Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Diska Kurniawan Nov 2016
Lalu lintas jalan padat merayap pengap namun tetap senyap
Karena dia menulikan setiap kata-kata di perempatan jalan
Pula desah resah mata-mata yang memandang
Kunang-kunang kuning itu tiba-tiba melintas tenang
Mengambang lembut bagai daun dihanyutkan arus
Membius lampu-lampu sein agar berhenti mengedip

Malam itu, di perempatan jalan itu cahaya meredup

Orang-orang tak tahu menahu, beberapa berandai
Indah juga jika dipelihara di pekarangan rumah
Satu bangkit lalu berjingkat mendekat
Kunang-kunang kuning itu melesat
Tiba-tiba semua orang mengejar berlari
Ingin agar Kunang-kunang itu dipelihara di rumah

Tukang becak, penjaja koran, bos besar perusahaan, mahasiswa,
semuanya tak mau mengalah
Berlari, menyerobot, menggapai, meraih, mendorong,
menginjak, menjambak, mendepak,
merusak, menolak.
Lelah. Kunang-kunang Kuning menang
Tak ada yang berhasil merebutnya

Orang-orang pun lesu, menyumpah,
dan kembali ke apa yang mereka kerjakan sesaat lalu
sambil bergumam

"Tak ada Kunang-kunang Kuning di pekarangan rumah"

Kemudian semua berubah normal
Seperti lalu lintas biasanya
Hanya ada aku, yang masih memandang,
kemana Kunang-kunang Kuning itu terbang.

Aku tahu, bahwa di kota ini,

*tidak ada rumah yang memiliki pekarangan
Honyjoy Apr 2018
SALAMAT SA SANDALING NAGING AKIN KA.
Even seen i really knew it sinabi ko na to sa mga salita ko at itoy totoo
Totoong kaya **** magsinungaling at d sabihin ang totoo ngunit ayus lang oo ayus lang na dna marahil wala ng tau na akala ko ay totoo ngunit isa palang guhit, iginuhit sa hangin at unti unting nag laho hindi na kita masisisi mag ka iba ang mundo na ginagalawan!! Mundo?? Oh pag iisip ayus lang ayus lang talaga salamat sa saglit sa kunting pag paramdam na kahit ako lang ang nag gagawa ng paraan ngunit kailangan na ata kitang kalimutan at tapusin ang tadhana na matagal kunang d pinapakawalan upang ma isip at makausap kapa siguro nga d tayu ang totoo siguro kailangan ko ng bitiwan ang lahat upang makalaya na ako sa pag iisip sa mga bagay na walang humpay na sumusulyap salamat sa saglit na taon sa buhay nating dalawa salamatSa mga nakasanayan dapat ko na atang kalimutan upang d tayo mag kasakitan dahil humihirap lang ang pusong nasasaktan siguro nga hanggang d2 nlangAkala ko habangbuhay ang awit sa ating dalawa ngunit biglang lumihis ang nota na dapat ay nasa tuno pa wala ng kasguraduhan na maibabalik pa ang nakaraan kaya sigurong tapusin na dahil na hihirapan lang salamat sa saglit na pag paparamdam na akoy mahalaga kahit itoy hindi na totoo pa salamat sa mga salita na ngaun ay nag lalayag na sakabilang dako ng mundo na dooy mag papahinga siguro ngay hanggang d2 nlang ang ating storya hanggang d2 nalng at itoy mag tatapos na salamat sa mga sandaling kaligayan salamat sa saglit ng pag paparamdam salamat sa taong nag paramdam ng katotohanan ang masasabi ko lang salamat sa sandaling naging akin ka
My first try...
Gina Sonya Apr 3
Sedari kecil, aku mendambakan sepasang sayap di belakang punggung.

Ingin aku arungi langit yang melintang dengan bebas. Ingin aku jelajahi awan yang seperti gumpalan kapas. Ingin aku miliki sepasang sayap agar anganku lepas.

Burung-burung yang mengambang melantunkan tawa bahagia. Ketika aku menengadah, pandangan mereka jatuh menimpa iris jelaga. "Kenapa kamu tidak terbang?" kicauan mereka membentuk kalimat tanya.

"Aku ingin, tapi takdir menyuruh aku menapaki tanah," timpalku sedikit berteriak.

Burung-burung tertawa, melingkari kepalaku dengan serangkai gelak. Aku termenung, menatap sayap-sayap yang terbang menjauh.

Andai aku bisa terbang, akan aku susul mereka yang mengambang. Akan aku lintasi awan sampai berlubang. Akan aku imbangi laju mereka tanpa secuil bimbang.

Sayangnya, aku tidak bisa terbang.

Aku cuma bisa menengadah, menatap biru dan biru dan biru yang membentang. Aku pandangi tirai biru sampai warnanya bergeser jadi abu.

Siang yang biru diganti malam yang kelabu. Mirip seperti mimpi-mimpi yang dengan cepat menjadi semu.

Pikirku, sedari dulu mimpiku selalu gagal bertaruh. Mungkin aku terlalu belagu? Terlalu banyak menaruh harap pada hidup?

Aku berusaha maklum, berdamai dengan gagal yang mengikuti aku seperti hantu. Namun, terbang seperti burung adalah satu-satunya mimpi yang tidak mau aku buat luruh.

Aku ingin terbang, menyapa semilir angin yang menerpa wajah. Aku ingin terbang, merangkai kapas di atas awan untuk menutup luka.

Aku ingin terbang. Aku ingin terbang. Aku ingin damai datang ketika tubuhku melayang di udara.

Maka, kepada Tuhan yang tinggalnya jauh di atas semesta, aku mohon dengan amat sangat agar aku bisa terbang.

Aku menaiki undakan, menatap gemerlap kota yang mengimitasi kawanan kunang-kunang. Kedua tangan aku rentangkan, berharap Tuhan menjahit sayap yang kilau gemilang. Aku melompat, menantang kelam yang memenuhi langit malam.

Aku terbang.

— The End —