Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Tahun lalu kita menyusun rencana
Menuliskannya pada setiap lembar catatan
Di antara selipan buku laporan
Meletakkannya secara berantakan
Hingga lupa mana tulisan
Mana struk belanjaan

Memang benar tolol aku kala itu
Membangun cinta di atas rasa penasaran
Dan selalu berakhir pada tempat pelarian

Malam itu kau membelikanku sebuah rak buku
Untuk hadiah ulang tahunku
Karena tidak ada lagi yang dapat kita perbincangkan
Setelah lepas habis cerita kau bacakan
Dan aku selalu ketiduran dan tak pernah serius mendengarkan

Hujan kembali berderai dengan ringan
Malam pekat angin berhebus tak karuan
Aku masih mabuk di pangkuan kegelisahan
Memukul rata puisi menuliskannya hingga nanti aku mati
Indonesia, 13 April 2021
Arif Aditya Abyan Nugroho
arby Mar 7
Ketika rindu lebih besar dari lelah,
kau biarkan malam memelukmu lebih lama.
Ketika kecewa lebih tajam dari kantuk,
kau temukan sunyi sebagai pelarian.

Bergadang bukan sekadar menunda pagi,
bukan pula kebiasaan tanpa arti.
Kadang ia jadi obat asmara,
kadang ia jadi ruang paling jujur bagi yang terluka.

Di balik layar, tawa dan kata berpendar,
menghidupkan rindu yang tak bisa dipeluk.
Di balik sepi, air mata jatuh tanpa suara,
melepas kecewa yang tak sempat diungkap.

Malam tak pernah bertanya kenapa,
tapi selalu menerima tanpa syarat.
draft from 2020

— The End —