akhir tahun kemarin.
Lalu kami merasa saling dekat satu sama lain.
Terhubung pikiran dan perasaan.
Antara Gaza dan Surabaya.

Aku ingat setiap hari aku selalu memberinya kata kata penyemangat.
Agar dia sanggup melalui hari demi hari yang kacau , berat , melelahkan dan berbahaya.
Nour selalu menceritakan apapun yang dia alami.
Penderitaannya... ketakutannya... kegetirannya... kecemasannya... kelelahannya... kesedihannya....
Aku juga merasakannya.

Ada kalanya situasi tenang sesaat.
Cukup tenang bagi Nour untuk mengenang kehidupannya.
Dia mengunggah foto rumahnya , lingkungannya , kampusnya dan juga sudut sudut indah kota Gaza.
Saat semuanya masih ada sebelum 07 October.

Bagi Nour nostalgia adalah penghiburan sesaat.
Pelipur lara di tengah penderitaan panjang.
Aku selalu terlarut nostalgia apapun yang dia ceritakan padaku.
Bersama teman temannya dia suka nongkrong di kafe tepi pantai.
Menyusuri keramaian jalan Al Rashid lalu makan jagung dan es krim di tepi jalan.
Atau menghabiskan uang untuk belanja baju di Watan mall dan Capital mall.

Membaca buku adalah hobi utama Nour.
Dia sering membeli buku di toko Samir Mansour.
Lalu dia membaca buku buku itu di kamarnya.
Berdinding pink , meja yang tertata rapi.
Dan sebuah teddy bear besar di atas kasur.

Memasak adalah hobi Nour yang lain.
Setiap hari dia memasak apapun di tungku tanah liat depan tendanya.
Falafel , mulukhiya , shakshuka , maqluba.
Tampak begitu lezat hingga membuatku penasaran.
Seumur hidup aku tidak pernah memakan hidangan Arab.

Nour juga suka mendengarkan musik.
Dia menyuruhku mendengarkan lagu lagu Fairuz.
Penyanyi diva legendaris dari Lebanon yang dia idolakan.
Aku terpesona mendengarkan suara lembut Fairuz.
Menyanyikan lagu lagu Arab yang liriknya tak kumengerti.

Nour punya kucing berbulu putih tebal.
Kucing gemuk dan lucu yang bernama Kimba.
Setiap hari Kimba selalu dimanjakan Nour.
Tapi terkadang Nour mengeluh karena Kimba makan terlalu banyak.
Sementara makanan kucing susah dicari dan harganya naik tinggi.
Tragisnya , setelah lebaran Kimba menghilang berhari hari lalu ditemukan tewas tertembak quadcopter.
Kematian Kimba membuat Nour sangat depresi.

Nour kuliah di Universitas Islamic Gaza.
Kampusnya telah hancur dan kuliahnya terhenti pada semester lima.
Tapi dia selalu bangga pernah menjadi muridnya Refaat.
Mewarisi ajarannya untuk melawan dengan tulisan.
Menulis apapun tentang Palestina dan kehidupan apa adanya di Gaza.
Dimana jiwa jiwa yang punya kehidupan tidak cuma dianggap sebagai angka.

Aku takut jika pada akhirnya Nour hanya menjadi angka.
Angka statistik para martir yang terus bertambah setiap hari.
Sementara dunia tidak mampu melakukan apapun selain hanya melihat pembantaian tanpa akhir.
Merampas kehidupan secara paksa dan menyakitkan.

Tak ada yang tidak menyakitkan di Gaza.
Tapi bagiku lebih menyakitkan tidak ada kabar apapun dari Nour.
Aku merasakan kehampaan kehilangan dia.
Aku merindukan percakapan dengan dia.
Yang bisa kulakukan sekarang hanyalah memandangi foto wajahnya yang cantik.
Aku sungguh mengagumi kecantikannya.
Tatapan matanya yang berkilau , senyuman bibirnya yang mempesona.
Sepertinya aku telah jatuh cinta padanya.

Where are you now ?... Where are you nour ?...
Selama berbulan bulan aku selalu bertanya seperti itu pada Nour.
Tapi hingga sekarang tak ada jawaban sama sekali dari Nour.
Jika seandainya dia memberiku kabar singkat saat ini.
Aku benar benar akan merasa sangat lega.

