Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
jose large Jun 2012
sweet Kali stands before us
an offering she holds
while all the skulls around her neck
sleep in a child's repose

there are many souls in limbo
they wander through our sight
seekers for salvation
seeking for the light

a universe lies waiting
a red planet full of stars
just beneath the lingham
that rests in Kali's arms

the dogs lie waiting patiently
while Ganesh begins to writhe
turning to a serpent
that writhes before our eyes

here's the minotaur from Jambu Dweep
wrapped in a golden fleece
telling stories in my head
the tales of ancient Greece

then Kali holds a severed head
cradled gently in her hand
while beneath the Shiva Lingham
someone lies upon the sand.....
this poem was inspired by the tryptich of my artist friend Druvinka
Kemarin aku mengajakmu melihat senja.
Katanya kamu suka warnanya merah jambu bercampur oranye seperti jeruk mandarin kesukaan ibu.
Kamu selalu ceriwis membahas senja ini dan itu.

“Jangan lupa kopi dan puisi! Kita harus merayakan isi bumi.”
Celotehmu.
“Kamu mau kan melihat senja bersamaku?”

Kemarin aku mengajakmu melihat senja.
Telah kupersiapkan sekian lama.
Aku rakit sendiri senjaku dengan kopi manis dan puisi cinta yang kau sebut - sebut itu.
Aku merangkai pelan-pelan sambil menghayal bola mata emas yang berbentuk kenari kesukaanku dan lengkung pelangi bibirmu.
Cukup lama buatnya,
tapi senjaku sangat cantik.
Dan sedikit rapuh.
Aku harap kamu senang.

Kemarin aku mengajakmu melihat senja.
Tapi kau pergi ke laut dan menjelajahi waktu.
Terhanyut malam.
Aku tidak ada di sana.

Kamu menolak senjaku.
Katamu ada senja yang lebih bagus.



Senja, senja, senja.
Muak dengan puisi senja.
Aku bukan anak indie regional, aku pendengar Ed Sheeran, top 50 ,Danilla Riyadi dan Sapardi !
Aku ya begini begini begini!
Maksud hati tidak menulis puisi emosional. Tapi aku menulis untukmu (bila membaca) dan, ah indie anjing!
PLAINJETPLANE May 2020
merah jambu bukan lagi warnaku

meski masih ada putih
hitam juga yang aku pilih
7 tahun telah aku rasakan mati
cukup tiga, mungkin jiwaku tiada lagi baki

sering ku ingin pulang
bertinta di atas muka surat yang sama
tiap kali itu juga lemas aku berperang
tenat kepalaku melawan apa yang di minda

rapat aku tutup mata yang segar
mendambakan saat ia terbuka
sepi di dalam penuh di luar
melakar noktah di sudut sengsara

kerana begitu aku rindu
waktu diriku dihiasai merah jambu.

— The End —