Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
So Dreamy Jan 2017
voice over: narrator*

Pemberitahuan terakhir disuarakan, keberangkatan pesawat tujuan Frankfurt Airport akan lepas landas tak lama lagi lagi, orang-orang bersiap masuk kabin. Ada satu hal yang terlintas di pikiran Atlas; ia tahu Venus tidak akan datang. Tidak dalam hitungan waktu tiga puluh menit, sepuluh menit, apalagi lima menit. Percuma saja menunggu, Venus benar-benar tidak datang. Perpisahan mereka sudah berlangsung semalam, pertemuan terakhir yang berhasil membuat Atlas berkali-kali memutar ulang seluruh adegan, mendengar suara gelak tawa mantan pacarnya dalam benak khayal, membayangkan senyuman Venus yang ia lukiskan untuknya terakhir kali. Pertemuan terakhir mereka kemarin bahkan tidak terasa seperti perpisahan, namun tetap bagi Atlas terasa begitu janggal. Mungkin karena terlalu tiba-tiba dan cepat, pertemuan terakhir yang merupakan perpisahan, pertemuan terakhir paling bahagia dan paling sedih, yang juga menyudahi hubungan singkat mereka.

Sejenak Atlas merasa sendu. Dalam lubuk hatinya masih sesekali berharap Venus meneleponnya, mengatakan bahwa ia akan datang mengucapkan selamat tinggal. Namun, nyatanya ucapan selamat tinggal Venus hanya berupa memori-memori tentangnya; seratus hal yang tertanam sejati di dalam hati Atlas mengenai segala hal tentang kejanggalan perempuan itu, gelak tawanya, senyumanya, aroma tubuhnya, kerlingan matanya, rambut hitam tebalnya, wajah pemikirnya, serta sosoknya yang seringkali membuat dirinya bertanya-tanya; kisah apa saja yang tidak diketahuinya, yang pernah terjadi dalam sejarah hidupnya sehingga membentuk pribadi sepertinya yang begitu terlihat bagai keajaiban seni paling nyata di mata Atlas? Baginya, Venus adalah sebuah takdir dan keajaiban menjadi satu.

Dan, ia tidak akan pernah ada niat untuk melupakannya.
Gadis itu adalah sebuah parataksis.

Yang menghujam jauh hingga cakrawala
Horizon yang terbias oleh asmara
Dan candu feromon yang memuakkan akal sehat

Gadis itu adalah semantik tak terhingga.

Sebuah azimut yang rancu oleh kubah di sekelilingnya
Yang dapat dipahami hanya
Jika
Kau tenggelam dalam galaksi retinannya

Gadis itu adalah antitesis.

Dari segala idealisme yang kau bangun
Dari awal
Sebuah eradikasi
Yang membuatmu rela jatuh
Karena kau akan runtuh
Dalam dekapannya

Gadis itu adalah nyanyian yang utuh.

Birama yang mendayu kala mendengar candamu
Tawanya adalah resonansi yang jernih
Senyumnya adalah prisma bersudut lurus
Resital dari segala yang kau harapkan kali ini



Kau pun mulai bertanya-tanya
Apa yang gadis itu katakan tentangmu
Tanpa kau tahu


Bahwa gadis itu sedang mendeskripsikan dirimu.
Malang, 18 Desember 2015
Teruntuk pria yang membuatku candu
Seperti candunya pada secangkir kopi panas
ruyol Nov 2020
dia datang hari ini,
setelah berjanji berkali-kali untuk menemuiku,
dia akhirnya benar-benar datang hari ini.

hangat rasanya berada didekat dia,
senyumnya, pelukannya, dan suara tawanya berhasil menghilangkan
rasa rinduku.
berlebihan, aku tau
tapi aku rela melakukan apapun untuknya.

Tuhan,
aku sangat mencintainya.
apakah mungkin dia bisa mencintaiku seperti aku mencintainya?
lessache Apr 2020
geram hati ingin bicara padanya
tapi khawatir dapat respon yang menusuk
saran teman ingin kucoba
tapi otak bilang, kamu takut?

ya memang aku takut—takut sekali dia menjauh
dari yang tidak hapal wajahnya seperti apa
sampai tiap malam aku memikirkan lengkungan manis di bibirnya

manis sekali

tawanya, candaanya yang mungkin menurut beberapa orang tidak lucu sama sekali bisa merubah hatiku yang tadinya layu mekar kembali seperti bunga, dari gelapnya malam lalu datang sang purnama.

sudah berkali-kali mengetik pesan–lalu kuhapus lagi
sudah berkali-kali melihat akun instagramnya bersama sang pacar
sakit hati lagi

— The End —