Don't leave me !.. please don't leave me alone !..
Nour selalu memohon seperti itu padaku.
Dia ingin aku selalu ada untuknya.
Tapi sekarang dia tidak ada untukku.
Dia telah meninggalkan aku tanpa kata.

Ketika kupandangi langit malam untuk sesaat.
Aku bertanya tanya tentang takdir Nour.
Apakah dia telah menjadi satu diantara bintang bintang di langit ?!
Ini tidak adil , aku mengenal Nour terlalu singkat pada waktu yang buruk ini.
Aku hanya ingin dia tetap berada di bumi , berada di kota Gaza yang dia cintai.
Aku sangat ingin menemuinya pada waktu yang baik seperti yang kami harapkan , waktu ketika tanah Palestina telah terbebaskan.


October 2024

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Dec 2024
6 a.m di Surabaya - 1 a.m di Gaza

Saat bangun tidur badanku terasa lemas.
Masih terlalu pagi aku masih ingin berbaring di kasur.
Sambil kubuka akun X orang orang Gaza yang kukenal.
Tapi hanya akun Omar yang tampak aktif.
Memposting apapun yang sedang dia alami.

Omar mengeluh susah tidur.
Kedinginan berselimut kain tipis usang.
Banyak nyamuk masuk ke tendanya.
Sementara di luar suara zanana mengganggu.
Diselingi ledakan bombardir pesawat jet.

10 a.m di Surabaya - 05 a.m di Gaza

Aku bosan menunggu antrian bank yang ramai.
Sambil menunggu sepi kubuka lagi akun Omar.
Dia mengeluh melihat banyak belatung.
Merubung sisa tepungnya yang hampir kadaluwarsa.
  Dia tak bisa lagi membuat roti.

11 a.m di Surabaya - 06 a.m di Gaza

Aku menunggu ojek online di tepi jalan.
Sambil merokok kubuka lagi akun Omar.
Dia mengeluh kehabisan sabun dan shampo.
Sementara air untuk mandi dan mencuci.
Hanya tersisa setengah ember.

01 p.m di Surabaya - 08 a.m di Gaza

Aku sedang makan siang di Peneleh.
Makan pecel sambil kubuka lagi akun Omar.
Dia mengeluh saat mengantri di toko.
Menghabiskan waktu dan tenaga.
Berdesak desakan hanya untuk sekantung roti.

04 p.m di Surabaya - 11 a.m di Gaza

Saat sore aku nongkrong di Wonokromo.
Minum kopi sambil kubuka lagi akun Omar.
Dia mengeluh setelah belanja di pasar.
Bawang , tomat , terong , kentang dan cabai.
Harganya semakin naik tak terjangkau.

06 p.m di Surabaya - 01 p.m di Gaza

Aku sedang duduk di beranda masjid.
Menunggu isya sambil kubuka lagi akun Omar.
Dia mengeluh setelah berjalan jauh.
Merasakan kepanasan dan kelelahan.
Hanya untuk mengecas ponselnya di solar panel dekat pantai.

08 p.m di Surabaya - 03 p.m di Gaza

Aku masih makan malam di Tunjungan.
Makan rawon sambil kubuka lagi akun Omar.
Ternyata di Gaza sedang hujan deras.
Omar mengeluh setelah tendanya kebanjiran.
Barang barangnya basah terkena air hujan.

09. p.m di Surabaya - 04 p.m di Gaza

Temanku mengajak minum kopi di kafe.
Minum cappucino sambil kubuka lagi akun Omar.
Dia mengeluh sudah lama tidak makan ayam.
Yang bisa dia lakukan hanyalah menggambar ayam.
Lalu menaruhnya di atas piring kosong.

10 p.m di Surabaya - 5 p.m di Gaza

Aku sedang menonton sepakbola.
Saat jeda kubuka lagi akun Omar.
Dia mengeluh setelah memeriksa Gofundme.
Hampir seminggu tak mendapat donasi.
Sementara uangnya hanya tersisa puluhan shekel.

01 a.m di Surabaya - 08 p.m di Gaza

Tengah malam aku bersiap tidur.
Sambil berbaring di kasur kubuka lagi akun Omar.
Ternyata pemukiman dekat tendanya baru saja dibombardir.
Omar mengeluh setelah kelelahan membantu evakuasi.
Dia hampir muntah melihat serpihan tubuh berlumuran darah.

