Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Aridea P Nov 2011
Kau datang di saat ku menginginkanmu
Kau bagaikan menerangi hidupku
Ku tersenyum di setiap waktu
Ku selalu memikirkanmu

Kau menjauh entah mengapa
Ku tersadar bahwa ku yang memulainya
Kau tak sedetikpun berbicara
Ku hanya bisa menyesal

Ku mulai belajar tuk melupakanmu
Ku buka hati ini tuk yang lain
Namun tiba-tiba kau datang dengan sejuta kata
Entah apakah kau berpura-pura peduli pada ku

Kau menyentuh hidup ku, lagi
Kau buat aku menginginkanmu, lagi
Kau buat aku salah tingkah, lagi
Serasa tak ingin aku kehlangan mu, lagi

Kau membuat aku bersyukur pernah mengenal mu
Kau adalah hal terindah yang tak nyata yang pernah aku tahu
Kau adalah semua topik pembicaraan yang ku ceritakan
Kau adalah yang mengiringi perjalanan singkat hidup ku

Kau yang amat susah lepas dari ingatan ku
Kau yang menerangi hidup ku
Kau lah alasan aku tersenyum di setiap waktu
Kau lah yang ku harap hadir di mimpi ku

Kau...
Yang selalu aku harapkan hadir di sisi ku
Yang selalu membuatku ingin merasakan peluk mu
Yang ingin sekali mengecup bibir mu

Kau...
Yang selalu membuat aku gelisah
Yang membuat aku berusaha lebih baik
Yang membuat ku berusaha lebih pantas tuk dimiliki

Kau...
Tak pernah habis kata-kata untuk mu
Selalu ku puji dirimu
Ku ingin bisa mengatakan bahwa
Aku sangat mencintaimu

I LOVE YOU
ga Nov 2018
Venus pukul 5 pagi
Berpendar sendu di ujung timur
Hatinya meraung bergema
Lengannya memeluk kenangan yang mulai buyar
Matanya menerawang kisah-kisah lampau
Pasrah dirinya hanyut, bermuara ke alam sadar

Jiwanya hampir roboh
Beruntai-untai tali penopang mulai usang
Seutas tetap bertahan
Yang terbuat dari cintanya,
Yang dirajut oleh sang terkasih
Mengikat rohnya tetap dalam raganya

Berderai senyap air mata yang tak pernah kering
Mengecup pelan bibir yang tak mampu berkata
Membalas tatap mata yang tak pernah terlelap
Memeluk hangat tubuh yang tak lagi merasakan hangat
Menyambut lembut mimpi yang tak pernah selesai,
Mimpi yang tak ingin disudahi
01/11/2018
Amira I Jun 2020
Rumah joglo di tengah sawah.
Dengan cahaya remang yang berasal dari pojok ruangan ini.
Pemutar piringan hitammu baru selesai kau perbaiki.
Ku memilih untuk mendengarkan album Chet Baker Sings dengan vokalnya, seingatku itu milik mendiang kakekmu.
Gelas-gelas tinggi sudah kau siapkan, sebotol anggur dari Bordeaux sudah ku buka.
Makan malam kita sudah tandas, dua piring penuh berisi daging sapi yang sore tadi ku panggang, hampir matang penuh, bersama hancuran kentang yang sedikit dibubuhi garam dan lada, dengan saus krim jamur.
Jasmu sudah kau tanggalkan dan sampirkan di sisi sofa coklat tua itu.
Gaun hitamku masih rapih melekat pada tubuhku, namun rambutku, yang hanya sepanjang bahu, sudah ku urai, agar kau bisa menghirup harum bunga sakuranya.
Kita menari, pelan, sembari menengguk asam dan manisnya anggur Bordeaux itu.
Ku kira Chet Baker telah letih bernyanyi dan bermain trumpet, suaranya perlahan hilang, digantikan oleh suara jangkrik dari luar sana.
Aku pun lelah, ku rebahkan tubuhku di sofa coklat itu, menyandarkan kepala di dekat sampiran jasmu, menghirup bau cendana yang hampir hilang.
Kau menghampiriku, memelukku erat, menghirup leherku, pipiku, dan mengecup bibirku.
Pelan-pelan, satu per satu pakaian kita tanggal, di bawah cahaya temaram, ditemani suara jangkrik, kita melebur, melebur jadi satu.
Tanah Ubud, tak pernah gagal membuatku jatuh cinta, sengaja maupun tidak.
terinspirasi dari lagu Sal Priadi berjudul sama.
Gektya Pasis Oct 2017
1:50 AM, 29 Oct 2017

dunia kadang suka melucu
entahlah
aku sedang diambang bahagia
bisakah aku sebut diriku sedang bahagia?

ingin rasanya mengecup semesta
merangkul ufuk timur
dan memeluk ufuk barat
selagi memandang eloknya fajar yang berputar
lalu berucap sukur yang sebesar-besarnya

entahlah
semenjak keberadaanmu disisiku
aku
jadi selalu ingin berucap syukur
dengan tulus
dan mendalam

kulihat lagi langit malam
sekarang kuingin meresap kedalamnya
dan ingin berkata
kumohon jangan biarkan dia pergi
ternyata aku memang bahagia
Elle Sang Sep 2018
Kalau bisa sebenarnya aku ingin mencintaimu dengan sederhana saja
Seperti mendapatimu belum sepenuhnya sadar di sampingku, lalu mengecup lembut keningmu.
Tak peduli waktu yang terus memburu,
jarak yang tak terlipat oleh rindu yang demikian banyaknya.
Namun sayangnya.. hidup tak bisa sesederhana itu

Kalau bisa sebenarnya aku ingin mencintaimu dengan sederhana saja
Bersandar kapanpun yang ku inginkan tak perlu lebih dulu mengundang temaram,
Mendekat kapanpun bibirku rindu di kecup,
Memeluk kapanpun aku rindu detakmu yang cepat.
Namun sayangnya, ingin tak bisa semuanya terpuaskan.

Kalau bisa sebenarnya aku ingin mencintaimu dengan sederhana saja
Siap sedia di sampingmu membisikkan bahwa kamu tak pernah sendirian,
Kamu tak akan ku biarkan gundah tanpa kawan.
Namun sayangnya, kita bukan ikatan pasti.

Maka sayangku, dengan segala kerumitan dan keadaan yang tidak menguntungkan inginku
Aku berusaha tetap mencintaimu
Dengan keberadaanmu yang jarang aku jadi menghargai setiap pertemuan,
Dengan temaram yang menyenangkan aku mencoba berteman dengan gulita.

Dengan ikatan yang tak pernah ada aku berusaha setia
Bukankah itu intinya?
Aku tak akan pernah mencintaimu dengan terpaksa
Kamu tak merantai kaki-kakiku,
Kamu tak menutup mataku,
Aku bisa pergi kapanpun yang aku inginkan.

Namun lihatlah sayang, aku tetap tinggal di sisimu.
lillium Apr 2020
lembut mengecup
kasar mengucap

— The End —