Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Aku lari ke hutan, kemudian menyanyiku
Aku lari ke pantai, kemudian teriakku
Sepi… Sepi dan sendiri aku benci.
Aku ingin bingar. Aku mau di pasar.

Bosan aku dengan penat,
dan enyah saja kau, pekat!
Seperti berjelaga jika aku sendiri
Pecahkan saja gelasnya biar ramai
Biar mengaduh sampai gaduh

Ahh.. ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang
di tembok keraton putih
Kenapa tak goyangkan saja loncengnya?
Biar terderah,
atau… aku harus lari ke hutan belok ke pantai?
Dia sering mengetuk pintu
: sebanyak lima kali
dalam sehari

tetapi di saat-saat itu,
telinga kita mendadak tuli
dan mata kita mendadak buta

atau barangkali,
kita tak berada
di dalam rumah

(kanya, 2017)
lampu lampau telah mati.
dicekik bahasa-bahasa cinta
yang menguar dari mulutmu.

ruang penuh raung itu maka
padam. aku diselimuti hangat
tenang dan bara senang.

lihat, setelah punggung
yang kauberi kemarin,
kembang-kembang api
kini tak mau meledak di langit.

pucuknya selalu pecah
sebagai kesunyian
di kepalaku.


kanya, 2017

— The End —