Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Harshit Jain Apr 2017
Seetaro mai akela chaand si thi wo
Foolon ka mehekta guldan si thi wo
Thi nadi jaisi aviral,chanchal
mere dil ka haal si thi wo

Ghani dhoop mai chav si thi wo
Kisi geet ki addaon si thi wo
Thi hava si mehekti, komal
Mere dil ka bhav si thi wo

Beech majhdhaar mai nav si thi wo
Khusian ka pura gaon si thi wo
Thi koyal si meethi,nishchal
Mere man ka abhiman si thi wo

Paido par wo patto waali hari bhari koi daal si thi wo
Holi ke rango mai sabse saadi ek akeli gulaal si thi wo
Thi wadi kasmiri koi
Mere geeton ka sur aur taal si thi wo

Mandir mai wo shankhnaad si,pooja ka prasad si thi wo
Baarish mai mitti ki khushboo,badal ka dharti se sanvaad si thi wo
Thi meri wo beti pyari,usse hi ghar 'harshit' tha
Mere ghar mai sooraj si,Mere ghar ki shaan si thi wo

Thi ab wo jo nahi rahi,aakhir khata kya thi ki usne
mana hi to kia tha na beta shaadi se,
Par dosti ka haath bhi to badhaya tha
Teri Bezatti toh nahi thi ki usne
Fir kyun tune usko har ghar badnaam kia
Dushman na kare,dost hokar tune aisa kaam kia
Chali gayi ab chhod ke mujhko,wo akele jeevan ki saanjh mai
Meri khushiyan,meri duniya,meri pyari jaan si thi wo
Meri pyari jaan si thi wo
Aridea P Oct 2011
Hati sedih nan gelisah
Tak tau apa yang harus diperbuat
Kaki bagai lari ke ujung dunia
Peluh terasa lengket bercucuran
Seakan hanya mengikuti jejak
Tak tau arah yang benar
Mata sayup ingin terpejam
Terhalang Guntur yang menggelegar
Menggelegarkan nadi meretakan hati
Serpih-serpih peluh yang menjadi-jadi
Seakan lari menggapai dunia
Melawan angin yang amat kencang
Sambil berpegang kawat besi tembaga
Berjalan di atas angin yang bergoyang
Aridea P Oct 2011
Untukmu Cinta
Sejuta kata tercipta untukmu
Segenap jiwa ku serahkan padamu
Hingga akhir waktu ku sembahkan hanya untuk mu

Meski tak kau terima
Cinta dalam hati ku
Terhempas begitu saja
Bagai dari langit ku jatuh

Ingin ku berenang di lautan
Arungi samudera bersama ombak
Desir pasir melagukan alunan daun
Lambaian tangan untuk berselancar

Indah cinta mengikat raga
Satu aliran nadi di salam darah
Mulut mengucap selalu kata cinta
Hati pun akan selalu bahagia
Joshua Soesanto Jun 2014
called "Papaver Somniferum"

perempuan seperti bunga *****
mempesona juga mematikan
di ekstrak di murnikan
di setubuhi di suntikan
konteks itu rasa
kohesi dalam pembuluh darah

serasa terbang tak menapak
ternyata aku overdosis kata

jangan penjarakan!
teriak pemadat rasa
jarum sajak masih menempel di tangan
"aku ini hanya pemakai kata"
kata yang ku tulis diam-diam
lalu kau membaca, merekahlah analogi rasa

aku ingat hari itu
kau berpakaian penuh warna
aku mulai gila
inikah suntikan pada kepala? pantas..
beringas

aku mulai sadar
saat kau bersenandung tentang orang lain
menjelang mentari tenggelam
aku bungkam

mungkin kali ini jarum terisi racun
suntik kemana?
"aku tidak akan memilih nyawa"
hanya memilih nadi yang pernah berwarna
kini melabuh mencapai titik jenuh

sesungguhnya sang pemberontak ingin bicara
tentang kopi tentang mimpi
tentang pantai tentang ombak
tentang terik tentang hujan
tentang candu tentang perjalanan
tentang rencana tentang pergi lalu menghilang
tetapi kau mengokang senjata