03. a.m di Surabaya - 10 p.m di Gaza

Aku merasa kesulitan tidur.
Sambil mendengarkan musik kubuka lagi akun Omar.
Ternyata dia masih tetap mengeluh.
Merasa lelah terus menerus mengeluh.
Terlalu banyak keluhan hingga kelelahan mengeluh.

Aku juga lelah melihat Omar terus mengeluh.
Tapi orang yang menderita memang harus mengeluh.
Hanya mayat yang tak bisa lagi mengeluh.
Mayat tak merasakan penderitaan untuk dikeluhkan.
Daripada menjadi mayat lebih baik Omar tetap hidup walaupun terus mengeluh.


November 2024

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Dec 2024
Stop looking at the sky.
Because the sky doesn't care about your suffering.
There are no miracles that fall from the sky.
So stop looking at the sky.
Look at this rotten earth and fight.
Fight to overcome all difficulties.
Even though you are tired and weak force yourself to fight.
You will create miracles with your own hands.
Small miracles are good enough as long as you are consistent.


December 2024

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Dec 2024
I am a too bad person to go to heaven.
I am a too good person to go to hell.
If I die I will not go to heaven or hell.
I will continue my next reincarnation on earth.
I will be reborn in the liberated land of Palestine.
Coz I know the Satyayuga era will begin in the land of Palestine.
That country will triumph in the light and I want to be in it.


December 2024

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Dec 2024
This afternoon the weather is light rain.
I'm sitting alone at a bus stop on the side of the road.
Smoking a cigarette while opening my Tiktok account.
As usual I see posts from Gazans.
Various videos about their daily lives amidst the long chaos.

Half an hour ago Nour the journalist uploaded the video.
She saw a group of young people who looked enthusiastic.
They were doing parkour jumping over the rubbles of a building.
Then they were waving the Palestinian flag on a roof that was almost collapsing.

An hour ago Jumana uploaded her video.
She was sitting in her tent with her small children.
While crying she told about her husband who had just been shot dead by a quadcopter.
Without her husband life felt more difficult.

Two hours ago Yazan had just uploaded his video.
He was walking around Al Zaytoun with his friend.
Then he saw a man riding a donkey cart.
But in the cart there were several children's corpses covered in blood.

Three hours ago Mosab the mural painter uploaded his video.
He brought lots of paint and equipment.
He enthusiastically painted on the ruin of a wide wall.
What he painted was a picture of Handala eating watermelon.

Four hours ago Naji the taxi driver in Gaza City uploaded his video.
He was driving his car slowly around Al Rimal to Tel El Hawa.
He was sad to see the whole city destroyed.
Nothing was left but rubbles everywhere.

Five hours ago Nofal the journalist in Shujaiya uploaded his video.
He conducted an interview with a man who had just been released from prison.
His body was thin and covered in wounds.
His face looked traumatized and full of fear.

Six hours ago Israa the elementary school teacher uploaded a video.
She and her friends opened a tent school for children at the Al Bureij refugee camp.
The children also received bags , shoes , stationery , notebooks , drawing books and snacks.
They were happy to be able to learn while playing.

Seven hours ago Abdullah the farmer in Khan Yunis uploaded his video.
He sneaked back into his family's olive grove which had been burned down.
But he was still able to get a harvest even if it was only a sack.
Enough for the people in the refugee camp to share.

Eight hours ago Anas the journalist uploaded his video.
He was covering the news in a house that was destroyed by bombardment in Jabalia.
While the civil rescue team was trying to save children who were hit by the rubble.
They were seriously injured and covered in blood.

Nine hours ago Motasem the journalist uploaded his video.
He found several corpses lying on the street of Al Mawasi.
While stray dogs gathered and eating the corpses.
Until only bones were left.

Ten hours ago Said uploaded his video.
He was cooking lentil soup in a big ***.
After that he distributed it to the children.
They all ate while laughing happily.

Eleven hours ago Mohammed uploaded his video.
He was sitting with his cat named Leo. Mohammed complained that he was hungry and had no money to buy food.
He also complained about not being able to give food to Leo.

Twelve hours ago Hossam the journalist uploaded his video.
He was visiting a refugee camp in Beit Lahia.
There were many children who were skinny because of hunger.
Also children whose skin was itchy due to infection.

Thirteen hours ago Faiz the journalist uploaded his video.
He was seeing several bodies of people lying on Salahadin street.
Those people died by quadcopter fire.
While a car was burned by a drone bomb.

