setanmu itu,
ia masih menghampiriku
duduk di ujung kuku kakiku
bersabda sepanjang malam
agar aku tidak pernah lupa
pada satu pertanyaannya:
mengapa
aku sampai membakar diri
untuk menjual jiwa
pada nyala sepercik
padahal lamanya
tak akan lebih dari sedetik
kenapa, tanyanya,
aku bersikap tak acuh
padahal hati ingin bertaruh
tetapi malah memilih menjauh
dengan terseok-seok pula lumpuh
kenapa,
balik kutanya,
kenapa
kamu masih di sini?