kembali aku bungkam
angkat kaki..
pergi dengan kutukan.
Banda Neira - Esok Pasti Jumpa #NowPlaying #Tracklist
Joshua Soesanto Jun 2014
perempuan dalam wujud rubah
matahari kecil disekelilingnya
atmosfer terasa berbeda
saat dia berjalan menapak, sebuah sajak indah

goresan pada tenggorokan
daging angsa berupa jari manusia
lalu, mimpi tersimpul pada rambutnya
sepertinya aku mabuk di buatnya

setiap lekuk tubuhnya
tanda bahwa cetakan kita sama
terkadang realita berbanding terbalik
digital dan klasik

penyerahan berarti keselamatan
bersenandung dalam kulit
bersinar dalam retina
berbulu hangat dalam lukisan kata damai

seringai senyum ceria mapan
dia tersenyum hilanglah awan hitam
seperti bunga teratai dipotong dipagi hari
dengan senyum memerah

aku seperti icarus
mencoba meraih fajar serta senjanya
oh..matahari
meleleh, lemah, dan longgar
ternyata helios terdahulu mengagahinya

sebuah nadi rasa tajam
berburu tepat hingga ke hati
mata merenung pada sebuah sosok
harapan..
Aridea P Oct 2011
Tergetar nadi ku saat teriakanmu
Tersenyum aku saat melihatmu
Bagai mentari pelawan gelap
Bagai jiwa ku  yang amat tenang

Saat terjunan air membasuh raga
Alangkah indahnya pelangi melingkar
Bercahaya terang amat indah warnanya
Begitu segar sambil menatapnya

Tatapan itu tak sama
Dengan saat aku menatapmu
Di hati ku hanya kau yang terindah
Tak tertandingi dari apapun

Cinta...
Segelas darah ku buang
Selaut air mata ku tumpahkan
Saat ku lihat kini kau berada di Surga

Created by Aridea Purple
Di satu sisi aku ingin mengaburkan batas raga antara kita
Menggagalkan objektivitas yang tersurat
Sehingga berdua adalah entitas jiwa yang ideal dan bermakna

Di satu sisi aku ingin menghukummu
Merobekmu hingga berkeping-keping
Menghilangkan eksistensimu agar kau tak memenuhi benakku

Di satu sisi aku ingin membimbingmu
Meniti sehelai rambut menuju altar suci
Bermandikan mentari, kita adalah makhluk yang paling dinanti

Di satu sisi aku ingin mencabikmu
Menikam segala urat nadi yang berdetak
Beriringan dengan debar jantungku kala visimu terbayang olehku

Di satu sisi aku ingin bicara, di satu sisi aku ingin menerkam
Menertawakan humor renyah gestur yang kikuk dalam bertindak
Hanya dengan menyakitilah aku dapat mengungkapkan
Perihal aku candu akan dirimu
Kepada Pria yang menjadi Psikedelik Pribadi-ku selama tiga tahun.
Aridea P Oct 2011
Malam ku kemarin
Amat indah kan abadi
Terukir selalu di dalam hati
Nama mu walau hanya mimpi

Sungguh bahagia hati ku
Bila ingat akan mimpi itu
Lamunan ku berakhir
Saat mentari muncul di pagi hari

Tak dapat ku sebut nama mu
Di dalam mimpi ku malam itu
Karena gugup hati ku
Tergetar semua nadi ku

Kelak kita bertemu
Bertemu menjadi satu
Akankah kau campur cinta mu
Dengan cinta ku yang menunggu

Created by Aridea Purple
Diska Kurniawan Sep 2016
Seteguk apapun, semua tak akan berakhir*

Aku adalah seorang pemabuk yang selalu menguarkan harum arak kemanapun aku pergi. Anggur, dan berbotol-botol ***** telah kutenggak pagi ini. Dan hanya hari ini pula aku ingin bicara, tentang segenggam racun yang kalian semua suntik ke dalam nadi dan pembuluhku.