Fourteen hours ago Mariam uploaded her video.
She was queuing at the bakery in Deir El Balah.
There were so many people queuing until it was crowded.
Meanwhile she complained of being tired because she had been queuing for too long.

Fifteen hours ago Mona uploaded her video.
She was busy with her friends who were members of the volunteer team.
They distributed lots of necessary items to people who had taken refuge in the tents.
Soaps , shampoos , baby milks , diapers and sanitary pads.

Sixteen hours ago Zinah uploaded her video.
She complained of being tired because her tent was flooded with rainwater.
The carpet , mattress and belongings were all wet.
While the heavy rain didn't stop soon.

That's how they go through day after day in Gaza.
I'm tired of seeing the long chaos in Gaza that continues every day without stopping.
What I can do is comment words of encouragement to them.
So that they don't feel abandoned by the world.
And they still have fighting spirit to get through the hard , tiring and dangerous days.


December 2024

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Dec 2024
Last night when I opened social media.
I saw people partying everywhere.
Celebrating the excitement of New Year's Eve 2025.

They were cheering at the fireworks.
They were blowing trumpets making noise.
They were having fun watching concerts.
They were eating various delicious dishes at the parties.
They were toasting glasses while laughing together.

But

I wasn't part of them.
I wasn't part of the partying world.
Last night I preferred to stay online with the people of Gaza.

They were exhausted , their tents were flooded.
They were shivering , the rain was very heavy.
They were frustrated , all their belongings were wet from the rain.
They were hungry , there was no food at all.
They were scared , the bombardments were still going on.

Nothing new in Gaza even though the year has now changed to 2025.
At least they still have a little fighting spirit to continue to survive.
I will also continue to give them encouragement as usual.

So

Keep fighting Gazans !
Keep standing straight Gazans !
Keep clenching your fists Gazans !
Keep your resilient high Gazans !

I am always with you all.


Januari 2025

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Dec 2024
When this craziness is over.
The first thing I will do is go to the cafe.
I want to eat chocolate parfait with added waffles and red jelly.
That is my way to celebrate victory.


December 2024

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Dec 2024
Setahun lebih....

Setahun lebih aku masih tak percaya.
Jaman modern terjadi pembantaian besar besaran.
Terus dipotret dan direkam oleh orang orang Gaza.
Mengguncangkan normalitas seluruh dunia.

Setahun lebih aku lupa rasanya hidup normal.
Yang kulakukan tiap hari hanya membuka sosial media.
Terus melihat pertunjukan horor harian di Gaza.
Pembantaian demi pembantaian yang tak ada habisnya.

Setahun lebih aku terus berpura pura normal.
Dari luar terlihat baik baik saja tapi dari dalam terus menderita.
Penderitaan orang orang Gaza yang berkepanjangan.
Juga menjadi penderitaanku.

Setahun lebih....

Setahun lebih aku kehilangan kenikmatan.
Soto , rawon , bakso dan makanan apapun tak lagi terasa nikmat.
Aku teringat terus dengan orang orang dan anak anak Gaza.
Mereka sering kelaparan hingga kurus kering kekurangan gizi.

Setahun lebih aku kehilangan kesenangan.
Film , musik , game dan hiburan apapun tak lagi menyenangkan.
Aku teringat terus dengan orang orang dan anak anak Gaza.
Mereka selalu ketakutan terancam kematian yang menyakitkan.

Setahun lebih aku kehilangan ketenangan.
Tidurku tidak pernah terasa nyenyak.
Aku teringat terus dengan orang orang dan anak anak Gaza.
Mereka selalu kedinginan saat malam tanpa punya apapun untuk kehangatan.

Setahun lebih....

Setahun lebih aku tak lagi punya semangat.
Segala macam urusanku jadi berantakan.
Rasanya aku kesulitan berkonsentrasi penuh.
Setiap hari pikiran dan jiwaku terus tertuju pada Gaza.

Setahun lebih aku terus mengkhawatirkan mereka.
Orang orang Gaza yang telah kukenal hingga kuanggap saudara.
Jika mereka terlalu lama menghilang tanpa kabar.
Rasanya aku benar benar sangat khawatir.

Setahun lebih aku merasa seperti orang mati.
Terlalu sering melihat kematian demi kematian yang menyakitkan.
Darah terus bertumpahan , serpihan dan potongan tubuh terus berceceran.
Angka statistik para martir terus bertambah setiap hari.