Topeng
yang dengan bangga kalian pakai
tak ubahnya ketelanjangan
hanya mengumbar malu dan aib

Tawa
yang sesenggukan kalian jeritkan
hanyalah tangis jiwa kalian yang memudar
memutihkan kejujuran dan kebajikan


Oh, beginikah cara kerja dunia
berduri dan berbatu, sama saja
disetiap lajurnya
kemanapun aku pergi, dijejali
mulutku dengan dusta dan hanya dusta
belaka

Menghitamnya jiwaku, seandainya
bagai langit malam
tak ada chandra di ufuknya

Sudah selayaknya aku berkabung atas jiwaku, dimana dia merintih penuh sesal dan tanya. Apakah lalu lalang motor dan diesel itu memusingkan kepala atau hanya sebuah kesibukan belaka. Dan dengan itu pula jiwaku berakhir, terdiam, dalam kematian.

Kukubur dia dengan layak, diantara nisan-nisan lain disekitarku, yang diberi nomor, sesuai urutannya. Jiwaku tersungkur di nomor tujuh. Beruntung sekali!
Kukubur dia, pelan sekali dengan tertidur. Tak berharap bangun lagi di keesokan pagi. Kutaburi bunga-bunga dan prosa yang harum, dan kusiram dengan sebotol Martini dan bir.

Harum. Seharum embun yang kau injak ditepian jalan.
Wangi. Sewangi sukmamu yang kuingat telah pergi.

Aku adalah pemabuk. Yang selalu menenteng sebotol arak, bermabuk di tepian jalan kehidupan. Mengambil jeda diantara kalimat-kalimat mencela dan busuk, yang tergelincir masuk ke dalam telingaku.

Botol-botol inilah sang penawar, berminum pula para nabi terdahulu menyesali umatnya, sedangkan aku?

Menyesali kalian.
Recuerde el alma dormida,
avive el seso e despierte
  contemplando
cómo se passa la vida,
cómo se viene la muerte
  tan callando;
  cuán presto se va el plazer,
cómo, después de acordado,
  da dolor;
cómo, a nuestro parescer,
cualquiere tiempo passado
  fue mejor.

  Pues si vemos lo presente
cómo en un punto s'es ido
  e acabado,
si juzgamos sabiamente,
daremos lo non venido
  por passado.
  Non se engañe nadi, no,
pensando que ha de durar
  lo que espera
más que duró lo que vio,
pues que todo ha de passar
  por tal manera.

  Nuestras vidas son los ríos
que van a dar en la mar,
  qu'es el morir;
allí van los señoríos
derechos a se acabar
  e consumir;
  allí los ríos caudales,
allí los otros medianos
  e más chicos,
allegados, son iguales
los que viven por sus manos
  e los ricos.

  Dexo las invocaciones
de los famosos poetas
  y oradores;
non curo de sus ficciones,
que traen yerbas secretas
  sus sabores.
  Aquél sólo m'encomiendo,
Aquél sólo invoco yo
  de verdad,
que en este mundo viviendo,
el mundo non conoció
  su deidad.

  Este mundo es el camino
para el otro, qu'es morada
  sin pesar;
mas cumple tener buen tino
para andar esta jornada
  sin errar.
  Partimos cuando nascemos,
andamos mientra vivimos,
  e llegamos
al tiempo que feneçemos;
assí que cuando morimos,
  descansamos.

  Este mundo bueno fue
si bien usásemos dél
  como debemos,
porque, segund nuestra fe,
es para ganar aquél
  que atendemos.
  Aun aquel fijo de Dios
para sobirnos al cielo
  descendió
a nescer acá entre nos,
y a vivir en este suelo
  do murió.

  Si fuesse en nuestro poder
hazer la cara hermosa
  corporal,
como podemos hazer
el alma tan glorïosa
  angelical,
  ¡qué diligencia tan viva
toviéramos toda hora
  e tan presta,
en componer la cativa,
dexándonos la señora
  descompuesta!

  Ved de cuán poco valor
son las cosas tras que andamos
  y corremos,
que, en este mundo traidor,
aun primero que muramos
  las perdemos.
  Dellas deshaze la edad,
dellas casos desastrados
  que acaeçen,
dellas, por su calidad,
en los más altos estados
  desfallescen.