Setahun lebih....

Setahun lebih aku masih merasa heran.
Melihat orang orang tetap menjalani kehidupan normal.
Bersenang senang atau sibuk urusan sendiri.
Tanpa peduli apapun tentang Palestina.

Setahun lebih aku masih tetap heran.
Melihat orang orang muslim yang tampak religius.
Hanya sibuk beribadah siang malam.
Tanpa peduli apapun tentang Palestina.

Setahun lebih aku masih tetap terheran heran.
Melihat gerai dan restoran Amerika masih tetap ramai.
Produk produk Barat masih tetap dibeli.
Tanpa peduli apapun tentang boikot.

Setahun lebih....

Setahun lebih rasanya benar benar memuakkan.
Melihat para pemimpin Barat terus beretorika.
Bicara perdamaian dan kemanusiaan.
Tapi terus mendukung pembantaian.

Setahun lebih rasanya semakin memuakkan.
Melihat para pemimpin Arab terus membual.
Pura pura peduli dengan Palestina.
Tapi diam diam mendukung Israel di belakang.

Setahun lebih rasa muakku semakin tak tertahankan.
Melihat media media Barat dan buzzer buzzer zionis.
Terus menerus menyangkal dan membenarkan pembantaian.
Tak peduli seluruh dunia sudah tahu kenyataan yang sebenarnya.

Setahun lebih....

Setahun lebih aku telah putus asa.
Kehilangan harapan yang tampak terlalu sulit diwujudkan.
Seluruh dunia terus melakukan aksi protes menentang Israel.
Tapi tak terjadi perubahan apa apa.

Setahun lebih aku telah kecewa.
Tak percaya lagi dengan tatanan dunia.
Yang tak lebih sekedar ilusi kemunafikan.
Bentukan Barat yang merasa berkuasa atas dunia.

Setahun lebih aku telah lelah.
Menunggu keajaiban yang tak kunjung terjadi.
Seluruh dunia terus bertanya tanya.
Kapan dan bagaimana semua ini akan berakhir ?!..

Setahun lebih....


November 2024

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Jan 29
The patriot spirit is the true spirit of America.
That's why a young man named Aaron Bushnell joined the American military.
He wanted to be able to dedicate himself for America.
Like the ancestors of America during the 1775 revolution.

But in the end he was disappointed.
When he realized that America had lost its true spirit.
There was no longer any patriotism that he was proud of.
It has only become an illusion full of falsehood and hypocrisy.

For a long time until now America has been gripped by Zionists.
The government is filled with political clowns who play dirrty.
Serving Israel's interests for decades.
Which is gnawing away at Palestinian land.

Aaron Bushnell was forced to dirrty his hands.
He wanted to resist but had no power.
The only way was to free himself in the most extreme way.
He hatched a plan to burn himself with a rage he could never vent.

In front of the Israeli embassy he stood.
Wearing a military uniform that looked dashing.
Then he doused his whole body with gasoline.
Lit a fire that burned his whole body.

He was burned but still standing.
He was in pain but still standing.
Then with a loud voice he shouted
Free Palestine !... Free Palestine !...

In the end he collapsed.
The fire had burned his whole body.
Then the security guard pointed a gun.
Shot him until he died.

Aaron Bushnell sacrificed himself.
He had become a true American patriot martyr.
But the media called him suffering from mental disorders.
While awakened Americans dared to oppose their rotten government.

Palestinians learned of Aaron Bushnell's sacrifice.
In the midst of the Gaza chaos his smiling face photo was shown everywhere.
Viewed with great honor , high pride and deep emotion.
A true American patriot has become a hero who will always be remembered.


January 2025

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Dec 2024
Bulan tampak besar dan terang.
Aku memandangnya pada saat tengah malam.
Sambil berdiri di tepi sawah yang sepi.
Dekat rel kereta pinggiran Surabaya.

Kukeluarkan ponselku dari saku celana.
Lalu kupotret bulan yang kupandang.
Setelah itu langsung kuunggah fotonya.
Pada akun Instagramku.

Kulihat ada banyak postingan foto.
Dari akun Instagram orang orang Gaza.
Ternyata mereka juga sedang memandang bulan.
Bulan yang sama dengan yang kupandang.

Maha sedang duduk di atap rumah.
Dia memandang bulan sambil minum kopi.
Tanpa peduli bombardir pesawat jet.
Meledakkan pemukiman di Deir El Balah.