  Dezidme: La hermosura,
la gentil frescura y tez
  de la cara,
la color e la blancura,
cuando viene la vejez,
  ¿cuál se para?
  Las mañas e ligereza
e la fuerça corporal
  de juventud,
todo se torna graveza
cuando llega el arrabal
  de senectud.

  Pues la sangre de los godos,
y el linaje e la nobleza
  tan crescida,
¡por cuántas vías e modos
se pierde su grand alteza
  en esta vida!
  Unos, por poco valer,
por cuán baxos e abatidos
  que los tienen;
otros que, por non tener,
con oficios non debidos
  se mantienen.

  Los estados e riqueza,
que nos dexen a deshora
  ¿quién lo duda?,
non les pidamos firmeza.
pues que son d'una señora;
  que se muda,
  que bienes son de Fortuna
que revuelven con su rueda
  presurosa,
la cual non puede ser una
ni estar estable ni queda
  en una cosa.

  Pero digo c'acompañen
e lleguen fasta la fuessa
  con su dueño:
por esso non nos engañen,
pues se va la vida apriessa
  como sueño,
e los deleites d'acá
son, en que nos deleitamos,
  temporales,
e los tormentos d'allá,
que por ellos esperamos,
  eternales.

  Los plazeres e dulçores
desta vida trabajada
  que tenemos,
non son sino corredores,
e la muerte, la çelada
  en que caemos.
  Non mirando a nuestro daño,
corremos a rienda suelta
  sin parar;
desque vemos el engaño
y queremos dar la vuelta
  no hay lugar.

  Esos reyes poderosos
que vemos por escripturas
  ya passadas
con casos tristes, llorosos,
fueron sus buenas venturas
  trastornadas;
  assí, que no hay cosa fuerte,
que a papas y emperadores
  e perlados,
assí los trata la muerte
como a los pobres pastores
  de ganados.

  Dexemos a los troyanos,
que sus males non los vimos,
  ni sus glorias;
dexemos a los romanos,
aunque oímos e leímos
  sus hestorias;
  non curemos de saber
lo d'aquel siglo passado
  qué fue d'ello;
vengamos a lo d'ayer,
que también es olvidado
  como aquello.

  ¿Qué se hizo el rey don Joan?
Los infantes d'Aragón
  ¿qué se hizieron?
¿Qué fue de tanto galán,
qué de tanta invinción
  como truxeron?
  ¿Fueron sino devaneos,
qué fueron sino verduras
  de las eras,
las justas e los torneos,
paramentos, bordaduras
  e çimeras?

  ¿Qué se hizieron las damas,
sus tocados e vestidos,
  sus olores?
¿Qué se hizieron las llamas
de los fuegos encendidos
  d'amadores?
  ¿Qué se hizo aquel trovar,
las músicas acordadas
  que tañían?
¿Qué se hizo aquel dançar,
aquellas ropas chapadas
  que traían?

  Pues el otro, su heredero
don Anrique, ¡qué poderes
  alcançaba!
¡Cuánd blando, cuánd halaguero
el mundo con sus plazeres
  se le daba!
  Mas verás cuánd enemigo,
cuánd contrario, cuánd cruel
  se le mostró;
habiéndole sido amigo,
¡cuánd poco duró con él
  lo que le dio!

  Las dávidas desmedidas,
los edeficios reales
  llenos d'oro,
las vaxillas tan fabridas
los enriques e reales
  del tesoro,
  los jaezes, los caballos
de sus gentes e atavíos
  tan sobrados
¿dónde iremos a buscallos?;
¿qué fueron sino rocíos
  de los prados?

  Pues su hermano el innocente
qu'en su vida sucesor
  se llamó
¡qué corte tan excellente
tuvo, e cuánto grand señor
  le siguió!
  Mas, como fuesse mortal,
metióle la Muerte luego
  en su fragua.
¡Oh jüicio divinal!,
cuando más ardía el fuego,
  echaste agua.

  Pues aquel grand Condestable,
maestre que conoscimos
  tan privado,
non cumple que dél se hable,
mas sólo como lo vimos
  degollado.
  Sus infinitos tesoros,
sus villas e sus lugares,
  su mandar,
¿qué le fueron sino lloros?,
¿qué fueron sino pesares
  al dexar?

  E los otros dos hermanos,
maestres tan prosperados
  como reyes,
c'a los grandes e medianos
truxieron tan sojuzgados
  a sus leyes;
  aquella prosperidad
qu'en tan alto fue subida
  y ensalzada,
¿qué fue sino claridad
que cuando más encendida
  fue amatada?

  Tantos duques excelentes,
tantos marqueses e condes
  e varones
como vimos tan potentes,
dí, Muerte, ¿dó los escondes,
  e traspones?
  E las sus claras hazañas
que hizieron en las guerras
  y en las pazes,
cuando tú, cruda, t'ensañas,
con tu fuerça, las atierras
  e desfazes.

  Las huestes inumerables,
los pendones, estandartes
  e banderas,
los castillos impugnables,
los muros e balüartes
  e barreras,
  la cava honda, chapada,
o cualquier otro reparo,
  ¿qué aprovecha?
Cuando tú vienes airada,
todo lo passas de claro
  con tu flecha.

  Aquel de buenos abrigo,
amado, por virtuoso,
  de la gente,
el maestre don Rodrigo
Manrique, tanto famoso
  e tan valiente;
sus hechos grandes e claros
non cumple que los alabe,
  pues los vieron;
ni los quiero hazer caros,
pues qu'el mundo todo sabe
  cuáles fueron.

  Amigo de sus amigos,
¡qué señor para criados
  e parientes!
¡Qué enemigo d'enemigos!
¡Qué maestro d'esforçados
  e valientes!
  ¡Qué seso para discretos!
¡Qué gracia para donosos!
  ¡Qué razón!
¡Qué benino a los sujetos!
¡A los bravos e dañosos,
  qué león!

  En ventura, Octavïano;
Julio César en vencer
  e batallar;
en la virtud, Africano;
Aníbal en el saber
  e trabajar;
  en la bondad, un Trajano;
Tito en liberalidad
  con alegría;
en su braço, Aureliano;
Marco Atilio en la verdad
  que prometía.

  Antoño Pío en clemencia;
Marco Aurelio en igualdad
  del semblante;
Adriano en la elocuencia;
Teodosio en humanidad
  e buen talante.
  Aurelio Alexandre fue
en desciplina e rigor
  de la guerra;
un Constantino en la fe,
Camilo en el grand amor
  de su tierra.

  Non dexó grandes tesoros,
ni alcançó muchas riquezas
  ni vaxillas;
mas fizo guerra a los moros
ganando sus fortalezas
  e sus villas;
  y en las lides que venció,
cuántos moros e cavallos
  se perdieron;
y en este oficio ganó
las rentas e los vasallos
  que le dieron.

  Pues por su honra y estado,
en otros tiempos passados
  ¿cómo s'hubo?
Quedando desamparado,
con hermanos e criados
  se sostuvo.
  Después que fechos famosos
fizo en esta misma guerra
  que hazía,
fizo tratos tan honrosos
que le dieron aun más tierra
  que tenía.

  Estas sus viejas hestorias
que con su braço pintó
  en joventud,
con otras nuevas victorias
agora las renovó
  en senectud.
  Por su gran habilidad,
por méritos e ancianía
  bien gastada,
alcançó la dignidad
de la grand Caballería
  dell Espada.

  E sus villas e sus tierras,
ocupadas de tiranos
  las halló;
mas por çercos e por guerras
e por fuerça de sus manos
  las cobró.
  Pues nuestro rey natural,
si de las obras que obró
  fue servido,
dígalo el de Portogal,
y, en Castilla, quien siguió
  su partido.