Omar sedang nongkrong dengan temannya.
Dia memandang bulan sambil merokok.
Melepas lelah setelah membantu relawan.
Membagikan makanan di Khan Yunis.

Mariam sedang termenung di depan tenda.
Dia memandang bulan sambil mengenang.
Kehidupannya yang hilang tak tersisa.
Terkubur puing puing rumahnya di Tel El Hawa.

Malak sedang menangis sedih.
Dia memandang bulan sambil mengingat.
Seorang teman akrabnya yang telah tiada.
Tewas terkena tembakan ******.

Dr Abraham sedang duduk di balkon.
Dia memandang bulan sambil mengeluh.
Kelelahan mengurusi orang orang terluka.
Memenuhi rumah sakit Al Nasser.

Saleh sedang melihat sekumpulan anak muda.
Mereka gembira menari dabke dan bermain oud.
Di atas puing puing reruntuhan bangunan.
Sementara bulan bersinar terang di belakang.

Begitulah bulan yang besar dan terang.
Menjadi penghias malam orang orang Gaza.
Yang masih terjebak kekacauan panjang.
Tanpa tahu kapan akan berakhir.


October 2024

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Dec 2024
Now we have reached the end of the Kaliyuga era.
We are trapped in the culmination of darkness.
The rotten dregs of lawamah , supiah and muamarah.
All of which are gnawing away fiercely.
Extinguishing the light in the world.

Now we must fight to save ourselves.
Bringing our light to the beginning of the radiant Satyayuga era.
Unfortunately the transition we have to go through is very rough.
Too rough for our weak and exhausted selves.
But we have no choice but to force ourselves.

We need miracles but it doesn't happen overnight.
Miracles will continue to process as we go through the rough transition.
Since Pluto returned to Aquarius we understand that we are part of what creates miracles.
We become the rushing flood waters.
Clearing away any rotten dregs that get in our way to reach the Satyayuga era.


December 2024

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Mar 26
I'm bored of watching the first and second world war movies.
I want to watch the third world war.
Not a movie but a real war.
Hi tech war with various modern weapons.
Mutual destruction between China , Russia , Iran against America , British , Europe.
This will be the most epic war and I can't wait to watch it.
I will watch it streaming on the big TV that I just bought.
I will watch it casually sitting on the soft sofa in my warm room.
I will watch it while eating martabak and drinking cincau ice.
The third world war will be the best entertainment in the 21st century.


March 2025

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Dec 2024
Sore hari setelah hujan reda.
Temanku mengajak keliling Surabaya.
Dia menyetir mobilnya yang usang.
Melewati jalanan kota yang ramai.

Kami melewati beberapa restoran Amerika.
Mc D , KFC , Burger King dan Pizza Hut.
Semuanya tampak ramai dipenuhi orang.
orang orang itu masih tetap makan di sana.
Tanpa peduli dunia sedang memboikot.

Lalu kami berhenti di minimarket.
Temanku ingin membeli rokok dan jus buah.
Tapi di dalam ada banyak orang berbelanja.
Membeli produk produk P&G , Nestle , Mondelez dan Unilever.
Tanpa peduli dunia sedang memboikot.

Tak jauh dari minimarket ada taman bunga.
Kami nongkrong sebentar sambil merokok.
Ada banyak juga orang yang sedang nongkrong.
Sambil meminum Coca Cola atau Pepsi.
Tanpa peduli dunia sedang memboikot.

Kami merasa heran dengan semua orang.
Apakah mereka tidak tahu atau tidak mau tahu ?!..
Bahwa produk produk Barat yang mereka konsumsi.
Berlumuran darah dan bercampur serpihan tubuh.
Orang orang dan anak anak Gaza.


October 2024

Alvian Eleven
Alvian Eleven Jan 28
The people of Gaza have lost everything.
What they have not lost is themselves and the land that they stand on.
The land that has been purified by the blood of martyrs.
From that land they will grow a new refreshing life.
With new air.
With new spirit.
With new color.
With new vision.
With new dream.
With new hope.
With new energy.
This is the great revival of Gaza.

January 2025

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Feb 27
A month after the cease fire situation in Gaza is still in limbo.
Stabilization is hampered by many problems.
Overshadowed by threats and uncertainty.
But life has just started again.
One of the people who started life is a pizza man.
Every day he goes around the entire Gaza strip.
Driving his van which is equipped with a kitchen in the back.
Usually he makes various pizzas in that kitchen.
Mozzarella pizza , pepperoni pizza , beef cheese pizza , tuna pizza and others.
The price of ingredients has dropped to cheap because stock on the market has returned to normal.
So he can buy the ingredients needed with the donation money he got.
He always makes pizza with love , sincerity , skill , dedication and determination.
Every day his face always smiles when he makes lots of pizza.
Then he always shares all the pizza he makes with the kids.
They all love to eat delicious free pizza.
The joy they feel when eating pizza has become the beginning of life in Gaza.


February 2025

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Mar 21
Israel is the worst colonial project.
Its existence requires many lies from religious doctrine , educational curriculum , Hollywood films and western media propaganda.
Funded by American and European tax money , as well as western large corporations.
Weaponized by many military weapons and modern technology.
Slaughtering Palestinians and seizing the land of Palestine.
For decades after World War 2 until today.

But it's all useless.
Now people all over the world have become Palestinians.
Everyone moves and acts in different ways.
Demonstrations , boycotts , blockades and radical actions.
No one can stop it all.
The more Palestine is destroyed the stronger the waves that hit Israel.
In the end it's only a matter of time before Israel collapses.
As does the western world order which is full of hypocrisy.

It is no longer the colonial era.
It is no longer the era of white supremacy.
It is no longer the era of western hegemony.
All of that will just be an old disgusting story in human civilization.


March 2025

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Mar 30
When it comes time to celebrate Eid.
Children in Gaza do not celebrate with fireworks but with jet bombardments.
Children in Gaza do not wear new clothes but they wear shrouds stained with blood.
No laughter of joy , only silence in the morgue.


March 2025

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Dec 2024
Pluto is all about rebirth.
Same as Jesus who will be born again.
In the middle of the rubble.
And pool of blood mixed with body fragments.

This rebirth will be very painful.
It's will be a blood stained Christmas.
a Christmas covered in blood and the smell of gunpowder.
But what must be rebirth will still be born.

Teng !... teng !... teng !... teng !...
The bell rang loudly amidst the sound of bombardment explosions.
Bluaar !!... bluaar !!.... bluaar !!... bluaar !!...
But the holy angels still came down to bless the rebirth.

Merry christmas Palestine !... merry christmas Palestine !...
You are Jesus , you are born again.
You are purified and refreshed by the water.
Spilled from the vessel of the goddess Aquarius.


December 2024

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Jan 27
A week after the cease fire.
All the Gazans who were displaced in the south.
Finally able to return to the north.
Jabalia , Beit Hanoun , Beit Lahia , Shujaiya , Tel El Hawa , Al Rimal , Al Zaytoun , Al Naser , Al Shati.
In large numbers they walked together along Al Rasheed street on the beach.
Or they rode in cars , trucks and donkey carts full of their belongings through Salah Al Din street.
It was the great return march to the northern Gaza.
They returned to their ruined cities and their destroyed homes.
They sang , cheered and rejoiced.
They were celebrating a day full of euphoria.
Their resilience and steadfastness during the long chaos.
Has paid off with their feet standing on their own land.
Whatever has been destroyed on their own land will be rebuilt.
A Beautiful life will grow and bloom again on their own land.


Januari 2025

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Dec 2024
Ismail Haniyeh has become a martyr.
Yahya Sinwar has also become a martyr.
But the struggle still continues.
Hamas is still capable of fighting.
The Al Qassam brothers still continue to finish off cowardly Israeli soldiers.
Ambush them , aim at their heads or blow up their merkava tanks.
Of course the red triangle facing downward will always appear.


December 2024

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Dec 2024
Jesus was mutmainah.
He fell to the lowest point.
But slowly he tried to rise to reach lawamah , supiah and muamarah.
After that he returned to the middle point of mutmainah.

Now he is perfect as an Avatar with the elements of air , fire , water and earth.
Many people have been waiting for his arrival.
And then what would he do ?
Will he bring peace to the earth ?

I don't think so.
It seems like his only purpose is to destroy this rotten earth.
Because the light of the Father is not on this rotten earth.
Which only contains the lust of the eyes and the lust of the flesh.