  Después de puesta la vida
tantas vezes por su ley
  al tablero;
después de tan bien servida
la corona de su rey
  verdadero;
  después de tanta hazaña
a que non puede bastar
  cuenta cierta,
en la su villa d'Ocaña
vino la Muerte a llamar
  a su puerta,

  diziendo: "Buen caballero,
dexad el mundo engañoso
  e su halago;
vuestro corazón d'azero
muestre su esfuerço famoso
  en este trago;
  e pues de vida e salud
fezistes tan poca cuenta
  por la fama;
esfuércese la virtud
para sofrir esta afruenta
  que vos llama."

  "Non se vos haga tan amarga
la batalla temerosa
  qu'esperáis,
pues otra vida más larga
de la fama glorïosa
  acá dexáis.
  Aunqu'esta vida d'honor
tampoco no es eternal
  ni verdadera;
mas, con todo, es muy mejor
que la otra temporal,
  peresçedera."

  "El vivir qu'es perdurable
non se gana con estados
  mundanales,
ni con vida delectable
donde moran los pecados
  infernales;
  mas los buenos religiosos
gánanlo con oraciones
  e con lloros;
los caballeros famosos,
con trabajos e aflicciones
  contra moros."

  "E pues vos, claro varón,
tanta sangre derramastes
  de paganos,
esperad el galardón
que en este mundo ganastes
  por las manos;
e con esta confiança
e con la fe tan entera
  que tenéis,
partid con buena esperança,
qu'estotra vida tercera
  ganaréis."

  "Non tengamos tiempo ya
en esta vida mesquina
  por tal modo,
que mi voluntad está
conforme con la divina
  para todo;
  e consiento en mi morir
con voluntad plazentera,
  clara e pura,
que querer hombre vivir
cuando Dios quiere que muera,
  es locura."

  "Tú que, por nuestra maldad,
tomaste forma servil
  e baxo nombre;
tú, que a tu divinidad
juntaste cosa tan vil
  como es el hombre;
tú, que tan grandes tormentos
sofriste sin resistencia
  en tu persona,
non por mis merescimientos,
mas por tu sola clemencia
  me perdona".

  Assí, con tal entender,
todos sentidos humanos
  conservados,
cercado de su mujer
y de sus hijos e hermanos
  e criados,
  dio el alma a quien gela dio
(el cual la ponga en el cielo
  en su gloria),
que aunque la vida perdió,
dexónos harto consuelo
  su memoria.
Noandy Apr 2016
Siang ini, jam tidak berputar terbalik
Angin juga memutuskan untuk
Berhembus ke satu arah saja

Burung jalak di hening mulai menyanyi
Berlagak galak
Dan merapal sebuah lagu

Hanya rerumputan yang lupa
Tajamnya kidung mentari

Pikirnya,
Sakit tak akan membakar borok
Yang dimiliki
Apabila tak dirasa

Lupakan saja,
Jangan buat lagu apapun lagi
Untuk mentari
Biarlah ia murka sepuasnya

Siapa tahu rumput
Barangkali sedang impikan hujan
Yang tak kunjung lebur
Dalam lubuk hatinya

Aku ingat kau pernah
Beralasan:
Aku tak mungkin berdiri
Di bawah mentari,
Dalam nadi dan degupku
Mengalir bulir hujan
Terlampau
Getir dan gelap
Ketika pagi beranjak malam
Memutar seribu kenangan di angan
Menelusuri ruang ruang berkarat
Hingga berhenti disatu titik
Teringat asam manis kehidupan
Jiwaku terenyuh
Hanyut dalam ombak mendayu dayu
Itukah kamu cinta
Sayang yang melekat seperti nadi
Suara jangkrik menjadi iringan
Berlari, tertawa, menangis bersama
Aku tau aku tak bisa
Menarik memorimu dan berdansa
Kasih lain telah membawamu
Ketempat suci
Yang bahkan tak bisa ku raih
Bleeding Doc Feb 2019
Aaj phir se uthai Kalam hath me
Kuch batane ka panno ko dil chahta hai,
Labzo me jo baat keh naa saka
Geet me gungunane ko dil chahta hai |

Kaun kehta hai ki tujh se pyar karte hai log
Bas jarurte puri karte hai log |
Jab tak zinda hai sauhrate hai teri,
Mare **** ko bhi kahan ghar me rakhte hai log |