December 2024

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Jan 27
The long chaos in Gaza was the culmination of Israeli occupation since Nakba 48.
But now the chaos has ended and the displaced Gazans can return to their own land.
This is a significant turning point for the liberation of all Palestinian land.
The struggle will continue until there is no more Israeli occupation.
People in Gaza and West Bank have the right to return to the confiscated land of their grandparents.
They will return with the old keys that belonged to their grandparents.
To carry on the long awaited hope.
Standing on the land that has been liberated.
From the river to the sea.

Januari 2025

By Alvian Eleven
It's a bad bad bad world.
But I still want to stay alive in here.
I don't want to go back to the sky too soon.
I want to last longer in this bad bad bad world.
Watching the collapse of this bad bad bad world while eating chocolate parfait.
I think it's fun enough to be the reason I stay alive in this bad bad bad world.


January 2025

By Alvian Eleven
A Gazan man named Hassan told me.
In the past his grandfather used to live in the city of Jaffa.
His grandfather was a farmer who had a large orange orchard.
The harvest every year was very plentiful to be exported.

Hassan said Jaffa oranges taste sweet and juicy.
The size is large , the skin is thick and only have a few seeds.
In the past so many merchant ships carried crates of Jaffa oranges at the port.
Transported across the Mediterranean Sea for export to many countries.
Palestinians used to feel proud that Jaffa oranges became Palestine's mainstay trade commodity.

But that was only the glory of the past.
After the Nakba 1948 the city of Jaffa was conquered by the Zionists.
Hassan's grandfather and all the residents of Jaffa were expelled.
Leaving behind their homes , orange orchards , whatever buildings they owned.

After decades have passed oranges from Jaffa are still an export commodity.
But Jaffa oranges have become an Israeli trade commodity and no longer belong to Palestine.
Palestine has lost oranges from Jaffa that were once proud of in the past.

Hassan often imagines about Jaffa oranges.
If one day Palestine is truly liberated Hassan has the right to return.
He will return to the house and orange orchard that belonged to his deceased grandfather.
Hassan will continue his grandfather's work of planting and managing orange gardens.
Becoming an orange farmer like his grandfather is his biggest dream.

Hassan also promised me that every harvest season I would be sent a box of Jaffa oranges.
Of course I would be happy if one day I received a shipment of oranges from Jaffa.
I think I'll be addicted once I taste what Jaffa oranges taste like.


January 2025


By Alvian Eleven
Alvian Eleven Jan 20
After more than a year of long chaos in Gaza has finally ended.
The people of Gaza cheered and sang happily on the streets.
full of enthusiasm shouted
Allahu akbar !... Allahu akbar !...
And prostrated together while sobbing.
Celebrated the ceasefire and gratitude for surviving through the endless days of hell.
Now the hell is over and they can breathe a sigh of relief.
They are preparing to return to their destroyed homes.
Riding donkey carts with their family while smiling and keep saying.
Alhamdulillah... alhamdulillah... alhamdulillah...


January 2025

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Mar 18
Life in Gaza has just begun slowly.
Amidst hardship , limitations and uncertainty.
Ramadan that feels sad.
The great chaos is repeated again.
This chaos is not over yet.
It is not over yet.


March 2025

By Alvian Eleven
Alvian Eleven Dec 2024
When life in Gaza was still normal.
Various foods were to be enjoyed.
Everything could be enjoyed easily and cheaply.
Satisfying the appetite of Gaza's culinary delights.

Really delicious typical Gazan dishes like...

shawarma , maqluba , shaksuka , mulukhiya , hummus , musakhan , manakesh , zaatar , zibdiyyit , sayadiyya , mansaf , falafel , qidra and many more.

Likewise with typical Gaza cakes such as...

kaak , baklava , kunafa , qatayef , harisa , warbat , basbousa , halva and many more.

Also typical Gazan drinks such as...

sahlab , barrad , maramiya , arak , kharoub , qamar al din , arabica coffe and many more.

When life was still normal people in Gaza always enjoyed it all.
But now life in Gaza is no longer normal because of the long chaos.
Scarcity of food and financial difficulties making life feel so heavy.
There are no longer delicious foods and people who are often hungry are forced to eat anything to survive.

They can only eat...

stale rice , lentil soup with bad taste , canned food and instant noodles that are almost expired , bread made from flour infested with worms and maggots , wild plants , animal fodder , and other inappropriate bad foods.

Day after day people in Gaza try to find anything to eat.
They eat just to survive from day to day.
If they are lucky enough to be able to get delicious food from volunteers.
It is a luxury for them.


December 2024

By Alvian Eleven

— The End —