Na koi hai tera na tu hai kisika
Jo chahe tuje tu ban jaa usi ka
Khel matlab ka duniya ne khela sada hai
Tu bhi hissa usika me bhi hissa usi ka

Jala ke **** ko rakh baha de nadi me
Aisi duniya se chutkara dil chahta hai
Aaj phir se uthai kalam hath me
Kuch batane ka panno ko dil chahta hai |

Yun to chalti rahi jindagi na ruki,
Koi aata raha koi jata raha |
Kayi khel ke dil se mere khilone ki tarah
Dil ko apne har dum behlata raha |

Kisi ne chaha kisi ne toda muje,
Me phir bhi sada muskurata raha |
Kabhi roya kabhi sadme me beh gaya,
Dil ko har baar apne behlata raha |


Badi faramaush hai duniya samaj me gaya,
Fir bhi kisi ko chahne ko dil chahta hai
Aaj phir se uthai Kalam hath me
Kuch batane ka panno ko dil chahta hai |
Aridea P Apr 2012
Palembang, 31 Maret 2012


Bagaimana rasanya hati yang tertusuk paku?

Aku tahu.

Bagaimana rasanya nadi yag tertusuk jarum?

Aku tahu.

Mengapa aku pernah merasakan semua itu?

Karena aku melihat wajah mu.
Diska Kurniawan Apr 2016
Angin semilir menghembuskan
Lembaran kertas, bergurat bagai nadi
Namun mereka tetap menari.

Sayu, menatap serat-serat kayu
Dan merendah, menghamba pada ilmu
Ku tahu mereka berlari namun tak berlabuh

Harapan mereka gantung di sisi bulan
Yang menemani muram di sisi jalan
Lelaplah, karena bintang
Tak dapat kau peroleh semalam.
Semangatlah untuk UTS Shokyu~
Ryana Jan 2019
Lucu sekali
Hari ini bisa menjadi sedekat nadi
Hari esok berbalik menjadi sejauh matahari
Saat ini terlihat peduli
Esok nanti tak kenal diri
Skenario kita palsu
Yg kita lakukan abu-abu
Terus begitu
This is my Language:) Indonesia
Raat se raat tak
Raah me ek raag ...
Liye mein chala
Chalne Laga..yeh mann
najane kis dar me ...
Hichkole khata...
Khafa khafa sa khud se...
Parvato me dooba...
Ek Nadi Ko dekhta...parvat ke shikar par...
Phir ...haste haste...aur unchaiyaan dekhne Laga...
Khwaab e Nasha...
Sangeet me dooba...
Toh thodi Rahat si Mili...
.






..
A M Jun 2018
Jab jee chaaha baat kiya
Jab jee chaaha nahi kiya

Gufutugu ki nadii kabhi behtee thai.
Ab jawaab kai intezaar kartai hai.  

Kyu Hauta  hai puchta hai mera Dil
Kya mai hu issi kaa Qabil.
B'Artanto Jan 2019
Nanti, jika 2 Januari sudah sampai di ujung langit tepuk pundakku

Jika sebagian nadi masih dingin tepuk lagi sampai terbangun

Rasanya apa yang berbelit harus dititipkan padanya dengan kaleng kotak berisi tiga beras putih

Masing-masing dibalut kertas pertanyaan dan pernyataan menyalahkan

Ntah marah kepada Rabb-mu, atau apapun yang berdiri disekelilingnya

Lebih memalukan lagi ia telah menjadi orang lain

Nanti, jika langit 2 Januari sudah berubah kuning kemerahan, usap punggungku

Ia cuma perlu tenang yang menenangkan.
GEIGA VIA TANARO Jul 2017
tidak mati tidak hidup
tidak terjaga tidak tidur
tidak bergerak tidak diam
tidak sekesepian seperti yang dirasa
tidak hitam tidak putih
diputihkan tapi terlahir hitam
seputih putihnya
tiap tetes dalam nadi tetap hitam
A M Jul 2019
Ya Khuda.  Yeh Kaisee Hai Yeh Mauziza.
Barsaat kai woh Paak Khatrai
Yeh Pyaasi Zaameen Par Girtai.
Khuch Talau Mai
Khuch Dariya Mai
Khuch Nadi Mai
Aur Khuch Gutter Mai.
Paani Ki Paakeezaa Mai
Yeah Kaisai Tabdelee Aaati Hai.  
Khuch Paak Rehtai Hai
Aur Khuch Na Paak Hau Jaati Hai.
Shynette Oct 2018
Natatandaan mo pa ba
Sabi mo dati tayo'y wala na
Mahirap mang tanggapin ngunit aking kinaya
Mga luhang pumapatak tuwing gabi aking ininda
Dahil sabi mo pagod kana
Dahil sabi mo ayaw mo na
Dahil sabi mo gusto mo ng mapag-isa
Binigay ko naman diba?
Ngunit bakit ba ako'y pinapahirapan mo ng ganito
Lumayo ka ng minsan kaya sana nama'y wag kanang bumalik pa
Dahil tuwing nakikita ko ang mga mata mo
Dahil tuwing naririnig ko ang boses mo
Hindi mapigilang bumalik ang nararamdaman kong ito
Hindi ko alam ngunit siguro nga mahal pa kita
Kaya tama na, tama na ang minsang paglayo wag ka ng bumalik pa
Dahil ayoko ng mahalin ka
Dahil ayoko ng tanggapin ka
Dahil ayoko ng magpakatanga pa
Ayoko ng magpakatanga sa isang taong minsan ng lumayo
Minsang lumayo na ngayo'y babalik para ano
Para ako'y akitin ulit sa mga matatamis na salita
Patawad ngunit tama na ang minsang pagmamahal na binigay ko sa iyo
Hanggang dito nalang nga siguro
Ika'y unang lumayo kaya patawad ako nadi'y lalayo
Teri Kalam se meine apni Kalam Ko dekha
Phir tum likhti Rahi jaise ki Mann me khuch **
Jo lagatar dilo dimaag me guldasta bana Raha **
Aur likhte likhte mein tumhe dekhta raha..
Raah e dhoondta tumhare madhur geet aur yeh mazbur Dil
Dooriyaan aur peepal ki patti ki tarah Pavitra tum
Yeh mera mann Nashe me ghumta bas pyaar hi pyaar me

Sitaro ka jhilmilana
O Dil e nadaan
aakash ko Nadi me dekhta Chand e Tamannah
Akhiyon  me doobta hazaron sapne liye
Dhoondta Dil e Raaz ...
...
Nita Dec 2020
Dini hari
Gelap gulita menyelimuti
Mimpi-mimpi yang hampir mati
Mungkin akan bangkit kembali
Gadis pemerhati ulung sedang memeluk riuh suara kembang api
Tak ada yang peduli, selain dirinya sendiri
dan nadi yang sedang berdenyut
Desember, 2020.
A M Jul 2020
Khuch Din Aisai Bhi Hauta Hai.
Jab Dil Phir Sai Khuch Chahata Hai.

Nadi Kai Paas Khuch Dair Hi Saheee
Usmai Geelai Hauna Chahata Hai.

Aasman Kai Unchai Koi Tapaas Kar
Phir Wapas Aaana Chahata Hai.

Uunchai Dangar Par Chaad Kar
Ussai Mai Panna Chahata Hai

Khuch Din Aisai Bhi Hauta Hai.
Jab Dil Phir Sai Khuch Chahata Hai.
A M Sep 2020
Ab Yeh Sangeen Sa Sawaal
Phir Sai Kar Raha Hai Bhawaal
Aaakhir Mai Kaun Hu ||

Kya Hu Mai Ek Hawa Ka Jhaukha
Yaa Bas Woh Mitti Ka Anmol Tukda ||

Kya Hu Mai Woh Nadi Ka Paani
Yaa Bas Woh Wruksh Ki Sansaani.

Kya Hu Mai Woh Na Bujti Roshini
Yaaa Bas Woh Kaunai Ki Andheri.

Aaakhir Mai Kaun Hu ||

— The End —